Rangga terus menggandeng tangan Nara sampai keruang tamu dimana saat ini para Om dan para sepupu laki-laki Rangga sedang berkumpul.
"Selamat siang..." sapa Rangga.
"Ini dia yang ditunggu-tunggu dari tadi." balas salah satu Om Rangga.
"Maaf Om, kena macet tadi." balas Rangga sambil menghampiri para Om dan sepupu-nya lalu menyalami mereka satu persatu dan diikuti Nara setelahnya.
"Mas Rafka mana?" tanya Rangga.
"Ada di belakang, biasa kena palak dulu sama tante-tante mu sebelum balik ke Papua." jawab salah satu Om.
"Kalau gitu Rangga temui Mas Rafka dulu kalau gitu yah Om." izin Rangga.
"Iya, tapi nanti langsung balik kesini kamu, jangan gabung sama tante-tante mu, bisa ikutan kena palak kamu nanti." jawab Om itu dan hanya di jawab dengan memberi jempol pada si Om.
"Ayo Sayang." ucap Rangga sambil menggandeng tangan Nara lagi.
"Permisi yah Om, semuanya." pamit Nara pada para Om dan sepupu Rangga.
Rangga dan Nara pun berjalan menuju halaman belakang dimana para berada. Tapi langkah menuju ke halaman belakang pun tak semulus yang dibayangkan karena saat melewati ruang tengah mereka juga harus menyapa para sepupu Rangga. Setelah menyapa para sepupu Rangga, Rangga dan Nara pun kembali berjalan menuju halaman belakang.
Bagi Nara, bisa lewat dengan tanpa ada yang bertanya 'sudah isi belum?' saja rasanya seperti sudah melewati sepuluh ribu tentara perang. LEGA.
Sekarang tinggal menghadapi satu rintangan lagi, siapa lagi kalau bukan barisan para tante yang mulutnya tidak punya saringan. Padahal sama-sama seorang perempuan tapi bisa-bisanya menanyakan hal yang paling sensitif bagi para perempuan.
"Itu Rangga!" ucap salah seorang Tante.
Sontak tante-tante yang lain termasuk Mama Rena pun menoleh kearah Rangga dan Nara.
Mama Rena tersenyum tipis melihat kedatangan anak dan menantunya, ia senang sampai detik ini rumah tangga anak-nya baik-baik saja.
"Ya elah dirumah aja pake gandengan tangan segala, kayak mau nyebrang aja." celetuk Tante Yuni, adik bungsu Mama Rena.
"Takut ilang Tante. Susah soalnya nyari yang kayak gini lagi." jawab Rangga.
Rangga dan Nara pun menyalami para tante. Ada Tante Yuni, Tante Mira, Tante Erna, Tante Aida dan Tante Fera (kakak dari almarhum Papa Feri) serta Tante Fani (adik dari almarhum Papa Feri).
"Kok lama banget datangnya Ga?" tanya Rafka.
"Biasalah Mas..." jawab Rangga sambil mengerlingkan sebelah matanya.
"Biasa apanya Ga? Kalau ngomong itu yang jelas. Ngadon?" tanya Tante Mira, adik Mama Rena.
"Ngadon mulu, jadinya juga gak!" celetuk Tante Erna, kakak Mama Rena. Tante Erna memang terkenal sebagai Tante yang paling julit dari saudari-saudari Mama Rena.
Rangga melirik kearah Nara yang wajah-nya sudah sangat pucat. Rangga menggenggam tangan Nara erat-erat untuk menguatkan Nara.
"Yang penting kan usaha Tante. Kapan adonannya jadi yah tergantung sama Tuhan." jawab Rangga masih sopan. Walau sebenarnya emosinya juga mulai terpancing.
"Memangnya kamu gak capek usaha mulu? Sekuat apapun usaha kamu kalau yang salah di ovennya mah, yah tetap aja gagal. Kalau Tante jadi kamu udah Tante ganti ovennya." balas Tante Erna.
Tubuh Nara bergetar hebat mendengar kata-kata pedas Tante Erna.
"Sudah... Sudah... Kok jadi bicarain ini sih." ucap Mama Rena menengahi perdebatan yang mulai menyudutkan Nara.
Nara yang sudah tidak tahan ada di kumpulan para Tante itu pun hendak berdiri dari duduknya namun dengan cepat Rangga menahan tangan Nara. Ia ingin mempermalukan balik Tante Erna di depan Nara.
"Tante sendiri kapan meninggal-nya? Gak capek hidup yang kerja-nya ngejulitin orang terus?" Rangga menyerang balik Tante Erna.
"Rangga! Rangga!" tegur Mama Rena dan Rafka bersamaan.
"Kamu!" geram Tante Erna.
"Kenapa? Tante tersinggung dengan pertanyaan Rangga? Kalau Tante tersinggung makanya jangan menanyakan hal yang bisa menyinggung perasaan orang lain!" ucap Rangga.
"Tante ini punya Tuhan kan? Sering ibadah kan?! Masa Tante gak tau kalau jodoh, rejeki, anak, maut dan semua yang ada di kehidupan ini Tuhan yang atur, semua rahasia Tuhan, manusia hanya bisa berencana dan berusaha! Tapi kenapa Tante selalu menanyakan hal itu pada kami! Selalu membuat perasaan istri saya tersinggung! Ini yang terakhir kalinya kalian semua menyinggung soal ini pada kami! Dan satu lagi, Nara gak mandul, kami berdua sehat karena kamu sudah periksa di dua rumah sakit, jadi jaga ucapan kalian semua!" kata Rangga lagi.
Para Tante pun terdiam, tak ada satupun dari mereka yang berani membuka suara mereka.
"Ayo Sayang, kita ke kamar aja, gak usah kamu gabung dengan manusia-manusia toxic ini." ucap Rangga sambil menarik tangan Nara.
Nara dan Rangga pun keluar dari halaman belakang dan berjalan menuju kamar lama Rangga di lantai dua.
💋💋💋
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Heni Hendrayani🇵🇸🇵🇸🥰🥰
rangga masih bs membela nara walaupun dia udah selingkuh. tinggl nara aja tau diri sebagai istri
2023-08-10
3
Uthie
Walau bagaimanapun pembelaan Rangga pada Nara, tetap yg namanya pengkhianatan dan kebohongan adalah hal yg amat tak bisa diterima bagi seorang wanita... karena akan selalu jadi yg diingatnya 👍😞
2023-05-23
3
Sunarti
emang mulut ya yg asal njeplak aja gak pernah mikir apa klo ngomong gak di pikir dulu pasti ada yg tersakiti
2023-05-09
0