Sepuluh menit kemudian Rangga pun keluar dari dalam kamar mandi. Dengan hanya handuk yang melilit di pinggangnya, Rangga berjalan mendekati Nara yang sedang mengeringkan rambutnya di meja rias.
"Sayang, sekalian dong keringin rambut ku." ucap Rangga.
Nara yang masih kesal tidak menggubris permintaan tolong Rangga, ia malah mematikan pengering rambut lalu meletakkannya di meja kemudian berjalan menuju ruang ganti.
"Sayang, keringin dong." kata Rangga lagi.
"Keringin sendiri!" jawab Nara ketus.
Rangga pun hanya bisa menghela nafasnya kasar melihat istrinya ngambek. Mau tidak mau ia pun mengeringkan sendiri rambutnya.
Sedangkan diruang ganti, Nara langsung cepat-cepat memakai pakaiannya lalu keluar dari ruang ganti tanpa menyiapkan pakaian untuk Rangga.
Begitu keluar dari ruang ganti, Nara berjalan menuju meja rias dimana Rangga masih mengeringkan rambutnya. Bukan untuk membantu mengeringkan rambut Rangga melainkan untuk mengambil alat make-up'nya lalu membawa alat make-up'nya keluar dari kamar.
"Sayang, jangan ngambek dong. Nanti malam kita coba lagi yah." ucap Rangga.
"Siapa yang ngambek! Aku cuma kesel aja! Mas Rangga kalau hasratnya gak terpuaskan juga kesel kan?! Ya udah sama!" jawab Nara lalu berlalu dari hadapan Rangga.
Rangga pun cepat-cepat mematikan pengering rambutnya dan meletakkannya di meja rias lalu mengikuti Nara dari belakang.
"Tadi aku kan udah tawarin pake jari, tapi kamu-nya yang gak mau." balas Rangga.
Mendengar itu Nara langsung membalikkan badannya.
"Mas sendiri kalau aku puaskan cuma pake tangan mau gak?" Nara membalikkan perkataan Rangga.
Rangga menggeleng.
"Ya udah sama!" jawab Nara.
"Udah sana siap-siap! Gak usah bahas itu lagi! Semakin dibahas kesel aku gak ilang-ilang!" kata Nara lagi.
Nara pun membalikkan badannya lalu meneruskan langkahnya menuju pintu dan keluar dari kamar.
Sedangkan Rangga ia tak melanjutkan mengekori Nara karena menurutnya percuma saja membujuknya dalam keadaan seperti ini.
Rangga pun berjalan menuju ruang ganti untuk bersiap-siap.
💋💋💋
Kini Rangga dan Nara sedang dalam perjalanan menuju rumah Mama Rena.
Selama dalam perjalanan Nara masih enggan bicara dengan Rangga. Perjalanan yang hanya ditempuh dalam waktu setengah jam terasa seperti sepuluh jam bagi Rangga karena sikap Nara yang dingin padanya.
"Sayang, udah mau sampe rumah Mama nih, udahan dong juteknya, kalau kamu jutek-jutek begini nanti Mama lihat, dikirain Mama kita lagi marahan." ucap Rangga.
"Tenang aja, aku pinter akting kok." jawab Nara.
Lagi dan lagi Rangg hanya bisa menghela nafasnya kasar.
Sepuluh menit kemudian mobil Fortuner putih milik Rangga pun terparkir mulus di depan rumah Mama Rena. Mobil Rangga sudah tidak bisa lagi masuk ke halaman rumah Mama Rena karena halaman rumah Mama Rena sudah di penuhi dengan mobil-mobil sanak saudara yang datang ke acara kumpul keluarga hari ini.
Namanya saja kumpul keluarga, sudah pasti ada kakak dan adik Mama Rena dan keluarga dari almarhum Papa Feri serta sepupu-sepupu Rangga yang lain.
Begitu mesin mobil Rangga mati, Rangga pun melepas sabuk pengamannya, tapi tidak dengan Nara, wajahnya terlihat pucat.
"Kamu kenapa?" tanya Rangga.
"Aku kok tiba-tiba deg-deg'an yah Mas." jawab Nara.
Rangga tahu apa yang membuat Nara deg-deg'an. Apalagi kalau bukan pertanyaan tentang momongan. Mama Rena memang tidak pernah menuntut apa-apa pada Nara bahkan menyinggung soal cucu pada Nara dan Rangga pun tidak pernah, karena Mama Rena tahu kalau urusan momongan itu adalah urusan yang Kuasa.
Tapi tidak dengan keluarga yang lain, terutama kakak dan adik Mama Rena, mereka sering sekali menanyakan tentang momongan pada Nara setiap bertemu. Tidak jadi masalah kalau hanya sekedar bertanya, yang lebih menyakitkan kalau mereka mengatakan kalau susahnya Rangga dan Nara mendapatkan momongan karena Nara lah yang bermasalah. Padahal sudah dua rumah sakit yang mereka datangi untuk tes kesuburan mengatakan baik Nara dan Rangga sama-sama sehat dan tidak bermasalah.
Ia pun mengambil tangan Nara dan menggenggamnya. Ternyata tangan Nara sudah keringat dingin sangking gugupnya.
"Gak ada yang perlu di takutkan, ada aku. Oke." ucap Rangga menguatkan Nara.
Rangga pun melepas sabuk pengaman Nara lalu keluar dari dalam mobil lebih dulu kemudian membuka pintu mobil sebelah kiri.
"Ayo." Rangga mengulurkan tangannya ke hadapan Nara.
Nara yang sebenarnya masih kesal dengan Rangga, tapi karena saat ini dirinya memang sangat membutuhkan Rangga untuk menjadi pelindungnya dari ucapan para Tante, mau tidak mau Nara pun menyambut uluran tangan Rangga. Ngambeknya di lanjut setelah pulang dari Mama Rena.
💋💋💋
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Sunarti
aku jg suka kesel masih ngrasain enak nya,, eee tau" suami sdh selesai jengkel bngt lah
2023-05-09
7
lindsey
betul banget tuh nara. dan buat rangga diem ga bisa ngomong lagi karena memang kesalahannya ada di rangga.
2023-04-07
0