DLHS 16

Kini Nara sudah sampai di kantor.

Hari ini hari Senin, jadi banyak sekali nasabah yang mengantri di teller dan customer service. Melihat banyak-nya nasabah yang mengantri, mau tidak mau Nara harus sabar sampai keadaan di lantai bawah sepi.

Pukul 12.00

Jam istirahat pun tiba. Bank pun tutup sementara karena para pegawai juga harus makan siang.

Ada pegawai yang memilih makan di luar kantor ada juga karyawan yang membawa bekal dari rumah dan ada juga pegawai yang sedang menunggu pesanan makanannya. Seperti yang di lakukan Vista, karyawan yang bertugas di bagian customer service. Sambil menunggu makanan pesanannya datang, Vista mencicil mengerjakan laporannya hari ini.

Melihat Vista masih ada di meja customer service, Nara pun langsung menghampiri Vista.

"Ekhem.. gak makan siang, Vis?" tanya Nara basa-basi.

"Pesanan ku belum datang, Kak." jawab Vista.

"Oh, kamu pesan online?" tanya Nara.

"Iya. Kakak sendiri gak makan siang?" tanya Vista balik.

"Sebentar lagi." jawab Nara.

"Oh... iya Vis, minta tolong cetak rekening koran rekening suami-ku." ucap Nara.

"Kakak bawa buku rekening sama KTP suami Kakak kan?" tanya Vista.

"Bawa lah. Masa aku gak tau prosedurnya." jawab Nara.

Vista hanya terkekeh kecil mendengar jawaban Nara.

"Ini." Nara pun memberikan buku rekening dan KTP Rangga yang tadi pagi diam-diam Nara ambil. KTP diam-diam Nara ambil dari dompet Rangga dan untuk buku rekening memang selama ini Nara lah yang menyimpannya.

Vista pun mengambil buku dan KTP itu lalu mulai mengutak-atik komputernya.

"Ini mau di cetak dari bulan berapa Kak?"

Terakhir kali cetak rekening koran empat bulan yang lalu. gumam Nara dalam hati.

"Tiga bulan terakhir Vis." jawab Nara.

Vista pun membuka file transaksi rekening Rangga tiga bulan terakhir lalu mencetak-nya.

Sret... Sret... Sret...

Bunyi mesin printer yang mencetak rekening koran rekening Rangga.

Satu lembar kertas dengan ukuran A4 yang cukup panjang karena Nara meminta print out tiga bulan terakhir.

"Ini Kak." ucap Vista sambil memberikan kertas itu pada Nara.

"Makasih yah Vis." jawab Nara.

"Sama-sama Kak. Tapi ngomong-ngomong untuk apa Kakak cetak rekening koran?" tanya Vista.

"Gak untuk apa-apa sih, mungkin karena aku orang perbankan, jadi rasanya gak afdol aja kalau aku gak bikin pembukuan pemasukan dan pengeluaran suami ku." jawab Nara.

"Oh... Jiwa perbankan meronta-meronta yah Kak." balas Vista.

"Ya gitu lah." balas Nara.

"Ya udah, aku pergi makan siang dulu yah." pamit Nara dan di jawab dengan anggukkan kepala oleh Vista.

Nara pun keluar dari bank dan berjalan menuju mobil-nya. Tujuannya saat ini adalah restoran Jepang yang tak jauh dari kantor-nya.

💋💋💋

Restoran Jepang.

Sesampainya di restoran Jepang, Nara memilih tempat di paling sudut restoran.

Setelah memesan makanan yang akan ia makan, Nara pun mengeluarkan kertas rekening koran yang tadi ia cetak.

Nara membawa dengan teliti setiap pengeluaran dan nama yang di tuju. Di bagian awal tidak ada yang mencurigakan bagi Nara, sampai akhirnya Nara menemukan ada transferan yang sangat besar pada pertengahan bulan tiga bulan lalu ke rekening Mama Rena sebesar seratus juta rupiah.

Nara mengerjapkan mata-nya berkali-kali bahkan ia menghitung manual angka nol yang tertera itu karena tidak percaya suami-nya mengirimkan uang sebanyak itu untuk Mama mertuanya. Bukannya mau perhitungan atau tidak suka Rangga mengirim uang sebanyak itu, tapi yang jadi pertanyaan Nara, kenapa suaminya tidak bilang telah mengirimkan uang sebanyak itu pada Mama mertuanya dan untuk apa juga Mama mertuanya uang sebanyak itu, karena setau Nara, Mama Rena tidak pernah mengeluh soal keuangan karena tiga anak Mama Rena, setiap bulan tidak pernah absen mengirimkan uang untuk Mama mereka dan lagi pula Mama Rena juga punya uang pensiunan dan uang kontrakan dua puluh pintu. Lalu untuk apa Rangga mengirimkan uang sebanyak itu?

💋💋💋

Bersambung...

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***