"Apa aku tanya langsung sama Mas Rangga aja yah?" gumam Nara.
"Ya udah deh nanti aja aku tanya sama Mas Rangga." gumam Nara lagi.
Nara pun kembali melihat transaksi di bulan selanjutnya. Ada lagi transferan untuk Mama Rena, walau nominal-nya tidak se-bombastis nominal transaksi sebelumnya, tapi di bulan kedua ini, Rangga melakukan transferan sebanyak dua kali ke rekening Mama Rena dengan nominal yang sama, transaksi pertama sebesar lima belas juta dan transaksi kedua juga sebesar lima belas juta. Dan dua kali transaksi itu juga terjadi di bulan ketiga.
"Kok aneh yah, Mas Rangga ngapain transfer Mama Rena sampe dua kali selama dua bulan berturut-turut? Kalau aku jumlahin Mas Rangga dalam tiga bulan udah transfer sama Mama Rena sebanyak seratus enam puluh juta. Dan yang sebanyak itu gak satu kali pun Mas Rangga ngasih tau? Ini apa sih maksudnya?" Nara makin penasaran saja.
Nara terdiam sejenak, ia mengajak otaknya untuk berpikir apa yang harus ia lakukan sekarang. Dan akhirnya Nara pun memutuskan untuk bertanya pada Mama Rena terlebih dahulu sebelum bertanya pada Rangga. Tujuannya apa, agar Nara bisa mengkroscek dua jawaban. Kalau jawaban Mama Rena sama dengan jawaban Rangga, berarti tak ada yang perlu di curigai dan ini hanya masalah miskomunikasi saja.
Nara tidak peduli apa pemikiran Mama Rena karena Nara menanyakan uang yang di transfer suami-nya karena itu hak Nara untuk tahu.
Saat hendak menghubungi Mama Rena, pelayan datang untuk mengantar pesanan Nara. Nara pun menjeda sebentar niatnya untuk menghubungi Mama mertuanya. Setelah pelayan itu pergi, barulah Nara melanjutkan menghubungi Mama Rena.
Setelah dua kali percobaan menghubungi Mama Rena, akhirnya Mama Rena menjawab panggilan telepon Nara.
"Halo Nara, kenapa Nak?" tanya Mama Rena
"Ma, ada yang mau Nara tanyain, tapi Mama jangan tersinggung yah." jawab Nara.
"Nanya apa Nak?" tanya Mama Rena.
"Mas Rangga pernah kirim uang sama Mama seratus juta yah pada tanggal sembilan Mei?" tanya Nara.
"Umm... i-iya Nak. Kamu tau darimana?" tanya Mama Rena dengan suara bergetar.
"Kebetulan Nara lagi mau buat pembukuan keuangan Mas Rangga, Ma, terus Nara cetak rekening koran dan Nara lihat Mas Rangga pernah transfer uang seratus juta untuk Mama." jawab Nara.
"Kalau boleh tau untuk apa yah, Ma?" tanya Nara hati-hati takut mertua-nya itu tersinggung.
"Ummm... itu Nara, sebenarnya uang itu untuk adik dari almarhum Papa, usaha anaknya hampir gulung tikar waktu itu, jadi Om-nya Rangga itu minta bantuan Mama, tapi Mama gak punya uang sebanyak itu, jadi Mama tanya sama Rangga dan kebetulan Rangga ada uang, jadi di bantulah sama Rangga. Memang salah Mama sih Nak, karena Mama yang bilang sama Rangga untuk gak kasih tahu kamu takut kamu gak setuju, sedangkan kalau kamu gak setuju, kasihan sepupu-nya Rangga itu, nanti rumah-nya disita sama bank padahal anak-nya masih kecil-kecil. Tapi tenang aja Nara, sepupu-nya Rangga nanti kembaliin kok uangnya karena Mama kan buat surat perjanjian dengan sepupu-nya Rangga itu." jawab Mama Rena.
"Oh..." Nara hanya membulatkan mulutnya. Sebenarnya ia ingin marah, tapi Mama Rena sudah lebih dulu meminta maaf padanya, jadi ya sudah lah tidak perlu di bahas lagi.
"Kamu jangan marah yah Nara sama Rangga." ucap Mama Rena.
"Marah sih gak Ma, paling nanti cuma Nara tanya aja. Dan tolong lain kali jangan seperti itu yah, Nara ini kan istrinya Mas Rangga, walaupun Mas Rangga itu anak Mama, yah tolonglah Ma hargai Nara. Nara juga bukan orang yang sejahat itu kok Ma, masa iya saudara lagi susah gak kita bantu." balas Nara.
"Iya Nak, maaf yah. Maklum aja Nak, ini kan pertama kali-nya Mama minta uang segitu sama Rangga, jadi Mama takut kamu gak kasih." balas Mama Rena.
"Ya udah lah Ma, gak usah di bahas. Tapi Ma... ada satu lagi yang mau Nara tanyakan sama Mama."
"Apalagi Nara?"
"Bulan Juni dan Bulan Juli kok Mas Rangga transfer Mama dua kali yah? Mama gak lagi kesusahan kan?" tanya Nara.
"Um itu... itu uang untuk servis mobil Mama dan mobil sport-nya almarhum Papa mertua kamu." jawab Mama Rena.
"Oh..."
"Kamu gak marah kan?"
"Gak lah Ma, masa gitu aja marah."
"Sekali lagi maaf yah Nara." ucap Mama Rena.
"Iya Ma, gak pa-pa. Ya udah Nara tutup yah teleponnya." pamit Nara.
"Iya Nak." balas Mama Rena.
Nara pun menutup teleponnya lalu menghela nafasnya kasar.
Ia sudah mendapat jawaban dari Mama Rena, tapi entah kenapa hatinya mereka belum tenang, ia merasa ada sesuatu yang masih ganjil.
Karena sudah lapar, Nara pun mengesampingkan urusan teka-teki pengeluaran Rangga dulu untuk mengisi perutnya. Perutnya harus tetap kenyang agar otaknya bisa di ajak berpikir jernih.
💋💋💋
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Anih Suryani
klu orang Baik biasa d begoin ama athoer
2023-09-14
0
atin p
orang Bank koq g ngehhh...piye to. kie...akeh pelakor²
2023-09-12
0
Kustriana Handayani
awas ma... mantu terbaik kabur lho....
2023-08-07
3