“Oi, aku adalah musuhmu saat ini, bodoh !!”
“Dasar dead fans sialan !!”
Pedang es Glacio dan pedang iblis Constantes saling bertabrakan satu sama lain. Glacio akhirnya mengeluarkan seluruh kemampuannya, begitu juga dengan Constantes yang hanya memiliki satu lengan saat ini.
“Aku akan melindungi nona Keres dari orang sepertimu, ****** !”
“Sama. Aku juga akan melindungi tuan Ferrum dari makhluk sepertimu, bajingan !!”
...****************...
Apakah seseorang harus melindungi orang lain ? Tapi kenapa ? Kenapa mereka rela kehilangan nyawanya hanya untuk melindungi seseorang yang lemah dan tidak berguna ? Itulah yang selalu dipikirkan oleh Glacio. Ia tidak bisa apa apa. Di scavenger, perannya hanyalah sebagai beban yang sering terluka berat karena kecerobohannya sendiri. Bahkan kekuatan sihirnya itu ia dapat berkat sebuah kejadian yang mengenaskan, sebuah kejadian yang merenggut nyawa banyak orang. Jika ia ingat-ingat, ada nyawa 5 orang scavenger yang menghilang karena kejadian itu. Namun, walaupun ia telah membuat 5 orang meninggal karena ulahnya sendiri, Ferrum yang melihat itupun tetap baik padanya. Ferrum masih bersandar pada ideologinya sendiri, bahwa selemah apapun orangnya, mereka tetap layak untuk terus hidup di dunia ini. Ia yakin bahwa suatu saat nanti, orang orang yang tidak berdaya itulah yang akan membangun dunia ini menjadi lebih baik lagi. Itulah yang membuat Ferrum melindungi Glacio hingga saat ini. Terus mendukungnya untuk tetap hidup, dan bertarung demi surga yang selalu mereka yang impikan selama ini.
Karena Tuan Ferrum lah, aku bisa sekuat seperti sekarang ini. Karena Tuan Ferrum lah, aku masih bisa hidup hingga detik ini. Berkat seluruh pengorbanannya, berkat seluruh kehilangan yang pernah ia alami, kami para revolucio mampu mengubah kota Grandbeltz menjadi kota surga seperti sekarang ini, yang selalu diinginkan oleh umat manusia di Proelium. Karena itulah, aku bersumpah, bahwa semua pengorbanan Tuan Ferrum tidak akan sia sia, dan tidak akan pernah sia-sia.
“Aku akan melindungi Tuan Ferrum, seperti ia selalu melindungi ku selama ini !” seru Glacio sambil menembakkan putaran angin nya ke arah Constantes. Constantes menebas putaran angin itu dengan pedang iblis nya, seketika mengakhiri sihir Glacio.
“Kamu kira aku juga tidak akan melakukan hal yang sama ? Tentu saja aku juga akan melindungi Nona Keres dari ****** sepertimu !”
“Hmph, kalau begitu, kita lihat siapa yang lebih kuat, aku atau kamu.”
“Itu terdengar sangat mudah. Jangan menangis kalau aku menghajar mu sampai babak belur, ******.”
Mereka berdua berdiri di antara puing puing bangunan, masing-masing mewakili dua orang yang sangat mereka idolakan. Constantes kepada Keres, dan Glacio pada Ferrum. Mereka saling menatap satu sama lain dengan tajam, dan beberapa saat kemudian, mereka berdua berlari dan saling menyerang dengan kekuatan mereka masing masing. Ini semua adalah tentang bagaimana dua orang yang sangat berbeda namun memiliki hal yang sama, yaitu seseorang yang selalu melindungi mereka sejak kecil, bahkan hingga sekarang.
...****************...
Sejak Keres menghilang saat ia berumur 15 tahunan, aku kembali menjadi bahan tertawaan orang lain. Mereka tidak pernah menghargai keturunan dari warga berdarah Daemones, terutama yang berambut perak. Kami semua selalu tidak berdaya melawan diskriminasi dari orang-orang lain yang lebih kuat dari kami, baik itu aku, kakak perempuan ku, maupun keluarga Daemones yang lainnya. Sementara itu, keluarga Daemones yang ada di atas mendapatkan penghormatan yang layak, bahkan sebuah tempat berlindung saat para warden menyerang secara brutal. Serangan warden itu terjadi dengan sangat tiba-tiba, dan hampir menghancurkan setengah kota Impius, tempat tinggal kami saat itu. Sebagai sesama keluarga Daemones, seharusnya mereka yang berada di atas juga melindungi Daemones bawah, namun bukan seperti itu kenyataannya. Mereka yang merupakan keluarga atas justru membuang kami keluar dari tempat persembunyian, memaksa kami semua yang merupakan warga bawah untuk diburu oleh para warden.
Kami bertarung melawan para warden mati matian. Hingga satu Minggu, bulan, atau bahkan tahunan pun mereka para warga atas masih bersembunyi dan hidup dengan nyaman di tempat persembunyian mereka, sementara kami telah kehilangan banyak orang yang disayangi. Aku dan kakak perempuan ku adalah yang paling berani untuk melawan para warden bajingan itu, sehingga itu semua membuat orang lain yang bertarung bersama kami menyebut kami berdua sebagai pemimpin. Namun sebutan pemimpin tidak akan pernah mengubah ketidakmampuan kami berdua. Satu per satu orang yang selalu mengikuti kami berdua jatuh di tanah sebagai mayat, hingga pada akhirnya jumlah kami sudah terlalu sedikit untuk melawan para warden yang masih tersisa.
Jumlah kami hanya tinggal 15 orang saja, dan itu sudah pasti sangat tidak mungkin untuk membantai para warden yang jumlahnya seolah selalu ribuan, tidak pernah berkurang sama sekali. Tidak peduli sebanyak apapun kami bertarung dan mencoba, para warden tidak akan pernah menghilang dari dunia ini. Kami dilanda oleh keputusasaan yang luar biasa hebat. Walaupun sebenarnya aku selalu ingin bunuh diri, namun kakakku juga selalu ada di sampingku dan menghiburku. Itulah yang membuatku sadar betapa baiknya ia kepadaku. Ia selalu berdoa pada sosok yang namanya adalah Tuhan, walaupun doanya itu tidak pernah dijawab sama sekali. Sehari harinya, aku, kakakku, dan 13 orang yang lainnya mengais sampah - sampah di jalanan kota Impius. Sudah tidak ada harapan untuk bertahan hidup, namun kami semua masih berpegang teguh pada sebuah harapan bahwa suatu hari, akan ada seseorang yang menyelamatkan kami dari para warden sialan itu, dan juga membalaskan dendam kami pada warga Daemones atas. Apa yang telah dilakukan oleh warga Daemones atas sudah sangatlah keterlaluan, menjijikkan, dan menjengkelkan. Rasanya aku seperti ingin mencongkel semua mata mereka, kemudian membuat mereka memakan kedua mata mereka sendiri. Aku sudah terlalu muak pada diskriminasi yang berlebihan ini pada kaum bawah, hingga akhirnya menjadi sosok yang selalu paling ditakuti oleh manusia, yaitu seorang iblis. Setiap kali aku berhasil membunuh warden, aku akan menghancurkan kepala mereka, mengambil isi isinya, dan kemudian mulai merangkai sebuah jebakan dengan teknologi mereka sendiri. Itulah yang selalu dilakukan oleh aku dan kakakku. Kami berdua terbukti sangat hebat dalam merangkai jebakan, dan hal itu membuat kami hampir mampu untuk mengusir para warden dari kota Impius sekali lagi.
Hingga akhirnya, pada suatu hari, seseorang yang selalu kami nanti-nantikan akhirnya datang juga. Dan betapa mengejutkannya, bahwa orang itu adalah Nona Keres, dan juga dengan pedang kesayangannya yaitu Tonitrui. Ia membantai para warden dengan sangat mudah, namun jumlah mereka yang hampir tak terbatas akhirnya membuat Nona Keres kewalahan. Kami, ke 15 orang terakhir yang berhasil bertahan hidup itu, akhirnya memutuskan untuk membantu Nona Keres yang dibuat terluka cukup parah oleh para warden. Tidak peduli jika tidak ada yang akan selamat dari ke 15 orang ini, yang penting kami semua akhirnya mengetahui bahwa harapan itu memang masih ada di dunia yang penuh dengan kekacauan ini. Kami semua akhirnya mengetahui, bahwa dunia ini masih memiliki seorang penyelamat, seseorang yang masih mementingkan nyawa dan juga hidup orang lain yang lemah dan tak berdaya. Harapan itu masih ada, dan itu akan bertahan hingga sampai saat ini. Karena akulah yang akan melindungi harapan itu dari kegelapan di dunia ini. Aku akan melindungi Nona Keres, seperti ia telah melindungi aku, kakakku, dan k 13 orang pemberani lainnya seperti dulu, saat kami semua bertarung mati-matian mempertaruhkan nyawa kami, demi membela orang orang bejat dari Daemones atas, dari orang orang tidak tahu diri yang menganggap diri mereka adalah seorang manusia, padahal sebenarnya hanyalah seekor babi bodoh yang tidak berguna.
Aku akan melindungi Nona Keres, supaya ia nantinya mampu untuk mengubah dunia ini, menjadi tempat yang layak untuk orang orang lemah tinggal dan hidup dalam keamanan, untuk selama-lamanya.
...****************...
Pedang es Glacio dan pedang iblis Constantes bertubrukan satu sama lain, menghasilkan suara dentingan yang keras. Mereka telah beradu pedang dengan waktu yang tidak sebentar. Glacio kemudian menciptakan sebuah ledakan dari angin dingin, melemparkan Constantes ke belakang.
“Sialan !”
“Lihat siapa yang lebih lemah disini, iblis bajingan !!” seru Glacio sambil melesat ke arah Constantes. Constantes menghalau serangan Glacio kembali dengan pedang iblis nya, menciptakan sebuah ledakan api yang dahsyat. Constantes melanjutkan untuk menyerang secara membabi buta, namun ia tidak sadar kalau Glacio sudah ada di belakangnya. Setelah asap dari ledakan itu telah menghilang, Glacio 6 duri es yang seketika menusuk tubuh Constantes dari belakang. Tentu saja Constantes terkejut dan berteriak kesakitan.
“Cih, sejak kapan !?”
“Sejak ledakan yang tadi, bodoh.” jawab Glacio tanpa ekspresi sama sekali. Constantes menebas Glacio kembali, namun Glacio sudah menghilang dalam sekejap mata. Punggung Constantes kembali terkena duri es Glacio, membuat Constantes menjadi marah seketika. Ia menjatuhkan ujung pedangnya hingga menyentuh jalanan, dan saat itu juga sebuah ledakan besar terjadi.
“Yang tadi itu sangat tidak berguna, bodoh.”
Glacio tiba-tiba saja sudah berada di hadapan Constantes, menebas lehernya dengan pedang es miliknya. Walaupun lukanya tidak begitu dalam, tetap saja itu adalah sebuah luka yang parah. Dan berkat serangan Glacio itu juga, Constantes menjadi paham dengan apa yang baru saja terjadi.
“Itu adalah konsep yang sama dengan penguapan, kan !?”
“Oh ? Kau belajar dengan cepat, huh ?”
Intinya adalah, apa yang dilakukan oleh Glacio barusan sangatlah berhubungan dengan penguapan. Glacio akan mengubah wujud tubuhnya menjadi air untuk sementara, dan saat pedang iblis Constantes yang membara itu mengenai Glacio, ia akan menguap seketika, dan dengan sihirnya ia mampu melakukan kondensasi secara instan, seketika mengubah wujudnya kembali seperti semula. Kemampuan Glacio bukanlah hanya sihir pembeku saja, namun kemampuan untuk mengontrol perubahan wujud zat dengan sangat cepat.
“Kalau begitu, aku hanya perlu menyerang mu tanpa pedang ini, bukan !?” seru Constantes sambil menyeringai dengan tajam.
“Sialan !!”
Constantes menendang perut Glacio menggunakan lutut kaki kirinya, membuat Glacio memuntahkan darah seketika. Tendangan kedua dari Constantes mengenai Glacio sekali lagi, mengenai kepala Glacio dan membuatnya terlempar ke belakang.
“Lihatlah, kondisinya sudah terbalik sekarang, ****** !!”
“Bajingan !!” seru Glacio sambil menembakkan putaran anginnya kembali. Hanya dengan sekali ayunan pedangnya, Constantes langsung menghentikan serangan Glacio itu, dan kemudian menerjang ke arahnya. Constantes dengan cepat menendang kepala Glacio sambil berputar di udara. Glacio jatuh berlutut satu kaki di jalanan, masih berusaha untuk menyerang balik setelah ini, namun Constantes seketika membenturkan kepalanya pada Glacio, memGlacio kini terbaring ke tanah.
“Rasakan ini, ****** !” seru Constantes sambil menginjak injak Glacio yang meringkuk karena kesakitan. Kini Constantes sudah sepenuhnya menjadi apa yang selalu ia benci sejak dulu. Ia menjadi sesosok iblis, karena pengaruh yang dia terima dari kekerasan yang selalu ia alami sejak masih kecil, bahkan sampai sekarang ini. Inilah yang membuat kakaknya sendiri membencinya. Constantes sudah menjadi iblis sama seperti orang lain yang ada di dunia ini. Kejam, dan tidak berperasaan.
Sebuah suara ledakan tiba tiba mengalihkan perhatian keduanya, membuat mereka menoleh seketika ke sumber suara dari ledakan tersebut. Setelah mengamatinya selama beberapa saat, Constantes akhirnya tersenyum lebar saat mengetahui Keres lah yang menciptakan ledakan tersebut, mengakhiri hidup Ferrum seketika.
“Lihatlah, idola bodohmu itu sudah mati, tahu ! Bukankah itu sangatlah menyedihkan !?”
“Tidak berguna sama sekali ! Tidak bisa melakukan apapun ! Dan juga tidak bisa melindungi siapapun selama hidupnya ! Bukankah itu terdengar sangat sepertimu, ****** !?”
Constantes menginjak Glacio berkali kali, merasa bahwa dirinya adalah yang paling kuat saat ini. Sama seperti yang dilakukan oleh orang orang yang selalu memukulinya waktu masih kecil, ia tidak sadar bahwa ia juga lemah dan tidak berguna sama sekali.
“Kamu.... Juga tidak bisa apa apa, bukan !?” geram Glacio. Seketika, lingkaran es mengelilingi mereka berdua, dan tubuh Constantes pun sudah tertusuk oleh 3 tombak es yang panjang. Itu adalah pengkristalan, perubahan dari gas menjadi padat. Glacio tiba-tiba melayang ke atas dan mengangkat tangan kanannya, menciptakan ribuan tombak es di belakangnya.
“Apa yang kamu tahu tentang kehidupan ku, iblis bajingan !? Apa kamu tahu satu saja yang selama ini aku berusaha untuk kulakukan !? Apa kau tahu nilai sesungguhnya dari melindungi seseorang !? Seperti yang Keres lakukan padamu, melindungi mu kemudian meninggalkan begitu saja. Dan sekarang, lihatlah apa jadinya kau sekarang ini !!”
Glacio menembakkan ribuan tombak es itu ke arah Constantes, memaksanya untuk terus menangkis serta menghindarinya, namun semua itu sia-sia. Seluruh tombak es yang ditangkis oleh Constantes menghilang seketika dan kemudian muncul kembali di belakangnya, membuat Constantes tertusuk oleh tombak es Glacio dalam jumlah yang cukup banyak. Namun tidak peduli seberapa banyak tombak es yang menusuk tubuhnya, Constantes tetap memaksa dirinya sendiri untuk terus melawan Glacio yang melayang di udara.
“Orang sepertimu seharusnya tidak layak dilindungi dan bertahan hidup di dunia ini, jika hasilnya adalah kau yang berubah menjadi iblis seperti sekarang !”
“Keres mu itu terlalu bodoh karena memilih orang yang salah untuk dia lindungi sepertimu, tahu ! Jika saja kau mati saat masih kecil, setidaknya dunia ini akhirnya kehilangan satu iblis yang tinggal di dalamnya, dan itu saja sudah cukup, BANGSAT !!”
Glacio menukik ke arah Constantes dengan kecepatan tinggi, kemudian berhasil menusuk jantung Constantes menggunakan pedang es miliknya.
“Dunia ini tidak memerlukan iblis sepertimu untuk mengubahnya, tahu !!”
Glacio menendang Constantes dan membuat Constantes terlepas dari tusukan pedang esnya. Constantes jatuh tersungkur dan mengerang kesakitan, namun ia masih jauh dari kata kritis atau bahkan meninggal. Butuh lebih dari tusukan di jantung untuk membunuh Constantes dalam wujud iblisnya ini. Constantes bangkit berdiri dengan cepat dan berteriak sangat keras, diikuti oleh kobaran api yang panas di sekitar tubuhnya. Constantes kemudian menyerang Glacio dengan brutal menggunakan pedang iblisnya.
“Bodoh.” gumam Glacio. Hanya dalam sekejap mata, Glacio telah menebas leher Constantes sekali lagi. Itu masih belum cukup untuk membunuh Constantes. Ia menahan rasa sakit dari tebasan itu sambil menggertakkan giginya, kemudian memutar pedang iblisnya ke belakang dan langsung menusuk punggung Glacio. Darah mengucur deras dari mulut Glacio. Setelah Constantes menarik pedang iblisnya kembali, Glacio pun jatuh ke tanah, dan tanpa sengaja mendapati mayat Rivolus juga yang telah kehilangan kulit sepenuhnya akibat terbakar oleh kekuatan 100% Tonitrui Keres. Ia berusaha untuk meraih mayat Rivolus yang terlampau jauh darinya. Untuk terakhir kalinya, setidaknya untuk terakhir kalinya saja, ia memegang tangan sahabat sedari kecilnya itu, yang memiliki pengalaman pahit bersama. Saling berbagi impian yang sama, dan juga bertarung untuk melindungi orang yang sama, yaitu Tuan mereka, Ferrum.
“Rivolus.... Aku, telah gagal.”
...****************...
Constantes berjalan melewati reruntuhan bangunan di sekitarnya, kemudian mendapati Keres yang sedang duduk di atas puing-puing bangunan besar. Ia seketika bergegas untuk menghampiri Keres yang diam itu, sedang memandangi matahari di hadapannya.
“Kau sangat hebat tadi, Nona Keres ! Benar-benar tidak terkalahkan, seperti biasanya !”
“Diamlah, setan konstan. Aku sedang melihat matahari dan juga tidak diganggu saat ini. Kamu tidak buta, kan ?”
Lagi-lagi Keres menjawabnya dengan kasar lagi, tidak pernah memperdulikan perasaannya sama sekali. Namun tidak peduli seperti apa Keres saat ini, ia tidak akan pernah membencinya. Ia tidak akan pernah lupa, apa yang pernah dilakukan oleh Keres untuk melindunginya di masa lalu.
“Oh ya, kemampuan mu itu juga hebat, tahu.” gumam Keres dengan nada pelan. Namun Constantes masih dapat mendengarnya dengan jelas, dan ia tidak mungkin salah. Keres baru saja mengakui kalau kemampuannya itu hebat. Akhirnya, setelah mengharapkan apa yang terlihat seperti tidak mungkin, Constantes akhirnya mendapatkan sebuah pengakuan dari seseorang yang merupakan idolanya.
Seseorang, yang selalu melindunginya di masa lalu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments