Iron Scarce

Sudah 2 jam berlalu, dan Ferrum sialan itu belum juga menampakkan batang hidungnya sama sekali. Membosankan, melelahkan, dan menyebalkan. Si setan yang ada di samping ku juga mulai memikirkan kembali pilihan hidupnya untuk menunggu orang sialan ini bersama denganku. Sepertinya ia tidak akan mau bertarung bersama dengan ku setelahnya.

“Orang bernama Ferrum ini, apa dia benar benar tahu posisi kita ?” gumam si setan sambil merebahkan dirinya ke tanah.

“Entahlah. Aku akan membunuhnya dengan Phastos setelah ini.”

Daemones menoleh ke arahku keheranan. Akhirnya, aku punya kesempatan untuk mengucapkan kalimat absurd ini juga.

3 jam, 4 jam, hingga 5 jam telah berlalu. Aku sekarang bisa melihat matahari yang mulai terbit dari ufuk timur. Sebenarnya, apa yang ku lakukan saat ini ? Ferrum itu benar benar hebat dalam membodohi ku. Bahkan setan ini akhirnya bangun juga dari tidurnya, kemudian mengumpulkan nyawanya sambil duduk di tanah.

“Oi, apa ada kejadian aneh selama gw tidur ?”

“Tentu saja ada. Aku mulai dendam dengan besi sialan itu.”

“Oh.”

Aku dan Daemones akhirnya memutuskan untuk pulang ke tempat tinggal masing masing. Hari hari ku kemudian mulai berjalan sama seperti biasanya, bahkan aku mulai melupakan tentang revolucio sialan itu lagi. Tidak mungkin, tidak mungkin mereka hanya berlibur ke daerah hutan ku kemudian meninggalkannya dengan begitu saja. Sekarang hutan ini penuh dengan kerusakan, dan itu semua berkat mereka. Mereka pasti meninggalkan sesuatu di hutan ini.

Hari ke 13 setelah itu, aku menemui Daemones di rumahnya lagi. Aku mendobrak pintunya dengan sebuah tendangan, seperti biasa.

“Jalang ! Bisa gak lu ga nendang pintu gw sekali aja !?”

Setan ini terlihat lucu sekali kalau marah.

“Kita pergi berburu, setan.”

“Huh ?”

“Kita pergi berburu, setan.”

Daemones terlihat sangat kebingungan. Sudah pasti ia tidak tahu apa yang sebenarnya kukatakan.

...****************...

Aku bersama dengan Daemones berjalan menyusuri hutan yang menjadi tempat jajahan revolucio itu lagi.

“Sebenernya apa sih yang kita cari ?”

“Tentu saja si Ferrum sialan itu. Dia pasti punya alasan buat ninggalin hutan ini tanpa sebab.”

“Memangnya apa yang di cari sama si besi itu ?”

“Aku.”

Daemones berpikir sejenak.

“Memang aneh.”

Saat ini, aku dan Daemones sudah berada di tengah hutan lagi. Hal pertama yang mengejutkan ku dan Daemones adalah fakta bahwa es dari sihir Glacio tidak meleleh sama sekali. Begitu juga dengan mayatnya dan Rivolus, mereka sudah tidak ada bak di telan bumi, padahal tidak ada yang membereskan tubuh mereka sama sekali.

“Mungkin hewan ?”

“Tidak ada hewan di sini. Kecuali satu, kamu.”

“Bangsat.”

Aku dan Daemones kemudian pergi ke sisi hutan yang lain, melupakan tentang mayat Glacio dan Rivolus yang menghilang entah kemana. Banyak hal yang mengejutkan di sini, termasuk sisa sisa abu pembakaran yang tersebar di tanah. Seingat ku, tidak ada yang terbakar sama sekali saat aku membunuh 10 orang bodoh itu. Daemones mulai menjadi curiga. Sepertinya memang ada yang aneh dengan ke 10 orang bodoh itu.

“Oi, ******. Apa ada yang aneh waktu lu ngebunuh mereka ?”

“Kamu sendiri bagaimana ?”

Daemones mencoba untuk mengingat ingat kembali. Memang sudah 13 hari berlalu, wajar saja di lupa akan malam yang panjang itu. Bahkan sampai kini, malam itu juga masih belum berakhir sepertinya.

“Glacio, dia waktu itu sering banget berhenti tiba tiba. Udah kayak nge lag.”

“Itu sudah cukup. Kita pergi ke Bellator sekarang.”

“Huh ? Kenapa !? Kenapa tiba tiba ganti topik, bangsat !?”

“Dia juga punya banyak misteri.”

Dan begitulah, kami pergi ke tempat di mana Bellator mati pada saat itu. Seperti yang ku duga, mayatnya juga telah berubah menjadi abu. Yang hanya tersisa adalah pedang miliknya saja, tergeletak di tanah.

“Oi, ******. Pedang ini kelihatan agak aneh.”

“Aku juga merasa seperti itu sejak dulu.”

Daemones mulai memeriksa pedang Bellator dari berbagai sisi. Bagian bawah dari bilahnya terlihat seperti ada sebuah kaca mekanis semacam kamera yang tersimpan di dalamnya.

“Pedang ini, kayaknya bisa menyimpan informasi lewat kameranya.”

Mendengar hal itu, aku merasa ada sebuah relasi tertentu antara pedang Bellator dengan drone milik Ferrum. Beruntung beberapa drone yang hancur itu juga tidak ikut berubah menjadi abu, jadi aku bisa melakukan sesuatu terhadap drone rongsok ini.

“Setan, berikan pedang itu padaku.”

“Huh ? Baiklah.”

Bukannya memberi, setan ini justru melemparkan pedang Bellator ke arahku, beruntung aku punya reaksi yang cepat. Setan ini, dia hampir memenggal kepalaku entah karena sengaja atau tidak. Aku membandingkan kaca yang ada di pedang Bellator dengan kaca yang dimiliki drone Ferrum, dan itu terlihat memiliki mekanik yang sama persis. Pedang Bellator terhubung dengan drone - drone ini, dan itulah yang membuatnya mampu mengetahui beberapa hal dengan cepat. Dan itu berarti, drone Ferrum juga sudah tersebar ke berbagai tempat saat itu. Entah kenapa aku tidak melihatnya, mungkin saja drone Ferrum punya kemampuan untuk berkamuflase. Kalau memang begitu, bisa jadi drone Ferrum juga masih mengawasi di seluruh hutan ini, hanya saja aku tidak dapat melihat mereka.

“Setan, apa kamu merasa seperti sedang diawasi sebelum Bellator dan kawan kawan nya mengejar mu ?”

“Kayaknya sih gitu. Cuma, gw pikir itu adalah hantu, jadi gw ga terlalu peduli.”

“Hantu ? Bodoh sekali. Kamu memang layak untuk menjadi yang ke sebelas dari mereka.”

“Cih !”

Penyelidikan sudah selesai, dan sekarang, aku dan Daemones pergi menuju hutan timur, hutan yang tidak ku jamah sama sekali pada saat itu. Sebuah hal yang sangat mengejutkan, saat aku dan Daemones dapat menemukan banyak sekali mayat warden yang nampaknya dihancurkan oleh bor raksasa.

“Apa apaan ini ? Warden mau nyerang tempat tinggal lu lagi ?”

“Ini sudah terjadi sekali waktu aku bertemu dengan warden humanoid itu. Sepertinya si besi itu lebih mementingkan soal warden daripada memburu ku.”

Jadi, itu alasan kenapa si besi ini tidak datang menemui ku malam itu ? Semuanya sudah jadi jelas sekarang. Mungkin ia masih memburu warden yang lainnya sampai saat ini. Walaupun aku tidak pernah bertemu dengannya, aku sangat berterima kasih pada orang ini. Ia membantuku mengurusi para warden yang kelihatannya punya ketertarikan pada Tonitrui.

“Jadi, kita ngapain sekarang ?”

“Kita cari si besi itu sampai mati.”

“Gw punya orang yang tepat buat itu.”

“Oh, benarkah ?”

...****************...

Malam harinya, aku dipanggil oleh setan ini untuk datang ke rumahnya. Benar benar kurang kerjaan, memangnya ada apa di rumah kayu bobrok nya itu ?

Aku membuka pintu rumahnya, dan lihatlah, setan ini terlihat sangat bersemangat sekali. Jangan bilang dia sudah memasang jebakan murahannya kembali ?

“Ada apa, setan ? Kamu tidak seperti ingin merayakan sebuah pesta. Bukankah begitu ?”

“Hehe, akhirnya gw bisa ngenalin anggota klan gw hari ini !”

Setan ini punya anggota klan ? Penasaran.

Pintu belakang rumahnya kemudian terbuka secara kasar, dan dia memang benar. Aku hanya melihat seorang pria yang sepertinya akan masuk ke dalam daftar ‘manusia setan’ milik ku.

“Ratu Keres !!” seru pria itu dengan sekeras mungkin. Makhluk ini memanggilku dengan sebutan ratu ? Benar benar langka.

“Akhirnya ! Akhirnya setelah sekian lama, aku bisa bertemu dengan mu, nona Keres ! Aku sudah tergila - gila pada mu sejak lama sekali !”

Makhluk ini memang kelihatan seperti orang gila, tidak diberitahu pun aku sudah mengerti.

“Oi, setan. Apa semua orang yang bermarga Daemones memang gila seperti kalian berdua ?”

“Gw nggak gila kayak dia, bangsat !”

“Kakak, jangan panggil ratu ku dengan sebutan ‘bangsat’ !”

Daemones menoleh ke makhluk yang ada di depan ku ini dan menatapnya dengan tajam. Seketika, sebuah panci melayang ke arah kepalanya dan membuat makhluk ini jatuh ke lantai. Luar bisa, setan. Kamu melakukan apa yang harusnya kamu lakukan sejak awal.

...****************...

Makhluk ini bernama Daemones Constantes, dan ia adalah fans berat ku yang pertama kali ku ketahui. Orang semacam dirinya bahkan bisa hidup di dunia yang penuh dengan peperangan ini, sungguh luar biasa. Harus kuakui, tekadnya itu benar benar tak sebanding dengan keinginan ku untuk bertahan hidup. Setidaknya, berkat makhluk langka yang satu ini, keberadaan Ferrum bisa ku ketahui.

“Ferrum !!” seru ku sambil mendobrak pintu sebuah bangunan.

“Hei, itu bukan Ferrum.”

“Huh ?”

Memang tidak ada orang yang terlihat seperti Ferrum di dalam bangunan ini. Yang ada hanyalah dua orang yang harusnya sudah berubah menjadi mayat waktu itu.

“Oi, rambut beku. Ternyata lu masih hidup, huh ?”

Glacio tidak menjawab. Ia hanya mengangkat tangan kanannya, dan saat itu juga udara dingin mulai berkumpul di telapak tangannya. Akhirnya, aku bisa mengetahui kekuatan yang dimiliki Glacio.

“Hal yang sama tidak akan terulang lagi.” ucap Glacio sambil menembakkan sihir nya ke arah kami bertiga. Aku, Daemones, dan Constantes berlindung dari udara dingin yang di arahkan kepada kami secara terus menerus. Lantai secara perlahan mulai membeku. Ini terlihat bukan seperti sihir es, ini lebih seperti sihir pendinginan bagi ku. Lama lama aku dan yang lainnya juga bisa membeku kalau terus berdiri seperti ini. Aku mengambil Barbatos dari sarung besinya, kemudian mengayunkan Barbatos dengan sekuat tenaga. Memang ledakan Barbatos berhasil membatalkan sihir milik Glacio, tapi sepertinya itu tidak akan selesai begitu saja. Lantai yang awalnya membeku itu kini terlihat berubah menjadi seperti, sungai ?

“Nona Keres, awas !!”

Constantes tiba tiba berlari ke depan melewati ku. Ia berhasil menyeruduk seseorang yang tiba tiba muncul dari dalam sungai buatan itu, dan orang itu adalah Rivolus !

“Kamu memanggilnya ‘Nona Keres’ ? Bodoh sekali !”

Constantes tidak memperdulikan ucapan Rivolus, dan ia hanya terus mendorong Rivolus hingga akhirnya Rivolus seperti berubah menjadi patung raksasa, tidak bisa di dorong sama sekali. Rivolus kemudian menciptakan sebuah pusaran air di bawah kakinya, dan ia langsung menyerang Constantes dari berbagai arah, dan setan konstan ini berakhir terlempar ke depanku.

“Oi, setan konstan. Kamu tidak apa apa !?”

“Ah, tentu saja. Selama anda berbicara kepada ku, aku tidak akan terluka sedikit pun !”

“Cih, menjijikkan.”

Constantes bangkit berdiri kembali, bahkan terlihat lebih bersemangat sekarang. Apa ucapanku itu berhasil membangkitkan adrenalin dalam tubuhnya ? Luar biasa. Sayang sekali ia langsung menghilang entah kemana saat tendangan Rivolus yang selanjutnya mendarat dengan telak tepat di muka nya.

“Hei, setan. Apa makhluk itu baik baik saja ?”

“Gak tau, semoga aja dia mati.”

Sungguh malang nasib makhluk yang satu ini. Bahkan kakaknya sendiri mengharapkan dirinya untuk mati. Beristirahatlah dengan tenang, setan konstan.

“Nama mu Rivolus, kan ? Hebat juga kau.”

“Heh, tidak terima kasih.”

Rivolus terbang ke arahku bersamaan dengan udara dingin Glacio yang ditembakkan ke arah ku dan Daemones. Ledakan api Barbatos saja sudah cukup untuk membuat dua serangan mereka gagal begitu saja. Namun itu tidak akan membuat pertarungan ini selesai. Aku harus melakukan sesuatu terhadap mereka berdua.

“Oi, ****** ! Gw bakal ngurus rambut beku yang ada di belakang !” seru Daemones sambil berlari ke arah Glacio. Dasar setan, selalu saja memilih musuh yang lebih lemah.

Rivolus kembali terbang ke arahku. Pertarungan ini akan sangat menyebalkan. Aku mengayunkan Barbatos untuk mengubah arah terbangnya, dan itu berhasil. Rivolus seketika terbang menukik ke atas untuk menghindari tebasan Barbatos, kemudian mulai terbang mengelilingiku. Sepertinya ada yang direncanakan oleh orang ini, aku harus menghentikan rencananya atau itu akan menjadi serangan yang sangat buruk bagiku. Aku mengayunkan Tonitrui berkali kali, menembakkan sebuah tebasan listrik ke arah Rivolus yang dengan mudahnya menghindari seranganku di udara. Orang ini.... Lama lama aku bisa kehilangan rambut hanya karena bertarung dengannya.

“Berhentilah menghindar, pecundang terbang !!” seru ku sambil menembakkan sebuah tebasan listrik besar. Tentu saja Rivolus kembali menghindar dengan mudah.

“Hmph, kalau itu yang kau mau.” gumam Rivolus. Ia menciptakan sebuah cermin air di depannya, atau mungkin kusebut itu sebagai portal air. Rivolus seketika telah berada tepat di depan mukaku, dan tangannya sudah siap untuk melayangkan sebuah pukulan. Aku harus menghentikan serangannya. Aku mengayunkan Barbatos saat pukulan dari tangannya itu hampir mencapaiku. Tangan kanannya sudah tidak terselamatkan lagi, Rivolus kehilangan tangan kanannya. Ia terbang ke belakang menjauhiku, namun aku tidak akan membiarkannya begitu saja. Aku menubrukkan Barbatos dengan Tonitrui yang sudah dipenuhi dengan aliran listrik.

“Mati kau, pecundang terbang !!”

Azidoazide dalam Barbatos seketika bereaksi dengan tegangan listrik Tonitrui, menciptakan sebuah ledakan luar biasa yang menutupi Rivolus yang saat itu masih kesakitan karena kehilangan tangannya. Entah apa yang terjadi padanya, yang pasti aku juga terkena sedikit dari efek ledakan itu. Panas, sebagian kulit tanganku terbakar karena ledakan dari dua senjata ini. Asap dari ledakan kemudian mulai menghilang, menunjukkan Rivolus yang sedang sekarat dipenuhi oleh luka bakar di sekujur tubuhnya. Setidaknya luka bakar di tanganku ini sebanding dengan apa yang diterima oleh Rivolus.

“Rivolus !” seru Glacio dari kejauhan. Dasar bodoh, musuh mu akan punya kesempatan untuk menyerang balik tahu.

Benar saja, setan itu berhasil menendang perut Glacio dengan keras, membuatnya muntah darah darah dan jatuh tersungkur ke tanah. Daemones kemudian melompat ke sisi ku dan menghela nafasnya lega. Mereka berdua tidak sekuat seperti perkiraanku ternyata.

“Heh, sejauh ini baik baik saja, kan ?”

“Adik gila mu itu tidak sedang baik baik saja, bodoh.”

“Yah, gak ada yang peduli sama dia.”

Kasian sekali kau, setan konstan, semoga kau tenang di sana. Mungkin saja dia mengidolakan ku karena kakaknya itu sebejat ini, sesuai dengan nama marganya.

Sebuah ledakan tiba tiba menghancurkan atap, dan kini ada dua orang yang sedang berdiri di hadapan kami dari balik asap.

“Tuan Ferrum ? Maafkan kami berdua... Yang tidak ‘Cough’ ‘Cough’ kompeten ini.”

Ferrum, akhirnya dia menampakkan diri juga. Dari balik asap yang perlahan memudar ini aku dapat melihat tubuhnya yang sudah tidak bisa dikatakan sebagai manusia lagi, dia lebih cocok untuk disebut sebagai, tumpukan besi !

“Hei, Ferrum. Besi jadi langka karena mu, tahu.”

“Sialan, itu lucu banget.” sahut Daemones.

Seharusnya mereka berdua tertawa, namun ternyata tidak. Apakah candaan ku itu kurang lucu bagi mereka ? Seharusnya tidak ada yang kurang.

“Beraninya kalian menyakiti bawahan ku.”

“Ah, imut sekali. Kamu masih peduli dengan sampah lemah nan tak berguna seperti mereka ?”

“Tentu saja, Keres !!”

Ferrum menembakkan sebuah peluru peledak dari tangan kirinya, membuatku harus melompat ke belakang. Itu hanyalah serangan kecil, tidak mungkin itu adalah kekuatan penuhnya. Dari balik asap, aku melihat semacam ular besi raksasa yang akan menyerang sesuatu, orang yang akan di serang itu pasti Daemones !

“Setan, di atas mu !”

Daemones melihat ke atas, dan dengan cepat menghindari terkaman ular besi tersebut. Sulit dipercaya, ular besi itu ternyata berasal dari sebuah pedang rantai yang dipegang oleh wanita yang mirip dengan Daemones yang aku lihat sedang berbincang dengan Bellator malam itu.

“Daemones ? Apa aku baru saja mendengar kata Daemones diucapkan ? Sepertinya aku menemukan orang yang ku cari.” ucap wanita itu sambil berjalan keluar dari kepulan asap.

“Apa apaan ini !? Kenapa dia mirip banget sama gw, bangsat !?”

“Karena kita punya genetik yang sama, bodoh. Bagaimana ? Apa kamu masih perawan, Virginis ?”

“Sialan, itu bener bener nusuk hati gw.”

Aku dapat melihat wanita itu sepenuhnya sekarang. Dia benar benar mirip dengan Daemones. Aku memang tidak salah lihat waktu itu.

“Perkenalkan, namaku Daemones Anguis.”

“Iblis ular ? Kayaknya gw pernah denger tentang orang ini. Jadi itu kamu, huh ?”

“Menyebalkan, namanya hampir sama dengan marga ku.”

Daemones menatap ku dengan tajam. Yah, aku tahu, aku merusak suasana dari pertemuan antar klan ini, tapi bukankah masih ada satu orang lagi ? Bisa bisanya setan ini melupakan si besi itu.

“Oi, setan. Biar aku yang mengurus si besi. Kamu, nikmatilah reuni dengan keluargamu.”

“Ini bukan reuni, bangsat !!”

Aku sedikit berjalan ke depan, berusaha mencari si besi itu di balik asap tebal reruntuhan. Dan akhirnya, aku menemukan si besi itu juga.

“Aku tahu kamu mau membunuhku, kan ? Aku sekarang ada di sini, besi ! Pastikan untuk tidak melewatkan kesempatan yang langka ini.” seru ku sambil mengaktifkan Tonitrui dan Barbatos secara bersamaan. Ferrum pun kelihatannya juga sudah siap dengan bor raksasa miliknya yang menggantikan tangan kanan.

“Tentu saja. Ferre akan sangat senang saat melihat mayatmu itu.”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!