Among the foolish

Orang orang ini membawaku ke tengah hutan dan saat ini sedang merawat luka ku. Mereka terlihat tidak mengenalku sama sekali. Entah apakah mereka ini bodoh atau apa, yang pasti aku harus memalsukan identitas ku untuk sementara. Aku merasakan adanya hubungan antar orang orang ini dengan munculnya anjing bernama Orcus itu. Perawatan pun selesai, dan orang yang merawat ku itu sekarang berdiri dan meninggalkan ku setelahnya. Mata mereka bahkan tidak dapat mengenali Tonitrui yang ada di tanganku.

“Hei, kami semua sudah memperkenalkan diri masing masing, sekarang giliranmu.”

Aku menoleh ke belakang. Pria yang berbicara padaku saat ini bernama Bellator, cukup tampan untuk seukuran orang bodoh sepertinya. Siapa pun orang yang hidup di dunia ini pasti mengenal nama ku, Keres, apalagi nama keluargaku, Sanguis yang artinya darah. Jadi aku harus menggunakan nama dengan makna yang lebih ‘suci’ sebagai penyamaran.

“Flamen, Flamen Lucem.” jawabku secara singkat.

“Nama yang bagus.” sambung Bellator. Seperti yang dibilang olehnya tadi, mereka semua sudah memperkenalkan diri padaku. Ada 10 dari mereka, Helen, Phastos, Iatro, Splendico, Cano, Citus, Rivolus, Bellator yang ada di belakangku, Glacio, dan yang terakhir ada Adustio. Helen adalah perempuan yang baru saja merawat luka ku, terlihat seperti orang lugu dan mudah di manipulasi. Dia akan menjadi target pertama ku. Aku akan membasmi mereka satu per satu sambil menguras informasi apa pun dari mulut mereka. Di tambah dengan jebakan Daemones yang katanya tersebar di seluruh hutan ini akan sangat mempermudah pekerjaanku.

“Sedang memikirkan sesuatu ? Sebaiknya bukan niatan jahat.” ucap Bellator kembali padaku. Sialan, apa orang ini bisa membaca pikiran ku ?

“Itu hanya dugaan mu saja.”

“Lalu apa yang dilakukan seorang pendeta wanita di hutan malam malam begini ? Apalagi terluka berat seperti baru saja mengalami pertarungan.”

Sial, aku sepertinya memilih nama samaran yang salah, membuat namaku itu terdengar seperti semacam gelar atau apapun itu. Aku harus membungkam mulutnya dengan segera, dia tidak sebodoh seperti yang ku kira. Dia adalah satu satunya orang pintar di antara 9 orang bodoh sekelilingku ini.

“Aku pergi dulu.” jawabku sambil pergi meninggalkan Bellator sendirian. Tentu saja orang itu menatapku penuh dengan kecurigaan.

Aku pergi menuju semak semak yang ada di depanku. Aku akan memanggil setan itu lewat sihir telepati saat ini, kemudian bersiap untuk memulai pekerjaan kotor ku. Dan juga, aku harus sebisa mungkin bersama dengan si Bellator itu supaya kecurigaannya pada ku menghilang. Satu lagi, aku harus buang air kecil sekarang.

Sementara itu, POV Daemones

Daemones berjalan melewati berbagai rumput rumputan tinggi yang menghalanginya. Matanya terus mengawasi area sekitar, mencari tanaman herbal yang ia inginkan. Ia mengayunkan katar nya untuk memotong rerumputan di jalannya.

“Cih, napa gw ngelakuin ini buat si ****** sialan itu, bangsat ?”

“Anjir, mana gelap lagi.”

“Asu lah.”

Rentetan keluhan terus menerus keluar dari mulutnya. Sampai akhirnya, ia berhenti mengumpat saat matanya mendapati sesosok manusia sedang berjalan di depannya dari kejauhan. Daemones dengan cepat menggunakan batang pohon di dekatnya untuk bersembunyi, kemudian memata matai sosok tersebut.

“Siapa tuh, bangsat !?” gumamnya. Matanya terus tertuju pada sosok yang mencurigakan itu. Dia pasti bukan lah Keres, karena yang dia tahu sampai saat ini adalah Keres sedang pingsan. Kalau begitu, siapa sosok wanita yang ada di depannya ?

“Ga mungkin hantu, kan ?”

“Sampai sekarang kamu masih percaya sama hantu ? Menyedihkan.”

Suara yang tiba tiba muncul di kepalanya itu hampir membuatnya berteriak dengan keras, namun ia masih dapat menahan itu. Sebuah suara yang sangat ia kenal sejak lama.

“Bangsat lu, Keres.”

“Hmph, aku tebak kamu hampir berteriak hingga membuat bumi berguncang, kan ?”

“Persetan sama lu.”

Tawa kecil Keres dapat terdengar di telinga Daemones dengan sangat jelas, penuh dengan nada hinaan. Daemones menggeram sesaat, tangannya mengepal dan bersiap memukul siapa saja. Sudah menjadi hal yang biasa baginya untuk mendapat sarkas dari musuh bebuyutannya sejak dulu. Keres kemudian menghentikan tawanya dan langsung masuk ke inti pembicaraan.

“Oi, setan. Beri tahu aku, di mana letak persisnya semua jebakan mu. Aku sedang membutuhkan mereka saat ini.”

“Huh ? Mau ngapain lu, ****** ?”

“Terima kasih karena kamu yang meninggalkan ku sendirian, saat ini aku sedang dikerumuni oleh orang orang bodoh yang bahkan tidak mengenali wajah ku.”

“Walaupun begitu, orang orang ini terlihat seperti sedang memegang rahasia besar yang tidak ku ketahui. Untuk saat ini, Aku butuh jebakan mu untuk membantuku menghabisi mereka secara diam diam. Aku akan memancing mereka ke jebakan jebakan mu itu sambil menanyai mereka satu per satu.”

Daemones langsung paham apa yang ingin Keres lakukan pada orang orang yang disebut bodoh ini.

“Masuk ke area mana pun di hutan ini yang penuh dengan pepohonan. Mulai dari sana, lu bakal nemuin berbagai jebakan pelumpuh 5 meter ke depan, jebakan tipe pembunuh di 10 meter ke depan, dan yang terakhir jebakan penghancur di 15 meter ke depan. Apa pun itu, pastiin lu ga memicu tipe penghancur pake tangan atau kaki lu sendiri, karena mereka semua adalah yang paling mengerikan dari dua tipe yang lainnya.”

“Sangat membantu. Di mana pun kamu berada, tetaplah di sana. Aku tidak mau kecurigaan mereka padaku menjadi lebih lagi berkat kehadiran mu.”

“Penyamaran lu hampir gagal !?-”

Telepati itu dihentikan seketika. Bodoh banget tuh si ******, pikirnya.

Di sisi lain, Keres saat ini sedang mengarahkan tangannya yang dipenuhi oleh sihir ke depan. Ia sedang mengira ngira jarak dari target dengan posisinya saat ini. Setelah dirasa cukup, ia menembakkan sebuah panah listrik dari tangannya, seketika memicu sebuah jebakan beruang dari bawah tanah.

“Benar benar 5 meter, huh ?” gumam Keres.

PoV Keres

Aku harus membereskan ini segera, jika tidak, orang orang bodoh ini akan menjadi lebih berhati hati pada jebakan yang lainnya. Aku menurunkan tangan ku, kemudian berjalan menemui Bellator kembali. Aku harus menghilangkan kecurigaannya sekarang juga. Aku sudah pergi cukup lama, dan itu pasti membuatnya menjadi lebih waspada terhadap ku.

Beberapa saat kemudian, aku telah sampai di tempat awal aku dan Bellator berbincang, namun bukan Bellator yang ada saat ini, namun justru Adustio dan juga Helen. Sialan, kenapa ini harus terjadi ?

“Hei, Bellator, di mana dia ?”

“Kenapa kamu harus mencarinya ? Sudah punya urusan pribadi setelah kalian bertemu pertama kalinya ?” tanya Adustio.

“T - tidak, aku hanya penasaran.”

Helen dan Adustio kini menatap satu sama lain. Sial, aku melakukannya lagi, sungguh memalukan untuk diri ku sendiri.

“Sepertinya kamu tidak pintar berbohong, nona Keres.”

“Apa !? Apa yang kalian bicarakan ?” tanya ku penuh dengan dusta. Helen, tidak seperti yang ku kira, dia bukanlah orang lugu ataupun polos. Cih, aku harus belajar untuk menipu orang lain dengan setan itu setelah ini.

“Jangan kira kita tidak tahu tentang identitas mu yang sebenarnya, nona Keres. Atau aku harus memanggil anda dengan nama yang lebih suci, seperti Flamen misalnya ?” tanya Adustio.

“Darimana kalian bisa tahu itu !?”

“Orang yang kau cari saat ini, Bellator lah yang memberitahu kami tentangmu. Sungguh ironis, bukan ?”

Bellator sialan ! Sudah kuduga dia akan melakukan ini.

“Kalau begitu, coba saja bunuh aku dengan tanganmu sendiri, bangsat.”

Adustio tiba tiba menyeringai ke arahku.

“Kamu pasti sedang terpojok kan ? Aku bahkan tidak perlu menyerang mu. Luka mu sudah terbuka lebar tahu !”

Sakit ! Sejak kapan luka ku terbuka ? Dan bahkan terlihat lebih parah dari sebelumnya ?

“Bagaimana bisa ?”

“Hmph, jelaskan pada pembunuh malang ini, Helen.”

Helen melangkah sedikit ke depan. Ia kemudian menatapku dengan penuh iba, namun juga merendahkan.

“Sayang sekali, kamu harusnya belajar untuk tidak meremehkan orang lain, nona Keres. Aku sendiri bukanlah seorang healer, namun seorang curser. Saat aku menyembuhkan luka mu, di saat itu juga aku telah menempatkan sebuah kutukan. Sekarang aku bisa membuka luka mu di mana saja dan kapan saja, bahkan membuatnya menjadi semakin parah. Misalnya seperti ini.”

“Aaakh !!”

Helen mengarahkan jari telunjuknya kepadaku, dan seketika itu juga aku merasakan rasa sakit yang luar biasa yang hampir membuatku jatuh ke tanah. Sebuah luka besar muncul di betis kiri ku. Itu adalah luka dari 14 tahun yang lalu. Bagaimana bisa itu terbuka kembali sekarang ?

“Tuan Ferrum memberikan ku kekuatan ini sebagai senjata untuk memulai revolusi dari dunia yang penuh dengan kekejian ini, dan semuanya itu harus dimulai dari anda terlebih dahulu, nona Keres.”

Ferrum ? Itukah nama pemimpin mereka ? Benar benar bangsat, aku akan mencarinya hingga ke ujung bumi, dan aku pasti akan membunuhnya dengan keji, sama seperti yang dia ingin hancurkan dari dunia ini.

“Anda telah melakukan kesalahan besar karena telah memandang remeh kami, nona Keres. Orang orang dari Revolucio.”

“Revolucio, huh ? Aku tidak pernah mendengar nama itu, tapi harus kuakui organisasi ini atau apapun itu dengan nama revolucio, harus bangga punya orang hebat seperti kalian.”

“Terima kasih atas pujiannya, nona Keres. Sekarang, ada kata kata terakhir ?”

“Huh ?”

Luka dari serangan Orcus kini semakin membesar, bahkan aku dapat mencium bau nanah keluar darinya. Luka seperti ini tidak mungkin akan membunuhku, karena aku punya regenerens, pisau emas yang ku ambil kembali dari bocah sialan itu di kota awal. Hanya saja aku tidak menggunakan itu saat melawan Orcus karena punya kengerian tersendiri saat harus menusuknya ke atas luka ku, lagipula Orcus sudah rusak parah saat itu, dan aku yakin bisa menghancurkannya dengan cepat. Tidak seperti saat ini, aku bahkan belum melakukan satu serangan apapun pada mereka.

“Kata kata terakhir, huh ? Lihat ke bawah kalian, bangsat.”

Ini mungkin tidak seperti yang setan itu katakan, namun aku yakin ada jebakan yang terpasang di bawah kaki mereka saat ini. Ini adalah area terbuka, di mana semua pergerakan dapat dilakukan dengan mudah, begitu juga dengan pengejaran seseorang. Tidak mungkin setan itu tidak memasang jebakan untuk memperlambat pengejarnya saat itu, entah siapapun mereka. Jarak ku dari Helen dan Adustio saat ini sekitar 15 meter atau lebih, yang berarti tipe pelumpuh yang lainnya terletak 20 meter dariku saat ini, 5 meter lebih jauh dari posisi mereka sekarang. Dan itulah yang ku inginkan, karena itu artinya, dua orang ini sedang berdiri di atas jebakan tipe penghancur milik setan itu. Aku mengeluarkan 5% kekuatan Tonitrui, yang mana akan mengeluarkan aliran listrik yang menjalar di tanah secara diam diam. Aliran listrik itu kemudian menuju ke tempat mereka berdiri. Heh, sepertinya dugaan ku itu benar.

“Sialan ! Helen, menghindarlah !!”

Mereka melompat ke arah yang berbeda, Helen ke kiri, dan Adustio ke kanan saat sebuah ledakan besar muncul dari bawah tanah. Helen berhasil menghindar dari ledakan pertama, namun bukan yang kedua, ketiga dan yang seterusnya. Kaki kanannya hancur seketika setelah terkena ledakan itu. Benar benar sebuah tipe penghancur. Sementara mereka berdua sedang kewalahan, aku menusukkan Regenerens ke dadaku. Sekarang luka menganga yang ada di dadaku telah menutup. Setidaknya rasa sakit yang luar biasa itu sepadan dengan hasilnya saat ini.

“Sekarang mejanya sudah terbalik, bukankah begitu ?”

Helen merangkak keluar dari kepulan asap. Ternyata bukan hanya kaki kanannya saja yang hancur, namun juga tangan hingga perutnya. Seluruh tubuhnya penuh dengan lubang sama seperti habis terkena puluhan tembakan meriam secara langsung.

“Oh, nona Helen. Bagaimana kamu masih bisa hidup ?”

Helen membuka mulutnya, namun tidak ada suara yang keluar sama sekali. Tentu saja, dia pasti sudah tidak dapa berbicara, leher sedikit terpotong di bagian kiri.

“Kamu pasti bisa menyembuhkan luka mu sendiri, kan ?”

Ternyata memang benar yang kukatakan, dia dapat menyembuhkan lukanya sendiri. Luka di lehernya mulai menutup kembali.

“Beraninya... Kamu membunuh Adustio.”

“Dia sudah mati ? Sayang sekali, setidaknya di tidak terbakar seperti namanya.”

Yang dikatakan Helen ternyata benar, tubuh Adustio kini sudah tergeletak menjadi potongan potongan daging. Kekuatannya bahkan tidak kuketahui sama sekali, sama seperti Optio yang ditembak oleh warden itu. Kini Helen telah bangkit berdiri seakan tidak mengalami serangan apapun. Jebakan penghancur itu sia sia saja rupanya.

“Demi revolucio.... Dan juga Adustio. Aku membunuhmu, Keres !”

“Jangan terlalu bersemangat seperti itu, nona Helen. Bagaimana dengan kekuatanmu sendiri yang segera akan menjadi senjata untukku ?”

“Apa maksudmu ?”

“Perhatikan kemampuanku ku ini, sebuah kekuatan sejati dari senjata makan tuan.”

Aku mengirimkan sinyal kejut dari Tonitrui, seketika membuat Helen kehilangan kesadarannya. Tubuhnya saat ini berada dalam kendali ku, dan aku bisa melakukan apapun, termasuk membuka lukanya kembali.

“Aktifkan kutukan.”

Saat itu juga, Helen kehilangan kaki kanannya kembali. Itu adalah 10% kekuatan Tonitrui, sebuah sinyal kejut yang dapat memberhentikan kerja otak untuk sementara waktu. Saat ini, aku sedang menggunakan kemampuan kutukannya sendiri pada tubuhnya. Sesuai apa yang dia bilang, ‘saat menyembuhkan luka, sebuah kutukan akan terpasang saat itu juga’. Itu artinya Helen baru saja mengutuk dirinya sendiri. Sebuah kesalahan besar baginya untuk tidak mengetahui kemampuan Tonitrui yang sesungguhnya.

Helen terjatuh ke tanah, dan lukanya secara perlahan muncul kembali. Sayang sekali, luka lebih parah dari pada luka ku. Aku harus segera pergi dari sini. 2 orang sudah tersingkirkan, anggap saja Helen sudah mati untuk saat ini, dan 8 orang lagi tersisa. Sialan, ini benar benar melelahkan.

****************

“Hei, setan. Apa kamu tahu tentang Revolucio ?”

Saat ini aku sedang menghubungi setan itu lewat sihir telepati. Dia terdengar seperti sedang kebingungan, sekaligus ngantuk berat. Sama, aku juga.

“Revolucio, apaan tuh ? Gak pernah denger.”

“Mereka adalah orang revolucio itu. Mencurigakan, bukan ?”

“Uhuh, gak tau, gak ngerti.”

“Sialan, kamu sendiri yang mengajakku bergadang seperti ini.”

“Ah, bodo amat. Gw mau tidur sebentar, bye.”

Sialan, padahal sekalinya setan ini tidur, tidak mungkin dia akan bangun 2 jam kemudian. Semuanya pasti tidak akan baik baik saja setelah ini.

“Sekarang apa lagi yang harus ku lakukan ?” gumam ku. Mencari 8 orang itu ke seluruh hutan ? Tidak mungkin, tidak mungkin akan ku lakukan. Aku justru akan membiarkan mereka berkeliling di hutan ini dan menemukan si setan yang sedang tidur itu, mencari kemana mereka membawanya, kemudian membantai mereka semua dalam satu hari. Itu semua terlihat lebih mudah di mataku, setidaknya aku masih bisa tidur sesaat. Atau mungkin, aku bisa saja menunggu mereka sampai pagi datang ke sini kemudian melanjutkan rencana ku lagi. Kali ini aku harus lebih berhati hati. Dan begitu lah, sesuai keinginan ku saat ini mereka datang dengan sendirinya kepadaku. Sebuah suara langkah kaki yang sedang berlari terdengar dari kejauhan olehku. Sekarang, siapa orang ini ? Phastos, Latro, Splendico, Cano, Citus, Rivolus, Bellator, Glacio ? Terlalu banyak kemungkinan. Yang pasti bukan Bellator, dia bukan tipe orang yang akan lari dengan cepat seperti itu. Untuk saat ini, aku akan bersembunyi terlebih dulu, seakan muncul dari balik semak semak.

Orang itu semakin mendekat. Aku sedikit mengintip ke arahnya dari balik semak semak. Mukanya tidak terlalu ku kenal, namun aku masih sedikit ingat saat mereka semua memperkenalkan diri. Dia, Citus ? Mungkin saja. Setelah ini aku akan mengungkap siapa namanya. Dari yang kulihat, dia berlari dengan sangat cepat, sebuah kecepatan super bisa dibilang. Bisa jadi dia juga punya reaksi yang sama cepatnya dengan saat dia berlari. Ini sudah sangat cukup bagiku untuk membuat rencana pembunuhannya. Dia sudah cukup dekat, saatnya muncul dari balik semak ini. Begitu aku berjalan keluar dari semak, gadis yang ku anggap sebagai Citus itu seketika membelokkan lajur larinya ke kiri, membuat dirinya sendiri menabrak sebuah pohon besar. Sudah seperti menyetir mobil saja, bisa menabrak seperti itu. Sepertinya aku bahkan tidak perlu jebakan setan itu untuk membunuhnya.

“Uh, kamu tidak apa apa ?”

“Cih, siapa sih yang malem malem begini jalan di hutan ?” keluhnya.

“Namamu.... Citus, kan ?”

Ia langsung menoleh ke arah ku dan menghela nafasnya. Di dahinya, tampak setitik darah yang perlahan mengucur ke bawah. Itu bisa di bilang adalah kepala yang sangat kuat, mengingat kecepatan larinya tadi. Tidak mungkin ada manusia biasa yang bisa selamat dari tabrakan secepat itu.

“Oh, ternyata kamu. Dan iya, namaku Citus.”

Citus kemudian berjalan mendekati ku.

“Hei, kamu tahu apa yang terjadi pada Helen dan Adustio ?”

“Huh, apa ? Apa yang terjadi pada mereka ?”

Sial, mereka semua mengetahui sesuatu dengan begitu cepat. Bagaimana bisa ? Bahkan, sekarang Citus juga menatapku dengan curiga.

“Terus, apa yang kamu lakukan di sini ?”

“Uh, aku hanya sedikit tersesat saja. Bisa kamu antar aku keluar dari hutan ini ?”

“Hmmm, tentu saja. Memangnya ke arah mana ?”

Cih, luar biasa, aku sekarang sudah melakukan untuk yang ketiga kalinya. Membuat pertanyaan simpel lawan menjadi kompleks seperti ini. Lupakan saja, aku akan membuatnya pergi lebih dalam lagi ke hutan ini. Sedikit drama mungkin bisa membantuku.

“Ke utara.”

“Uhuh, begitu kah ? Kalau begitu aku harus memanggil teman ku yang lain.”

Tidak, jangan lakukan itu. Kenapa makhluk satu ini harus memanggil temannya hanya untuk mengantarku ke utara ?

“Oi, Phastos !!”

Dalam sekejap saja, orang yang dipanggil itu telah berada di samping kanan Citus. Luar biasa, sekarang ada dua reinkarnasi The Flash di hadapanku. Walaupun keduanya punya kecepatan super, sepertinya si Phastos ini lebih cepat daripada Citus.

“Uh, kenapa harus memanggilnya ?”

“Begini, sebenarnya kemampuan Phastos adalah teleportasi, sedangkan aku hanyalah berlari, hanya saja dengan kecepatan di atas rata rata. Kalau aku yang membawamu, bisa jadi nanti tubuh kecil nan kurus itu terluka.”

Tubuh kecil nan kurus ? Entah kenapa, walaupun yang di katakan olehnya adalah fakta, itu agak sedikit membuatku merasa terhina.

“Tunggu, kamu tadi bilang apa ? Membawaku ?”

“Itu benar, membawa.” jawab Phastos. Hanya dalam satu detik saja, atau bahkan mungkin kurang, aku telah berpindah ke sisi lain hutan ini entah dimana itu bersama dengan Phastos dalam gendongannya. Tangan kotornya memegang ku, dan ini tidak bisa diterima.

“Hei, turunkan aku sialan.”

“Tunggu, sepertinya aku salah arah. Ini ada di bagian barat.”

“Apa kamu bilang ?”

****************

Aku dan Phastos berjalan di sisi barat hutan ini. Sepertinya dia punya kelemahan, yaitu dia tidak bisa mengendalikan arah teleportasinya. Aku yakin kalau saat ini aku sudah terlalu jauh dari gudang ku, dan itu sangat menyebalkan. Di tambah kemungkinan kalau jebakan si setan itu lebih sedikit jumlahnya daripada di tengah hutan. Orang ini, secara tanpa sengaja berhasil membuatku mengalami kesulitan. Sepertinya aku harus mengendalikan seseorang dengan Tonitrui lagi.

“Hei, kamu tahu ini di mana ?”

“Tidak sama sekali.” jawab Phastos. Tentu saja, dia bahkan sampai di sini karena salah arah.

“Lalu, apa yang akan kita lakukan ?”

“Entahlah.”

Orang ini, setidaknya gunakan otak mu sedikit saja, bodoh !!

Perjalanan terus berlanjut tanpa ada pembicaraan apa pun. Phastos, orang ini terlihat tidak pernah berpikir sama sekali, sampai sampai aku malas bertanya dengannya lagi. Kalau orang ini tidak bisa memberiku informasi yang berguna, mungkin ini akan menjadi akhir dari hidupnya.

“Kenapa kita tidak teleportasi lagi saja ?”

“Kita bisa tersesat lebih jauh kalau begitu.”

Uhuh, sepertinya dia berpikir untuk pertama kalinya.

“Lalu, kenapa kita justru menjauh dari tengah hutan ? Kenapa tidak balik saja ?”

“Gak terpikirkan.”

Apa maksudmu tidak terpikirkan ? Apa otak dari makhluk bernama Phastos ini terlalu kecil untuk untuk digunakan berpikir ?

“Hei, aku dengar dari teman mu kalau kalian ini dari revolucio. Memangnya apa itu ?”

“Aku sendiri tidak tahu.”

Aku memberhentikan langkahku seketika. Maaf saja, tapi ini akan menjadi akhir dari hidupnya. Aku mengambil Tonitrui yang tersimpan di punggungku, kemudian menyerangnya dengan 10% kekuatan Tonitrui tanpa di sadari olehnya. Phastos sempat menoleh ke arahku, namun itu hanyalah momen sesaat sebelum tubuhnya berada dalam kendali ku. Sialan, makhluk yang satu ini benar benar menyebalkan.

“Berpindah ke pohon.”

Dengan cepat, Phastos langsung melesatkan dirinya sendiri ke arah pohon besar di kiri ku. Ia menabrakkan dirinya, yang seketika menghancurkan tubuhnya. Sangat cepat, secepat kemampuannya untuk berpindah tempat.

“Itu.... Cukup mudah.”

Aku berbalik dan berjalan ke belakang meninggalkan tubuhnya yang telah hancur berkeping keping. Kemampuannya tidak terlihat seperti teleportasi bagi ku, itu lebih seperti pergerakan instan.

Sekarang, setelah Phastos mati di tanganku, apa yang harus ku lakukan... Di hutan barat sialan ini ?

...****************...

Aku berjalan tanpa arah di hutan barat, tidak tahu harus ke mana. Bagaimana caranya keluar dari hutan ini ? Apakah aku keluar menuju kota saja sekalian ? Dengan begitu, aku tidak perlu berurusan dengan revolucio sialan ini. Kedengarannya memang bagus, tapi itu bukanlah tipe ku. Setan itu juga, dia malah meninggalkan ku dengan tidur saat ini. Setan ini memang sangat membantu ku.

“Gelap sekali, sudah jam berapa ini ?” gumamku. Entahlah, mungkin sebentar lagi matahari akan terbit. Perjalananku menyusuri hutan bagian barat ini terlalu sunyi, bahkan suara hewan pun tidak ada sama sekali. Tidak ada apapun di sini, bahkan jebakan si setan itu. Tentu saja, untuk apa dia harus sampai memasang jebakan di tempat yang tidak ia lalui. Mungkin saja, orang orang revolucio itu juga tidak berkeliling sampai sini. Aku sepenuhnya sendirian sekarang. Dasar Phastos sialan, dia pasti sengaja membawaku ke sini, tidak mungkin tidak. Dia tahu betul bagaimana cara menyiksa orang yang hebat bertarung sepertiku, yaitu dengan membuatku kesepian, menempatkan ku di daerah yang tidak ada apa apa sama sekali. Setidaknya, nama nya akan kumasukkan ke kamus ku sebagai kosakata baru, seperti ‘Aku akan membunuhmu dengan Phastos’ ? Itu terdengar sangat lucu dan juga absurd.

Hutan ini terlalu sunyi, jadi telingaku bisa mendengar berbagai suara dengan lebih mudah. Aku kira tidak ada siapa pun di sini selain aku, namun ternyata tidak. Sebuah nyanyian terdengar beberapa meter dari ku. Nada yang indah, walaupun lagunya tidak ku ketahui sama sekali. Aku akan mencari orang yang menyanyi itu, siapa tahu itu adalah orang revolucio. Aku semakin dekat dengan suara nyanyian itu, hingga akhirnya, aku yakin sudah berada di belakang orang yang bernyanyi itu. Aku menyingkirkan semak semak yang menghalangiku, dan di situlah aku melihat seorang pria berambut merah sedang duduk di dekat danau sambil bernyanyi. Cahaya cahaya putih mengelilinginya dan terdapat 2 figur lainnya yang terlihat sedang menari bersama. Sudah ku duga, dia adalah Splendico, orang dari revolucio yang lainnya. Bukan hanya itu saja, dia juga memainkan kecapi dengan luar biasa. Sudah lama aku ingin menjalin hubungan bersama dengan orang yang memiliki bakat musik. Setidaknya berteman saja sudah cukup. Dua orang yang bercahaya putih itu pasti adalah hasil dari sihirnya. Sebuah sihir imaginer, tidak ada yang lebih unik daripada sihir ini.

Setelah beberapa saat mendengar nyanyiannya, aku memutuskan untuk menghampirinya. Sudah terlalu malam, aku harus mengakhiri 7 orang yang lainnya secepat mungkin. Aku keluar dari semak semak, dan walaupun Splendico terlihat seperti mengetahui keberadaan ku, ia tidak menoleh ke arahku sama sekali. Splendico masih tetap bernyanyi dengan kecapi nya itu. Sepertinya aku tidak akan dianggap sampai aku duduk di sampingnya.

“Itu, lagu yang indah, Splendico.” ucapku sambil masih berdiri di belakangnya. Splendico akhirnya berhenti sejenak, sebelum akhirnya menoleh kepada ku. Ah, kalau saja ini adalah dunia yang normal, aku pasti akan memilihnya sebagai pasangan ku.

“Terima kasih.” jawabnya.

“Boleh aku duduk di samping mu ?”

“Tentu saja.” jawab Splendico sambil memainkan kecapi nya kembali. Aku kemudian duduk di sampingnya, sambil menatap ke arah air danau. Suasana di sini jauh berbeda dari kota kota di luar yang penuh dengan warden dan juga kekacauan, setidaknya hanya di hutan barat ini. Hanya ada satu orang saat ini yang bisa mengganggu kedamaian ini, yaitu Splendico yang ada di samping ku. Tolong jangan bertanya, kenapa kamu ada di sini, rambut merah.

“Flamen, apa kamu tertarik belajar musik ?”

“Tentu saja, sudah sejak lama.” jawab ku. Dia tahu nama palsu ku ? Pasti itu adalah ulah Bellator. Sekarang adalah saatnya untuk menguras informasi darinya secara diam diam. Maafkan aku, rambut merah, tapi tetap saja, kamu sudah mengganggu wilayah kediamanku saat ini.

“Kalian berasal dari revolucio, kan ? Apa itu sebenarnya ?”

“Kamu tahu revolucio ? Dari mana ?”

“Bellator yang mengatakannya.”

Splendico menghela nafasnya sejenak.

“Orang itu, padahal tuan Ferrum sudah melarang kita untuk membocorkan informasi tentang revolucio ini kepada orang lain.”

Kedengarannya menarik.

“Kenapa ?”

“Entahlah, tapi tuan Ferrum pernah bilang kalau para warden dapat mengambil informasi dengan membaca otak manusia. Itulah kenapa dia memutuskan untuk merahasiakan revolucio dari orang lain. Semakin sedikit orang orang yang mengetahui tentang keberadaan revolucio, semakin sedikit pula informasi yang didapatkan oleh warden.”

Warden dapat melakukan itu ? Sejak kapan ?

“Oh ya, tentang revolucio, ini adalah rahasia besar. Jangan sampai kamu bertemu dengan warden setelah selesai mendengar tentang ini, atau banyak nyawa akan melayang karena mu. Revolucio, adalah perkumpulan petarung petarung hebat yang awalnya dibentuk oleh lady Ferre Lucia, dan tuan Ferrum kami hanyalah salah satu pemimpin yang bekerja sama dengan lady Ferre.”

Sebuah informasi yang sangat berguna, rambut merah. Aku berterima kasih pada mu sedalam dalamnya.

“Tentang alasan revolucio dibentuk, tanpa perlu dijelaskan pun semua anggota pasti sudah tau. Yaitu untuk menghancurkan seluruh warden yang ada di dunia ini, kemudian membangun pemerintahan yang dipimpin oleh manusia sepenuhnya.”

Semacam organisasi pahlawan, huh ? Baik sekali kalian ini.

“Cukup sampai di sini, aku sudah memberimu terlalu banyak rahasia revolucio.”

“Memangnya, apa kalian tahu warden berasal dari mana ? Bagaimana kalian akan menghancurkan mereka semua sampai tidak tersisa di dunia ini ?”

Splendico diam sejenak, seperti sedang berpikir. Dasar orang bodoh, setidaknya kalian harus tahu dulu darimana musuh kalian berasal, baru kalian bisa membantai mereka semua.

“Untuk itu lady Ferre sudah mengetahui semuanya. Pengalamannya sebagai scavenger di kota Grandbeltz sudah memberinya banyak pengetahuan tentang apa yang dialami oleh para warden.”

Yang dialami warden ? Memangnya apa ?

“Kalau begitu, kenapa kalian datang ke hutan ini ?”

Splendico terlihat menjadi serius. Dari wajahnya aku bisa merasakan sebuah amarah.

“Saat ini, revolucio memiliki halangan yang merupakan seorang wanita pembunuh keji. Namanya Keres, dan sepertinya aku tidak perlu memberitahumu lebih lagi tentangnya.”

Keji, huh ? Si rambut merah ini sepertinya sangat membenci ku, sayang sekali.

“Tentu saja. Aku juga tahu dia.”

Aku dan Splendico tidak berbicara lagi kemudian. Rasanya aku sudah cukup mendapatkan informasi hanya dari satu orang ini saja. Splendico kembali memainkan kecapinya, dan aku terus mendengarkannya. Namun, itu semua berhenti seketika saat entah bagaimana Citus dan satu orang yang lainnya berhasil menemukanku. Orang yang ada di sampingnya itu, sepertinya adalah Cano. Keduanya terlihat sangat kelelahan dan juga panik. Aku bisa merasakan pertanyaan yang sangat ku benci itu akan keluar dari mulut mereka berdua.

“Hei, Flamen. Phastos ada di mana ?”

Bangsat, di saat Splendico tidak bertanya ‘kenapa kamu ada di sini ?’, mereka berdua justru datang menemui ku dengan pertanyaan yang lebih mengerikan. Keberadaan Phastos, bagaimana aku akan menjawabnya ?

...****************...

Setan itu sedang tidur sekarang, dan kemungkinan tidak ada yang tahu keberadaannya. Jadi saat itu, aku menggunakan setan itu sebagai alasan kenapa Phastos bisa terbunuh. Sebuah ide brilian dari otak cerdas ku. Sekarang, tidak ada yang perlu menanyai ku kenapa aku berada di hutan ini, mereka justru sekarang ingin melindungi ku, dan bahkan akan mencari ku dengan sendirinya. Sungguh alasan yang luar biasa, di tambah dengan beberapa bumbu bumbu seberapa mengerikannya si setan ini, sukses membuat Citus, Cano, dan juga Splendico terus waspada terhadap area di sekitar mereka.

“Hei, Flamen, kenapa kamu dikejar oleh orang bernama ‘Setan’ ini ?”

“Entahlah, tapi sepertinya dia menginginkan tubuh ku. Dia benar benar mengerikan.”

“Cih, apa semua setan itu mesum ?” gumam Citus. Apa apaan dengan pertanyaan itu ? Masih ada saja orang yang percaya kalau setan (iblis) itu ada. Sulit untuk dipercaya. Cano dan Splendico pun juga saling menatap satu sama lain, entah apa yang mereka berdua pikirkan tentang Citus saat ini. Kami berempat terus berjalan, menuju tengah hutan dan juga mencari Bellator yang entah kemana. Itu bukan kemauan ku, tapi kemauan mereka. Aku saat ini berada di baris paling belakang, cukup beruntung karena saat ini secara tiba tiba setan itu menghubungiku lewat telepati. Sialan, kenapa harus di saat seperti ini, setan ?

“Oi, ******, lu ada di mana !? Gw lagi dikejar sama orang aneh, bangsat !!”

“Diam kau, setan. Aku sedang berbaur dengan 3 orang bodoh dari revolucio saat ini.”

“Dari revolucio ? Hah, sama. Gw juga dikejar sama 2 brengsek yang ngaku ngaku dari revolucio, bangsat !”

Oh, sepertinya itu adalah ulahku sendiri karena menggunakan namanya sebagai iblis jahat yang sedang mengejar ku. Jadi orang orang revolucio yang lainnya sudah berhasil menemukannya. Cepat sekali.

“Oi, ****** ! Cepetan bantu gw, bangsat !”

“Aku saat ini sedang berada di hutan bagian barat, setan bangsat ! Paling tidak pakai jebakan mu sendiri, jangan sampai gara gara kamu, penyamaran ku ketahuan sama 3 orang bodoh ini, setan !”

“Bajingan lu, ****** ! Bye!”

Siapa yang bajingan memangnya, bangsat. Setan itu bahkan meninggalkan sendirian dengan tidur beberapa waktu yang lalu, dan sekarang dia meminta bantuan ku sambil marah marah ga jelas. Cih, setidaknya dari apa yang dikatakan setan itu barusan, aku bisa memutuskan kalau Bellator dengan 4 orang lainnya, Rivolus, Glacio, dan Latro sedang mengejar setan itu mati matian. Mereka benar benar termakan oleh tipuan ku, sungguh definisi orang bodoh yang sebenarnya. Yah, saat ini adalah waktunya untuk membunuh 3 orang yang ada di depanku. Maafkan aku, rambut merah, tapi aku tetap harus membunuh kalian semua. Si setan itu sedang dalam bahaya sekarang.

Setelah beberapa jam berjalan dari hutan bagian barat, akhirnya aku dan tiga orang revolucio lainnya sudah hampir sampai di hutan tengah lagi. Sebuah perjalanan yang sangat panjang dengan penuh candaan yang tidak berguna bagiku.

“Hei, kita sudah ada di dekat tengah hutan sekarang. Setidaknya kita bisa beristirahat dulu di sini, kan ?” ucap Citus sambil terengah engah.

“Itu benar.” jawab Cano dan Splendico secara hampir bersamaan. Kalau di lihat lihat lagi, mereka berdua ini sedikit agak mirip di mataku. Apa mereka ini saudara kembar ? Mungkin saja.

“Uh, Citus. Aku, ingin buang air kecil.”

“Huh ? Kalau begitu pergi lah, aku akan menunggumu.” jawabnya.

Hmph, mudah sekali membohongi mereka ini. Sesuai yang dikatakannya, aku pergi ke dalam semak semak dan bersembunyi di balik pohon besar, kemudian justru menghubungi si setan sialan itu dengan telepati.

“Oi, setan, aku sudah ada di dekat tengah hutan. Aku akan membunuh 3 orang bodoh ini dengan segera.”

“Jalang, lu tahu nama pemimpin mereka, kan ?”

“Hah ? Apa maksud mu ? Memang aku baru saja tahu nama orang sialan itu. Namanya Ferrum, tapi kenapa tiba tiba kamu tanya tentangnya ?”

“Dia ada di sini, bangsat !”

“Apa maksudmu !?”

Ferrum ada di sini ? Apa yang dia lakukan sebenarnya ?

“4 orang sialan itu baru aja ngomong ngomong sama suara yang ga ada orangnya di belakang gw. Mereka manggil tuh orang pake sebutan ‘Tuan Ferrum’.”

“Sekarang, gw lagi di kejar sama drone drone sialan dari Ferrum itu. Mereka minta bantuan sama bos mereka, ****** !”

Apakah Citus dan yang lainnya juga mengetahui hal ini ? Sialan, aku harus membunuh mereka semua dengan lebih cepat !

“Oi, ******. Gw saranin kita cepet ketemuan di tengah hutan. Perasaan gw bilang kalo si Ferrum ini orangnya lebih kuat daripada lu.”

“Aku tahu apa yang harus ku lakukan setelah ini, setan. Berjanjilah kita bertemu di tengah hutan yang kosong tempat kita melawan anjing liar itu lagi, kalau tidak aku akan meninggalkan mu pergi ke Grandbeltz bersama dengan projek kedua ku.”

“Mau apa lu di Grandbeltz, bangsat ?”

“Orang orang revolucio sialan ini dari Grandbeltz, setan. Dan saat ini aku yang jadi target utama mereka.”

“Lu mau ngelawan mereka semua sendirian !?”

“Begitu lah. Lebih cepat lebih baik.”

“Dasar bodoh. Ah, sialan, drone drone itu kayaknya udah nemuin gw. Met tinggal, ****** !”

“Dasar setan brengsek.” gumam ku.

Keadaan sudah menjadi lebih sulit daripada yang ku kira, dan aku pasti adalah yang diinginkan oleh Ferrum itu. Baiklah, kalau itu yang dia inginkan, aku akan mendatanginya dengan secepat mungkin. Namun masih ada satu hal lagi yang harus ku urus, yaitu tiga orang brengsek ini. Mereka sedang beristirahat sekarang, dan itu mungkin akan mempermudah pembunuhan ku.

...****************...

“Lama sekali kau, Flamen. Apa yang kamu lakukan tadi ?”

Sialan, baru saja aku keluar dari semak semak ini, dan aku sudah di sambut oleh Cano dengan pertanyaannya yang lebih terdengar seperti interogasi di telingaku.

“Tidak ada apa apa. Aku hanya sempat melihat lihat sebentar.” jawab ku sambil berjalan melewatinya, namun Cano terus menghalangi ku. Yang lainnya sudah tampak tertidur, kecuali orang yang satu ini.

“Berhentilah menghalangiku, Cano.”

“Kamu kira aku tidak tahu apa yang akan kamu lakukan setelah ini ? Kemampuan ku adalah cenayang, dan aku sudah tahu rencana busuk mu itu. Kamu adalah wanita yang bernama Keres itu, kan ?”

Cenayang sialan, kenapa orang bernama Cano ini harus punya sihir semacam itu ?

“Berhentilah berbohong, Flamen. Nantinya yang lain juga tetap akan mengetahui jati dirimu yang asli itu.”

“Benarkah begitu ? Coba saja.” ucapku sambil mengambil Tonitrui dari punggungku.

“Tentu saja. Dimulai dari Citus dan Splendico terlebih dahulu.”

Cano terlihat seperti sedang mengambil nafas dalam dalam menggunakan mulutnya. Perasaanku mengatakan akan ada hal bahaya yang keluar dari dalam mulutnya, dan itu ternyata memang benar. Beberapa detik kemudian, Cano berteriak dengan suara yang luar biasa keras hingga menghancurkan area di sekitarku secara terus menerus. Sebuah sihir angin tipe suara, bahkan yang lebih kuat lagi. Yang ini bahkan bisa saja memecah hambatan suara itu sendiri. Menghancurkan suara dengan suara, itu adalah hal hebat yang bisa dilakukan oleh seorang cecunguk sepertinya. Aku melindungi diriku sendiri dengan tangan kiri ku. Setelah beberapa saat mendengarkan lengkingan keras dari dalam mulutnya itu, akhirnya Cano pun berhenti berteriak. Namun semuanya sudah terlambat, kini Citus dan Splendico sudah terbangun dari tidurnya.

“Apa yang terjadi, Cano !?” tanya Citus yang baru saja beranjak dari tidurnya.

“Kita sudah menemukan si Keres itu. Dia adalah Flamen yang ada di depan kita saat ini, Citus.”

Citus menatap ke arahku dengan tajam. Biasanya, aku hanya akan langsung menyerang mereka bertiga secara langsung, namun saat ini aku masih berada dalam penyamaran. Aku hanya akan bersikap polos dan merasa baru saja di fitnah saja sekarang. Toh, akting ku juga luar biasa dan sangat mudah untuk dipercaya.

“Tidak, aku bukanlah wanita kejam itu !”

Sungguh, harus berakting seperti sangat menyebalkan bagi ku.

...****************...

“Apa itu benar, Flamen ?” tanya Citus dengan nada yang serius.

“Setan itu, setan itu sudah membuatnya menjadi gila ! Bukankah kamu sudah tahu apa kekuatannya !?”

Sesaat tatapan Citus mengarah kepada Cano penuh dengan kecurigaan. Semudah itukah membuatnya percaya pada orang lain daripada temannya sendiri ? Benar benar bodoh.

“Kenapa ? Kenapa kamu menatapku seperti itu, Citus !? Orang ini bukan hanya seorang pembunuh handal, tapi juga penipu ulung ! Bahkan Helen dan juga Adustio mati karena nya !”

Citus menatap tajam ke arahku sekali lagi.

“Jangan percaya padanya, Citus ! Aku mohon !!”

Citus kembali menatap Cano dengan tajam. Aku salah, dia terlihat lebih seperti orang linglung daripada bodoh atau mudah percaya orang lain. Orang macam Citus ini, tidak dapat memutuskan mana yang benar dan yang salah, sangat mudah untuk ditipu seperti yang aku lakukan saat ini.

“Bajingan, kenapa kamu lebih percaya wanita sialan itu dari pada aku !?”

Suasana menjadi hening sejenak. Citus terlihat seperti sedang kebingungan memilih siapa yang benar dan siapa yang salah saat ini. Sampai akhirnya, Cano lah yang melakukan kesalahan lebih dulu, membuat Citus dan Splendico memilih untuk membelaku.

“Dasar bodoh !! Kalau begitu, biar aku saja yang membunuhnya dengan sihir ku sendiri, bangsat !!” seru Cano dengan penuh amarah. Ia kemudian berteriak dengan keras hingga menghancurkan area di depannya, membuat Citus dengan cepat melompat ke arahku dan melindungi ku dengan tubuhnya sendiri. Walaupun begitu, tubuhnya tidak terlihat terluka sedikit pun. Bagaimana bisa ?

“Apa kamu gila, Citus !? Dia adalah musuh kita, tahu !?”

“Kamu yang sudah gila, Cano !! Tuan Ferrum sudah menyuruh kita melindungi semua pendeta baik laki laki ataupun wanita ! Bukankah begitu !?”

Ferrum menyuruh mereka untuk melindungi para pendeta ? Untuk apa ?

“Kamu benar benar bodoh, Citus !!” seru Cano sambil mengepalkan kedua tangannya yang seketika terbakar oleh api merah. Ia kemudian berteriak ke arah kedua tangannya yang terbakar oleh api itu, dengan cepat menyemburkan keduanya ke arahku dan Citus.

“Sialan !”

Citus menarik lenganku dan melompat ke arah kanan untuk menghindari semburan api itu. Menggunakan teriakan nya untuk menembakkan sihir api benar benar sebuah ide yang kreatif, apalagi teriakannya itu memiliki atribut angin, yang mana akan memperkuat tembakan dari apinya. Aku sedikit tertarik untuk bertarung dengan orang ini, namun sayangnya aku harus membiarkan Citus dan Splendico, temannya sendiri bertarung dengannya saat ini.

“Hentikan ini, Cano !!” seru Citus bersamaan dengan Splendico yang kini juga berdiri di depanku untuk melindungi ku.

“Kamu juga, Splendico ? Harusnya kalian lah yang berhenti melindungi pembunuh sialan ini !”

Cano kembali menyerang aku, Citus, dan Splendico dengan semburan apinya, namun Citus dengan cepat memindahkan ku ke dekat semak semak.

“Tetaplah di sini, Flamen. Kamu akan aman selama kamu tidak bergerak dari sini.”

“Terima kasih, Citus.”

Citus hanya tersenyum kecil kepada ku sebagai jawaban, kemudian kembali berlari ke arah Cano dan dengan cepat sudah bersiap untuk memukulnya.

“Berhenti menyerang temanmu sendiri, Cano bodoh !!” seru Citus sambil melayangkan pukulannya ke wajah Cano. Cano masih sempat untuk bereaksi, namun tidak untuk menghindar. Cano harus dibuat mundur beberapa langkah akibat pukulan Citus yang sangat cepat itu. Heh, Citus terlihat yang paling kuat di antara mereka saat ini. Aku sudah tidak sabar bertarung dengannya secara langsung.

Baru saja menerima serangan telak dari pukulan Citus, kini Cano juga tidak sempat menghindari serangan dari sepasang bayangan imajiner milik Splendico. Kedua bayangan itu muncul dari atas dan kemudian menghancurkan tanah dengan seketika saat keduanya mendarat. Kepulan asap dengan cepat menyelimuti Cano, membuatku penasaran apa yang terjadi padanya sekarang. Apakah dia mati terbunuh ? Semoga saja. Dengan begitu, pekerjaan ku akan menjadi lebih mudah.

Setelah beberapa saat tidak ada gerakan sama sekali yang terdeteksi dari balik asap, Citus dan Splendico pun memutuskan untuk menurunkan pertahanan mereka.

“Apakah ini sudah selesai ?”

“Sepertinya begitu.” jawab Splendico.

Beberapa saat kemudian, Citus pun menoleh ke arahku.

“Hei, Flamen ! Kamu sudah aman sekarang !”

Aku pun berdiri dan berjalan mendekati mereka berdua. Namun tiba tiba, sebuah semburan api melesat ke arah ku dari balik asap. Itu pasti Cano, dia belum mati. Daripada menghindar, lebih baik aku langsung membunuhnya saja. Dengan cepat aku mengaktifkan Tonitrui dan langsung menerjang semburan api yang mengarah kepadaku. Hanya butuh satu kali tusukan di kepala untuk membunuh Cano yang saat itu masih tidak sempat bergerak. Serangan balik itu sempat menciptakan kepulan asap kecil, agak sedikit berguna untuk menutupiku, namun itu hanya bertahan untuk sementara. Di momen selanjutnya saat asap itu menghilang, Citus dan Splendico nampaknya telah mengetahui identitasku yang sebenarnya.

“Keres. Jadi yang di katakan Cano itu benar.”

...****************...

“Kalian benar benar bodoh.” ucapku sambil menarik Tonitrui dari kepala Cano.

“Mati kau, bajingan !!” seru Citus sambil berlari dengan cepat ke arahku. Pertarungan secara langsung ini memang sudah tidak bisa dihindari lagi. Walaupun saat ini Citus berlari dengan kecepatan yang luar biasa, namun aku masih dapat melihat celah yang begitu besar dalam dirinya. Bukan celah lagi namanya, dia saat ini menyerang tanpa meninggalkan pertahanan sedikit pun. Ini akan menjadi pertarungan yang sangat mudah bagiku. Tidak ada waktu untuk menggunakan kuda kuda, jadi aku mengayunkan Tonitrui dengan kekuatan yang lebih lemah daripada yang biasanya. Tebasanku tidak mengenai apa apa, aku menoleh ke belakang dan di sana Citus sudah bersiap untuk menyerangku dengan tendangannya. Sebuah drop kick, dan itu sangat mudah untuk diatasi jika musuh adalah pengguna pedang. Hanya perlu memotong kaki mereka yang mengarah ke depan, dan mereka akan selesai. Namun entah bagaimana itu tidak berlaku pada gadis yang satu ini. Saat aku mengayunkan Tonitrui ke arah kaki bagian bawahnya, itu tidak terpotong sama sekali, padahal kaki nya itu bukanlah semacam cyborg atau yang lainnya.

Citus menyeringai dan kemudian siap untuk memukul ku dengan tangan kirinya.

“Kaget, huh ?”

Butuh waktu untuk mengangkat Tonitrui kembali, dan itu membuatku tidak sempat untuk menghindar ataupun menyerang balik. Walaupun itu hanyalah sebuah pukulan yang biasa, namun entah bagaimana pukulan Citus itu mampu membuatku terhempas beberapa meter ke belakang. Rasa sakitnya bahkan tidak seberapa. Citus kembali menyerang ke arah ku. Kali ini aku akan menahan serangannya dengan Tonitrui dan lihat apa yang akan terjadi. Benar saja, saat tangan Citus yang ingin memukulku bertemu dengan Tonitrui, rasanya seperti sebuah besi menubruk bilah Tonitrui. Apa apaan ini ? Apakah ini adalah alasan kenapa Citus hanya terluka sedikit saja saat dia menabrak pohon dengan kecepatan tinggi itu ?

“Aku bahkan belum menggunakan kekuatan penuh ku, dan kamu saat ini sudah terpojok, nona Keres ? Benar benar menyedihkan.”

“Cih, aku akan membuatmu menyesal akan perkataanmu itu, Citus.”

“Coba saja, bangsat !” seru Citus sambil menendang ku dengan kekuatan yang luar biasa. Apakah ini yang ia sebut sebagai kekuatan penuhnya ? Tidak terlalu mengejutkan. Dan yang lebih penting lagi, dia baru saja membantuku untuk menggunakan 50% persen kekuatan Tonitrui.

“Saatnya giliranku, Citus.”

Aku dengan melesat kembali ke arah Citus. Ia terlihat seperti sedang terkejut, dan tidak menghindar sama sekali. Apa di sedang panik ? Entahlah, yang pasti saat aku menghantamnya, tubuhnya langsung hancur lebur dan hanya menyisakan darah saja yang tersebar ke seluruh tempat. Aneh, padahal tadi, menyerang tubuhnya dengan Tonitrui sama seperti menyerang tubuh besi Orcus, namun saat dia berhenti, tubuhnya langsung menjadi sangat lemah dan juga mudah untuk dihancurkan. Sungguh sebuah anomali.

Kini tinggal Splendico yang tersisa di hadapanku. Entah apa yang terjadi pada 4 orang yang lainnya, namun itu semua akan kuserahkan pada si setan itu. Kalau mereka berempat belum mati hingga saat ini, sepertinya aku yang akan mati duluan. Ini adalah malam yang paling melelahkan sepanjang hidupku. Aku kemudian menoleh ke arah Splendico dan berjalan mendekatinya. Kekuatan 10% dari Tonitrui membutuhkan jarak tertentu agar dapatbertahan lebih lama lagi.

“Maafkan aku, Splendico. Tapi aku harus membunuhmu dengan cepat.”

“Apa maksudmu !?”

Seketika Splendico langsung terjatuh pada kendaliku. Namun kedua sosok bayangan putihnya tidak menghilang sama sekali. Mereka sekarang justru bergerak dengan sendirinya menghalangiku untuk melindungi tuan mereka.

“Apa yang harus ku lakukan ? Bernyanyi ?” gumamku. Kedua sosok bayangan itu tidak menyerang ku sama sekali. Sepertinya mereka hanya akan menyerang saat diperintahkan oleh Splendico tuan mereka.

“Hmph, baiklah. Aku mungkin akan sedikit mencobanya.”

Hanya ada satu lagu yang terbesit di kepalaku, dan itu berasal dari kehidupan pertama ku. Aku sudah berusaha, namun sepertinya bukan nada yang keluar dari dalam mulutku. Itu hanyalah sebuah ucapan 'A' saja. Memang sejak dulu aku tidak pernah belajar tentang nada, dan aku sudah menduga momen cringe ini akan terjadi.

“Cih, persetan dengan nada. Aku hanya perlu membunuhnya secara langsung, bukan ?”

Aku dengan cepat melesat ke arah Splendico yang masih berada dalam kendaliku, namun aku harus berhenti seketika saat kedua bayangan yang ada di depan Splendico mengambil posisi siap menyerang dengan pukulan mereka. Aku menunggu beberapa saat, dan mereka tidak menyerang ku sama sekali. Mereka hanya mengancam.

“Kalau begitu, aku hanya perlu menyerangnya dari jarak jauh, kan !?”

Tanpa sadar, aku sudah menggoreskan tanganku ke bilah pedang Tonitrui, memasang kuda kuda, dan kemudian mengayunkannya ke atas dan menciptakan sebuah ledakan yang panjang hingga ke belakang. Itu adalah kekuatan 90% Tonitrui, namun dilakukan secara terbalik.

“Tunggu, kenapa aku harus melakukan itu ?”

Sialan, aku sudah mengacau terlalu banyak hanya dalam semalam karena orang orang bodoh ini.

...****************...

Saat ini, aku sudah berada di tengah hutan. Pemandangannya benar benar kacau. Banyak pohon pohon yang hancur, tersayat, hingga tumbang. Beberapa bahkan ada yang dibekukan oleh sihir es. Itu pasti ulah Glacio, dari namanya saja aku sudah tahu apa kekuatannya. Dan sekarang, di mana setan brengsek itu ? Tugasku sudah selesai sekarang, kini tinggal menunggu setan itu membereskan sisa sisa nya. Aku berjalan jalan di hutan tengah, dan beberapa saat kemudian, aku menemukan 2 mayat yang tergeletak di kiri dan di kanan ku. Yang di kiri, itu sepertinya adalah Glacio, sementara yang di kanan, adalah Rivolus. Aku tidak tau apa yang terjadi pada Rivolus, namun untuk Glacio, sudah terlihat dengan jelas kalau kepalanya diremukkan oleh sebuah jebakan yang muncul dari atas pohon, kemudian mati di saat itu juga. Benar benar jebakan yang mengerikan. Saatnya aku melihat apa yang terjadi pada Rivolus. Aku berjalan menuju mayatnya, dan mataku mendapati tubuhnya yang penuh dengan sayatan sayatan belati. Jebakan benang itu lagi. Aku kemudian membalikkan tubuhnya yang sudah tak bernyawa, dan di punggungnya terdapat sepasang sayap berwarna abu abu gelap. Sepertinya dia bisa terbang, pantas saja dia bisa terbunuh oleh jebakan semacam ini. Dengan begitu, tersisa 2 orang lagi, Latro dan Bellator, di mana mereka berdua ? Setan itu pasti sedang kesulitan melawan mereka, atau dia justru kabur dari kejaran 2 orang ini. Dasar setan, dia benar benar menyusahkan ku. Apa aku harus mencarinya lagi ?

“Ketemu kau, Keres !!”

Suara itu bukanlah si setan, karena pemiliknya adalah seorang pria, walaupun dengan sedikit usaha penyamaran. Orang ini bisa menyamarkan suaranya sendiri, siapa itu ? Aku menoleh ke belakang dan di atas ku, seorang pria berpakaian serba hitam sedang dalam perjalanannya untuk menyerang ku. Aku bersiap untuk menangkis celuritnya, namun ia justru mendarat di atas Tonitrui. Kulihat mukanya sejenak, dan dia ternyata adalah Latro. Bajingan, apa yang dilakukan oleh setan itu saat ini ?

“Lihatlah, pembunuh yang sadis ini ternyata seorang penipu yang ulung juga.”

“Apa maksudmu, sialan !?”

“Kamu tidak paham ? Itu adalah sindiran dari ku, bodoh !”

“Uhuh, kalau begitu apa ? Aku harus terima kasih pada mu ?”

“Seharusnya begitu.”

Latro melompat ke belakang dan tanpa kusadari ia juga sudah menebas dada ku dengan celuritnya.

“Ugh ! Sialan, hebat juga kau.”

“Setidaknya puji aku setelah pertarungan ini selesai, Keres !”

Latro berlari ke arahku dengan kedua celuritnya mengarah ke belakang. Aku harus berhati hati dengan serangan yang selanjutnya, siapa tahu dia akan melakukan serangan kejutan yang lainnya seperti tadi. Aku mengayunkan Tonitrui untuk menebas kepalanya, namun Latro menghilang seketika dalam bayangan hitam. Beberapa saat kemudian, kaki ku tersayat oleh beberapa serangan dari celuritnya dan ia kemudian muncul di belakang ku. kemampuannya tadi sedikit agak mirip dengan sihir milikku (disposisi) namun punya nya jauh lebih cepat dari pada punya ku. Luka baru ini harus ditutup dengan segera, kalau tidak, aku akan dibuat kesusahan olehnya. Tunggu, di mana regenerens ku ?

“Kamu mencari pisau emas ini ?” tanya Latro sambil memegang regenerens di tangan kanannya.

“Sejak kapan !?”

“Tentu saja sejak aku menghilang, bodoh !”

Latro menghilang kembali dalam bayangan hitamnya, kemudian muncul di depanku dengan salah satu celuritnya telah terangkat ke atas. Latro menyerang ku dengan celuritnya yang terangkat itu ke bawah, dan aku pun menghindarinya dengan cukup mudah. Walaupun sudah menghindar, mataku masih tetap mengawasi gerak geriknya. Tentu saja ia melakukan serangan yang selanjutnya. Latro berputar sambil mengayunkan kedua celuritnya memaksa ku untuk menunduk. Ku kira itu akan berakhir dengan begitu saja, namun ternyata tidak. Latro justru menyeringai, ia sepertinya memang dengan sengaja membuatku menunduk untuk serangan yang ketiga ini. Aku tidak sempat melakukan apa apa saat kaki kirinya menendang kepalaku. Bukan hanya disposisi saja, dia juga punya sihir penguat ! Aku terlempar ke belakang dan menghantam tanah dengan keras, membuat luka baru ku menjadi semakin parah. Latro, orang ini sangat hebat dalam menyembunyikan serangan selanjutnya.

“Sepertinya kamu tidak sekuat seperti yang mereka bilang, huh ?”

Aku menyeret tubuhku ke arah pohon besar yang ada di depanku dan meraih batang pohon itu untuk membantuku berdiri. Aku kemudian bersandar di batang pohon tersebut dan mengambil nafas sebanyak mungkin. Lihat saja, orang ini pasti akan melakukan semacam kebodohan, entah apa itu bentuknya.

“Hei, bukankah kamu membunuh Helen dengan kekuatannya sendiri ? Kalau begitu, biarkan aku membunuhmu dengan pisaumu sendiri.”

Untung saja dia tidak mencuri Barbatos. Biarkan saja dia menusukku dengan regenerens, itu justru akan sangat membantuku saat ini. Latro membuang kedua celuritnya ke tanah, kemudian berlari ke arah ku dengan regenerens terhunus ke depan. Apa maksudnya membuang celuritnya itu ke tanah ? Kebodohan luar biasa semacam itu tidak pernah kutemukan selama aku hidup di dunia ini, bahkan di kehidupan pertama ku sekalipun. Aku memejamkan mataku, dan tidak bergerak sama sekali. Rasa sakit sesaat menyerang ku, namun itu bukanlah apa apa. Aku kembali membuka mataku dan mendapati Latro yang sedang terkejut. Bodoh, orang ini benar benar bodoh.

“Kenapa, luka mu malah menutup, ****** !?”

“Aku memang lemah, tapi setidaknya....”

Aku menahan tangan Latro yang masih memegang regenerens.

“Aku tidak bodoh sepertimu.”

Latro menjadi tidak berkutik seketika saat aku melihat ke arahnya dengan tajam. Latro terus meronta ronta untuk melepaskan dirinya, namun itu tidak berguna. Aku menghela nafasku, dan dengan cepat langsung menebas tubuhnya dengan Tonitrui. Aku kemudian melepaskan tangannya dan membiarkan tubuhnya jatuh ke tanah. Tersisa 1 orang lagi, Bellator. Sekarang, setan itu ada di mana ?

...****************...

“Oi, setan, kamu ada di mana !?”

Aku terus berteriak sambil menyusuri hutan tengah dengan berjalan santai. Seharusnya aku tidak perlu mencarinya, tapi entah kenapa aku merasa kalau si setan itu sedang dalam bahaya. Seperti yang di bilang oleh si setan, keempat orang itu mengejarnya dengan sangat brutal, bisa dilihat dari berbagai kerusakan di hutan ini. Dan juga, drone milik Ferrum, saat ini mereka sedang terbang tidak jauh dari ku. Kalau dilihat lihat, mereka tidak punya senjata sama sekali, jadi tidak perlu ada yang di takutkan. Sialan, ini benar benar melelahkan, berteriak adalah hal yang paling ku benci selama hidup di dunia ini. Setan ini seolah sudah menghilang di telan bumi, apakah ia sudah ditangkap oleh Bellator ? Atau bahkan si Ferrum sialan itu ? Mau yang mana pun aku sebenarnya tetap tidak peduli.

Tiba tiba, aku mendengar sebuah suara dedaunan yang dilewati oleh seseorang. Aku bersembunyi di balik pohon tinggi, kemudian mengintip ke arahnya dari kejauhan. Sosok bayangan itu terlihat seperti seorang wanita, padahal kalau di hitung hitung, harusnya tinggal Bellator saja yang tersisa. Dan juga, rambutnya panjang, tidak seperti setan itu, walaupun warna nya sama sama perak. Warna rambutnya terlihat persis sekali dengan si setan itu, tidak bisa dibedakan oleh ku.

“Siapa dia sebenarnya ?” gumam ku. Tunggu aku teringat saat si setan itu juga sempat bilang kalau ia bertemu dengan sosok misterius yang ia salah kira sebagai hantu. Apakah sosok itu adalah orang yang sama dengan yang di lihat oleh si setan itu ?

Aku menatap ke arahnya dengan lebih tajam. Terima kasih berkat cahaya sorot milik salah satu drone Ferrum, aku bisa melihat wajahnya dari kejauhan. Mukanya terlihat sangat mirip dengan Daemones ! Apa apaan ? Si setan itu punya saudara kembar ? Sulit dipercaya. Apa lagi, saat ini sosok itu terlihat sedang berinteraksi dengan salah satu drone milik Ferrum. Si Ferrum itu, dia masih punya satu bawahan lagi. Telinga ku kemudian menangkap sebuah suara pergerakan dari arah semak semak di kanan ku. Orang itu ternyata adalah Bellator, dan di tangan kanannya ia sedang menyeret Daemones yang jatuh pingsan dengan beberapa luka di tubuhnya. Ini tidak bisa di terima. Walaupun setan itu menyebalkan, tapi dia sebenarnya baik pada ku. Aku pun juga akan membalas kebaikannya, sekali ini saja.

“Bellator !!” seru ku sambil keluar dari persembunyianku. Bellator dan wanita itu menoleh ke arahku secara bersamaan.

“Siapa orang itu ? Urus dia sekarang.” ucap wanita itu sambil melompat ke belakang dan dengan segera menghilang dari pandanganku. Bellator hanya mengangguk sebagai jawaban.

“Cih, aku tidak akan berteriak sekeras itu kalau tidak ada orang aneh itu, bangsat.”

“Darimana saja kau, Flamen ?”

“Lupakan orang yang bernama Flamen itu. Kamu pasti sudah tahu siapa aku yang sebenarnya, bukan ?”

Bellator dan aku diam sejenak dan saling menatap satu sama lain. Cahaya dari puluhan drone Ferrum yang berterbangan di udara membuat hutan kali ini tidak terlalu gelap.

“Katakan pada ku, di mana Ferrum sialan itu.”

“Tidak perlu bertanya. Dia sendiri yang akan mencari mu.”

“Oh, benarkah ? Bagaimana caranya ?”

“Lihat ke belakangmu.”

Aku menoleh ke belakang, dan di sana salah satu drone Ferrum sedang menyorot ku dengan lampu berwarna putih terang. Dari apa yang dikatakan Bellator, sepertinya Ferrum bisa melihat dengan menggunakan drone ini.

“Jadi itu kegunaan mereka.” gumamku.

“Masih ada satu lagi.”

“Huh ?”

Tiba tiba, salah satu drone Ferrum yang sedang melintas di udara menjatuhkan dirinya sendiri ke arahku. Aku pun melompat ke belakang menghindari kamikaze itu, membuat drone tersebut rusak parah.

“Hanya itu saja ? Itu sedikit tidak berguna-”

Belum sempat menyelesaikan kalimatku, drone tersebut meledak seketika. Aku melindungi diri dengan tangan kiri ku, dan ada sesuatu yang aneh yang kurasakan setelah terkena ledakannya.

“Energi sihir ku.... Terkuras ?”

“Begitu lah. Dengan menyerap energi sihir orang lain, tuan Ferrum bisa dikatakan memiliki energi sihir tak terbatas. Lihatlah pada tubuhmu yang lemah itu. Apa kamu kira bisa mengalahkan tuan kami ?”

“Hah, kamu kira kamu juga bisa mengalahkan ku ? Coba saja, bangsat.”

Bellator kemudian menjatuhkan Daemones yang pingsan ke tanah dan menarik pedangnya dari sarungnya. Ia menatapku dengan tajam setelahnya.

“Lihat saja, aku akan mengakhiri mu dengan kejam, sama seperti kamu membunuh teman temanku, Keres !!”

“Oh, sialan. Berhentilah berbicara, aku sudah muak dengan orang orang bodoh seperti kalian.”

Aku mengambil Tonitrui yang ada di punggungku dan mengaktifkan kekuatannya. Bilah pedang Tonitrui seketika dipenuhi oleh aliran listrik berwarna ungu, dan kemudian aku bersiap dengan kuda kuda ku.

“Bersiaplah untuk mati, Bellator.”

“Keres !!”

Bellator berlari ke arah dengan pedangnya terhunus ke depan sambil meneriakkan nama ku. Berisik sialan ! Ucapku dalam hati. Dengan cepat, aku pun telah berada di belakang Bellator dan berhasil menebasnya tepat di dada nya. Bellator seketika mati dan terjatuh ke tanah, sama seperti yang lainnya. Harusnya aku mengatakan ‘Aku akan membunuhmu dengan Phastos’ untuk membuat suasananya sedikit mencair. Tapi lupakan saja, kini ke 10 orang itu sudah mati, dan sekarang tinggal si Ferrum, dan juga wanita misterius. Sepertinya aku tidak perlu mencarinya, asalkan aku terus terekspos oleh cahaya dari drone ini, si Ferrum itu kemungkinan akan menemui ku dengan sendirinya.

Aku berjalan dan duduk berlutut di dekat setan yang sedang pingsan di tanah, kemudian menggoyang - goyangkan tubuhnya. Hanya butuh beberapa saat untuk membuatnya sedikit sadar. Setan ini akhirnya membuka matanya secara perlahan.

“Oi, setan. Kamu tidak apa apa ?”

“Ternyata kamu, ******. Apa mereka sudah mati ?”

Aku menghela nafasku lega, kemudian menancapkan Tonitrui ke tanah.

“Dasar lemah. Aku sendiri yang membunuh mereka semua.”

“Bodoh, gw juga ngebunuh 2 orang tau.”

“Heh, itu jauh lebih sedikit dari pada punyaku. Sekarang skor kita 60 - 1.”

“Masih bawa bawa skor lagi ? Gw udah nyelametin lu beberapa kali, bangsat !! Kenapa skor gw masih aja satu !?”

“Kamu hanya membantu, sementara aku yang membunuh mereka semua.”

“Sialan !!”

Akhirnya setan ini menjadi berisik kembali seperti semula, seolah tidak mengalami apa pun. Aku tertawa sebentar, kemudian berdiri dan mengulurkan tanganku kepada Daemones.

“Kita kembali ke tempat Orcus mati, dan menunggu si Ferrum sialan itu mendatangi kita.”

“Heh, liat aja. Gw bakal ngebunuh orang sialan itu pake tangan gw sendiri, bangsat !”

“Terserah apa katamu.”

Aku dan Daemones berjalan kembali ke tempat Orcus mati. Sebuah perjalanan yang akan memakan waktu yang banyak. Ini adalah malam yang sangat panjang, namun aku tahu kalau ini akan menjadi akhir dari malam itu. Di mulai dari si setan yang ada di samping ku ini naik ke atap gudangku, hingga akhirnya sampai ke sebuah pengungkapan tentang organisasi misterius bernama revolucio yang sedang memburuku. Entah apa pun yang mereka inginkan, aku tetap akan menjadi Keres Sanguis, dan aku tetap akan menjadi yang terkuat di dunia ini. Asalkan bersama dengan setan menyebalkan yang ada di sampingku, dan juga Poppy yang akan menjadi cyborg sebentar lagi, aku siap untuk bertarung kapan saja, bahkan sampai fajar menyingsing kemudian terbenam kembali.

Aku akan membunuh, semua yang menghalangiku.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!