Little Devil

Chalybe berjalan menyusuri lorong gelap yang ada di dalam sebuah spaceship. Tatapannya kosong, seperti tidak bernyawa, namun di dalam kepalanya ia terus mengingat pertarungan yang baru saja ia lakukan tadi malam. Seorang manusia yang mampu membuatnya merasakan arti sesungguhnya dari kekuatan. Dirinya terus membayangkan betapa kuatnya manusia yang baru saja hampir ia bunuh itu. Seorang manusia yang layak untuk mati di tangannya. Jika saja sang tuan tidak menghentikannya, mungkin ia sudah membawa mayat dari manusia tersebut untuk diteliti lebih lanjut. Rasa penasarannya terhadap manusia semakin mencuat saat dirinya mengingat manusia tersebut dengan gampangnya memberi nama kepada dirinya.

Chalybe melewati sebuah pintu otomatis yang langsung menghadapkannya kepada 'sang tuan'. Seorang wanita yang sedang duduk di kursi takhta nya. Matanya yang berwarna kuning keemasan menandakan bahwa dia sendiri adalah seorang warden, yang sudah berevolusi tentunya. Rambutnya yang kaku sama seperti besi memberitahu bahwa itu ada rambut palsu yang dibuat untuk meniru wujud seorang manusia. Sang tuan itu kemudian melihat ke arah Chalybe, kemudian tersenyum kecil.

“Aku sedang menunggu kabar baik darimu, Chalybe.”

Chalybe terkejut. Bahkan tuannya sendiri menggunakan nama baru yang diberikan oleh manusia itu kepadanya. Chalybe kemudian menghubungkan kesadarannya dengan sebuah tabung raksasa yang berdiri di samping kanannya. Di situlah tubuh hologram Chalybe muncul, saat saat dimana dirinya akhirnya bisa berbicara layaknya seorang manusia.

“Anda menggunakan nama itu juga ?”

“Entahlah, nama itu terdengar cocok untukmu. Sepertinya manusia itu adalah makhluk yang sedikit pintar.”

Chalybe diam sejenak, sedang memikirkan apa yang ingin dia katakan selanjutnya. Otak buatannya itu masih dalam tahap pengembangan dan masih tidak dapat digunakan seperti otak manusia pada umumnya. Sesaat kemudian ia menemukan sebuah kalimat yang cocok untuk memperpanjang percakapan ini dengan tuannya.

“Dia memang sangat menarik, tuan.” jawab Chalybe sambil menunduk untuk memberi hormat. Itu adalah pose yang baru saja ia pelajari dari seorang manusia yang lainnya.

“Kamu sedang berbasa basi denganku ?” tanya sang tuan itu. Chalybe memiringkan kepalanya. Otak tiruannya berpikir dengan sangat keras sampai sampai tubuh hologramnya menjadi redup sesaat.

“Begitulah ?”

Sang tuan menghela nafasnya. Dia memang harus memaklumi bahwa para warden masih sangat jauh dari kata 'sama' dengan manusia. Ia kemudian mengangkat telapak tangan kanannya dan saat itu juga, 5 warden lain berwujud humanoid mirip dengan Chalybe muncul di hadapannya.

“Lupakan hal yang tadi itu. Aku sekarang ingin mendengar hal baru yang kalian dapat dari senjata senjata suci yang digunakan para manusia itu.”

Suasana menjadi mencekam. Tatapan tajam sang tuan berhasil membuat warden humanoid yang lainnya menjadi ketakutan, kecuali Chalybe yang masih kebingungan dengan apa yang dikatakan oleh tuannya tersebut.

“Kenapa diam ?”

Sang tuan memukulkan kepalan tangannya tersebut ke sandaran tangan di kursinya sambil menatap tajam ke seluruh warden humanoid yang ada di hadapannya. 10 detik kemudian Chalybe akhirnya paham apa yang dikatakan oleh tuannya tersebut.

“Apa maksud anda adalah pedang Tonitrui yang dipakai oleh manusia itu ?” tanya Chalybe sambil sedikit maju ke mendekat kepada sang tuan. Sang tuan akhirnya menghela nafas lega saat mengetahui salah satu dari ciptaannya tersebut masih sedikit berguna.

“Itu salah satu dari mereka.” jawab sang tuan. Setelah berpikir cukup panjang, Chalybe akhirnya mengerti bahwa tuannya menganggap pertanyaannya tersebut benar. Ia kemudian mulai mengingat ingat apa saja yang baru saja ia dapatkan dari mengambil Tonitrui. Ingatan itu cukup samar samar, karena warden bawahannya itu tidak berhasil membawa Tonitrui kepadanya. Tubuhnya sendiri hanya menyentuh Tonitrui beberapa kali. Setidaknya ia mendapatkan sedikit informasi baru ketika tangannya menahan serangan Tonitrui saat digunakan oleh manusia itu.

“Tuan, dari yang saya dapat mengerti, manusia akan mematung saat manusia yang lainnya mengancam dengan sebuah pedang.”

“Itu perasaan takut.” sahut sang tuan sambil memotong pembicaraan Chalybe. Chalybe berhenti sejenak, setelah itu melanjutkan pembicaraannya kembali.

“Kemudian, manusia akan berlari ke arah manusia yang lainnya saat melihat ada ancaman tertentu.”

“Itu yang namanya menolong.” sahut sang tuan kembali. Chalybe berhenti sejenak sekali lagi. Otaknya sedang berusaha untuk mengingat semua yang dikatakan oleh tuannya barusan.

“Manusia akan saling menyerang satu sama lain saat kehilangan manusia yang dekat dengannya.”

“Itu namanya dendam.”

“Manusia akan secara diam diam menyerang dari belakang saat mangsanya sedang tidak sadar.”

“Itu namanya sembunyi sembunyi.”

“Homo sapiens akan mengambil kembali barangnya yang hilang.”

“Dari mana kamu dapat kata kata itu ?” tanya sang tuan secara tiba tiba. Walaupun tidak jelas, wajahnya menunjukkan perasaan heran yang sangat kuat. Tidak pernah ada yang mengajarinya tentang nama itu. Chalybe pun juga terlihat sedikit kebingungan. Ia sedang tidak paham akan apa yang ditanyakan oleh tuannya.

“Itu muncul secara tiba tiba di otak saya, tuan.” jawab Chalybe. Tuan itu menatap tajam saat mendengar pernyataan Chalybe. Menurutnya tidak mungkin nama lain dari manusia itu muncul secara tiba tiba dari dalam otaknya. Ia kemudian menghela nafas, lalu bersandar ke kursinya sekali lagi.

“Pergilah dari sini, Chalybe.”

“Apa anda mengusir saya, tuan ?”

“Aku bilang pergi, Chalybe.” jawab sang tuan kembali dengan nadanya yang mengancam. Chalybe mematung sejenak, kemudian membungkukkan tubuhnya kembali kepada sang tuan untuk memberi hormat.

“Baiklah.”

Chalybe berdiri tegak kembali, kemudian memalingkan tubuhnya dari hadapan sang tuan dan berjalan menjauhinya. Sementara itu, tanpa disadari oleh Chalybe, sang tuan mulai mengangkat tangan kanannya dari kejauhan kemudian mengarahkannya kepada warden humanoid yang tersisa. Para warden humanoid tersebut bergidik ngeri. Ada yang menoleh kesana kemari, ada yang berjalan mundur secara perlahan, dan ada juga yang meringkuk ketakutan.

“Dasar makhluk tak berguna.”

Langkah Chalybe seketika dihentikan saat ia mendengar suara ledakan yang dahsyat di belakangnya. Ledakan tersebut menghancurkan seluruh warden yang tersisa, kecuali dirinya sendiri. Sang tuan baru saja membiarkan dirinya untuk hidup lebih lama lagi. Chalybe menoleh ke arah tuannya itu. Ia kemudian menyadari bahwa ada satu warden humanoid wanita yang menghilang dari posisi awalnya. Namun ia tidak begitu peduli kepada warden wanita tersebut. Matanya terus menatap ke arah Chalybe. Sang tuan, masih dengan tatapan tajamnya kemudian bergumam.

“Kamu sangat menarik bagiku, Chalybe.”

*******

Aku membuka mataku secara perlahan dan mendapati Poppy yang sedang mengamati ku secara terus menerus. Matanya akhirnya melebar saat mendapati aku yang baru saja bangun dari tidur panjangku akibat pingsan. Benar benar pertarungan yang melelahkan. Poppy mengangkat satu tentakelnya untuk menyapaku. Aku tersenyum kecil sambil berusaha untuk menahan tawa karena melihat wajah imutnya itu.

“Pagi juga, Poppy.”

Poppy kemudian terbang ke samping kananku dan menggelengkan kepalanya. Aku langsung tahu keinginannya itu. Aku mengelus kepalanya dengan tangan kananku, dan seketika matanya menjadi ceria kembali. Ia mengangkat ketiga tentakelnya secara bersamaan sambil terbang berputar putar, seolah sedang menari kegirangan. Sementara itu, aku sedang bersusah payah untuk bangkit berdiri posisi tidurku. Sejak kapan aku terbaring di tanah ? Aku mengangkat kepalaku dan melihat ke arah mansion ku satu satunya sudah hancur lebur. Aku menghela nafasku sebentar, kemudian menaruh tangan kananku di kepala Poppy sekali lagi.

“Kita tidak punya rumah lagi, Poppy.”

Poppy seketika menjadi lesu kembali. Ia menurunkan ketiga tentakelnya secara bersamaan dan matanya mengecil. Seolah dia juga ikut merasakan depresi yang ku alami saat ini. Harus tinggal bersama dengan orang itu adalah hal yang paling menyebalkan seumur hidupku.

“Setidaknya aku masih punya teman, atau harus aku sebut anomali itu sebagai musuh bebuyutan.”

5 jam kemudian, aku sudah sampai di depan sebuah rumah kayu bobrok yang sudah sangat tidak layak untuk dihuni. Aku mengambil Tonitrui dari punggung ku, bersiap untuk menangkis berbagai macam serangan dadakan yang akan dilakukan oleh setan licik yang tinggal di balik rumah bobrok ini. Aku mengambil nafas dalam dalam, mengangkat kaki kananku di atas tanah, kemudian mendobrak pintu rumah itu dengan sekuat tenaga. Persetan dengan yang namanya sopan santun, setan seperti dirinya tidak layak mendapatkan yang namanya 'penghormatan' dariku. Rumah ini sunyi, tidak ada serangan apapun seperti rentetan jarum yang tiba tiba melayang ke arahku. Benar benar langka. Beberapa detik kemudian, setan yang aku maksud akhirnya menampakkan dirinya juga dari balik sebuah meja kayu rongsok.

“Ohh, lu balik juga !?”

Setan yang ku maksud ini punya nama, dan dia adalah Daemones Virginis. Sesuai dengan namanya yang aneh itu, dia adalah orang yang selalu melakukan berbagai macam perilaku setan, dan tubuhnya juga belum tersentuh oleh pria sama sekali.

“Dari yang gw liat, lu pasti mau adu kekuatan lagi kan ?” tanya setan itu sambil mengeluarkan sebuah katar dari balik pelindung tangannya. Bibirnya itu tersenyum dengan sinis ke arahku. Sudah kuduga, tiada hari tanpa adegan semacam ini setiap kali aku bertemu dengannya.

“Diam lah.” ucapku sambil berjalan santai memasuki rumahnya. Beberapa langkah kemudian, kaki ku menginjak sesuatu seperti benang. Sudah kuduga, setan ini tidak akan pernah berhenti menggunakan jebakan murahan nya itu. Puluhan jarum terbang melesat ke arahku, dan dengan mudahnya aku menangkis puluhan jarum tersebut hanya dengan sekali tebas.

“Cih, sialan ! Kenapa jarum jarum ini semakin tidak berguna saja !?”

Dasar bodoh, setidaknya coba pakai jebakan yang lebih modern daripada ini, setan kecil. Ia melompati meja kayunya, kemudian berlari ke arahku sambil berteriak sekencang kencangnya. Orang orang yang ada di luar bisa mendengar mu, bodoh. Aku mengangkat Tonitrui untuk menahan serangan katarnya itu. Senjata kami saling beradu, dan aku dapat merasakan betapa tidak niatnya setan ini menyerang ku.

“Hmph, bahkan setelah terluka, lu masih kuat, huh ?”

“Poppy !”

Tanpa basa basi aku memanggil Poppy untuk mengakhiri pertarungan bodoh ini. Aku sudah muak bertarung dengan setan kecil yang satu ini. Selalu berbuat ulah dan dengan seenaknya mengganggu kedamaianku. Poppy yang bersembunyi dalam mode kamuflase kemudian menembakkan lasernya ke arah orang itu. Setan ini berhasil menghindar serangan Poppy dengan melakukan hand spring ke belakang, dan saat itu juga ia tidak melanjutkan pertarungannya denganku. Buang buang waktu saja. Poppy muncul di belakangku sambil mengeluarkan nada kesal. Ia mengangkat tentakelnya berkali kali sambil menatap tajam ke arah setan di depannya, sama sepertiku sekarang.

“Sialan, kenapa lu gak bilang kalo lagi bawa peliharaan, bangsat !?”

“Sama kayak kamu, nggak pernah bilang ada jebakan di rumahmu.”

“Kalo gitu, gw saranin lu buat liat ke kiri.”

“Hah ?”

Jawaban yang begitu aneh. Memangnya ada apa di samping kiriku ?

Seketika itu juga, sebuah cairan dengan berbagai warna menumpahi ku dari kiri. Apa apaan ini ? Aku melihat ke tubuhku yang sudah dipenuhi oleh cat warna warni, yang juga membasahi bajuku pastinya. Setan ini, benar benar semakin menyebalkan. Ia berusaha menahan tawanya, namun tidak bisa. Ia akhirnya tertawa dengan keras sambil memukul mukul lantai kayunya karena tak sanggup melihatku yang saat ini sudah terlihat seperti badut. Bisa bisanya, aku dipermalukan seperti ini.

“Dengan begini, skorku sudah jadi 1 - 50, bukan ?” tanya setan ini sambil menunjuk ke arahku.

“Kemenangan pertama mu itu terdengar begitu menjijikkan, bodoh.”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!