Chronicle Of Grandbeltz

Ada sebuah cerita. Cerita yang bertahan sudah sangat lama sekali. Ini adalah kisah pertempuran antara pahlawan dengan seekor naga.

Pada mulanya, hanya ada tanah kosong. Kemudian, manusia mulai berdatangan ke tanah kosong tersebut. Setelah dilihat bahwa tanah itu baik, mereka mulai membangun pedesaan kecil, yang semakin lama semakin meluas, hingga akhirnya sebuah kota pun terbentuk. Para warga hidup dengan damai, dan mereka pun juga dipimpin oleh seorang raja yang bijaksana.

Namun, pada suatu hari, kota tersebut dijajah oleh para penyerang dari suku lain. Sang raja memilih 6 pahlawan, dan peperangan yang tak terhindarkan pun terjadi. Walaupun keenam pahlawan tersebut pada akhirnya kehilangan satu rekan mereka, setidaknya mereka berhasil mengusir para penyerang tersebut, dan kota itupun akhirnya hidup dengan damai dan sejahtera kembali.

...****************...

Scene 1 : Song of Triumphant

Kota Grandbeltz. Sebuah kota besar yang terletak di tengah-tengah padang gurun dengan suhu panas yang ekstrim. Dulunya, kota tersebut dikenal sebagai neraka bagi para manusia. Dengan adanya warden jenis langka yang menyemburkan api, kota tersebut hangus oleh kebakaran yang dahsyat dan tidak ada lagi tempat tinggal yang layak bagi para manusia yang tinggal di sana. Para warga hidup di luar rumah mereka yang telah hancur tak berbentuk, dan setiap harinya, mereka terus diawasi oleh para warden penyembur api yang beringas. Jika mereka menyelamatkan seorang saja dari pertempuran, maka mereka akan langsung mati terbakar oleh warden yang langka tersebut. Para warga dipaksa untuk selalu bermusuhan satu sama lain, namun meskipun bertahun-tahun atau bahkan berabad-abad telah berlalu, mereka semua masih memiliki satu keinginan yang sama. Kebebasan. Itulah yang selalu mereka inginkan sejak dulu.

Hingga saat ini, mereka akhirnya berhasil mengusir seluruh warden dengan persatuan mereka. Munculnya organisasi pemberontak warden yang bernama revolucio sudah jelas terbukti sangat membantu para warga Grandbeltz untuk menyerang balik para warden. Dengan bantuan kelima anggota utama revolucio, Grandbeltz kini telah berhasil bangkit kembali menjadi sebuah kota yang benar-benar hidup.

Dan pada hari ini, kota tersebut sedang merayakan hari kemenangan mereka untuk yang ketiga kalinya dalam abad ini. Anggap saja bahwa itu adalah sebuah hari raya dimana seluruh warga dan juga anggota kerajaan berpesta ria bersama-sama. Berbagai dekorasi indah, tumpukan-tumpukan kembang api yang akan dinyalakan pada saat malam hari, orang-orang dengan baju terbaik mereka, dan berbagai sorakan para warga yang menyambut datangnya pangeran pertama di kota Grandbeltz, semuanya terjadi dengan begitu meriah.

Tidak ada pedang dan senjata lain yang berserakan di tanah. Tidak ada darah yang tertumpah. Tidak ada tangisan kehilangan dan juga jeritan karena kesakitan. Semuanya tersenyum bahagia, dan juga tertawa bersama-sama, seolah-olah kasta kelas sosial bukanlah sebuah hal lagi bagi mereka. Jalan-jalan dipenuhi dengan keramaian, menunggu untuk sang pangeran dan kelima anggota revolucio muncul di balkon kerajaan Grandbeltz.

Dan disinilah Elizabeth Anchora sedang berada, di sebuah kamar luas di kastil Grandbeltz. Ia terlihat sedang mengenakan gaun mewah berwarna biru bercampur keabu-abuan, dan seluruh wajahnya sudah dirias dengan rapi. Dilihat dari manapun juga, ia sudah sama seperti seorang ratu yang begitu sempurna, hanya saja, ia sedang duduk merenung di atas kasurnya yang empuk saat ini. Keramaian para warga yang ada di luar sana seperti tidak terdengar sama sekali di telinganya. Hanya ada cahaya matahari yang menembus masuk ke dalam jendela kaca yang menemaninya saat ini, bersamaan dengan sebuah pedang yang bersandar di tembok sisi kanannya.

Elizabeth menghela nafas dan menggesekkan telapak tangannya berkali-kali, seolah sedang merasa kedinginan. Nyatanya, ia tengah dilanda oleh kegugupan yang terlihat begitu jelas di wajahnya, karena sebentar lagi, ia akan diangkat sebagai seorang ratu bagi Grandbeltz, begitu juga dengan sang pangeran yang akan segera menjadi seorang raja bagi Grandbeltz setelah ini.

Pintu kamar terbuka, dan seorang wanita berambut merah gelap sebahu terlihat sedang berdiri di baliknya. Wajah wanita itu terlihat begitu kesal, dan ia langsung masuk ke dalam kamar Elizabeth tanpa sepatah kata pun.

“Kamu suka banget ya mojok di dalem kamar sendirian ?”

“Ferre, kamu tidak tahu betapa menyebalkannya jadi pahlawan, bukan ? Apalagi dipaksa nikah sama si 'pangeran'.”

Seketika itu juga, Ferre menghentikan langkahnya dan tersenyum miring, seolah seperti sedang merendahkan Elizabeth dalam diam.

“Kalau begitu, aku akan sangat senang nikah dengannya.”

Begitu menyakitkan, begitu menghancurkan, dan juga begitu mendominasi. Itulah yang baru saja dirasakan oleh Elizabeth dari perkataan Ferre barusan.

“Menyebalkan, seperti biasanya.”

Setelah diam beberapa saat sambil menatap satu sama lain, mereka berdua akhirnya tertawa secara bersamaan. Elizabeth kemudian berdiri dari kasurnya, dan kegugupan yang saat itu terlihat di wajahnya kini telah menghilang dengan begitu cepat. Elizabeth menghela nafasnya, dan kemudian berjalan melalui Ferre tanpa sepatah kata pun menuju ke sebuah meja rias dengan cermin besar di atasnya. Tangannya mengambil sebuah tiara yang terletak di atas meja rias tersebut, dan kemudian mengenakan tiara tersebut di kepalanya. Kini perlengkapan terakhirnya sebagai seorang ratu sudah lengkap, dan Ferre yang melihat sahabatnya itu akan segera menjadi seorang ratu pun ikut merasa senang. Ia tersenyum kecil, kemudian segera memeluk Elizabeth dari belakang, membuat Elizabeth sedikit terkejut seketika.

“Selamat buat kamu yang sebentar lagi jadi ratu, Elizabeth !!”

Di saat itu juga, Elizabeth teringat akan seluruh perjuangannya bersama dengan Ferre selama ini. Sebuah perjuangan yang penuh dengan luka, namun juga dengan tawa dan kenangan yang indah.

“Ini semua berkat bantuan mu, Ferre. Dan yang lainnya juga.”

“Keres pasti bangga melihat ini, bukan ?”

Benar juga, seharusnya ada satu orang lagi yang ikut bersama saat ini. namun orang tersebut sudah menghilang sejak lama. Itu semua karena sebuah kejadian mengerikan di masa lalu. Jika diingat-ingat lagi, orang tersebut bernama.... Keres.

“Ya... Dia pasti akan sangat bangga.”

...****************...

Jam kota berdenting dengan keras, menandakan bahwa saat yang sudah ditunggu-tunggu telah tiba. Bunyi terompet kerajaan dapat terdengar dengan jelas, begitu keras dan juga megah. Seluruh pandangan para warga kota seketika mengarah kepada kastil utama kota Grandbeltz, baik itu warga kalangan bawah maupun para bangsawan.

Setelah beberapa saat lama menunggu, pasangan dari calon raja dan ratu paling pertama di Grandbeltz pun akhirnya keluar dari dalam kastil kerajaan, dan keduanya terlihat sama-sama begitu sempurna. Berbagai sorakan dan pujian dilontarkan kepada mereka, membuat Elizabeth tersipu malu dan langsung menoleh ke belakang. Di sana ada tiga anggota revolucio termasuk Ferre, yang tanpa kata-kata menyemangatinya hanya dengan senyuman ceria nya saja. Hanya tiga saja ? Ke mana si besi itu ? Ucap Elizabeth dalam hatinya. Berkat bantuan dari senyuman ceria Ferre yang penuh motivasi itu, Elizabeth akhirnya mendapatkan kepercayaan dirinya kembali. Ia menatap ke arah para kerumunan warga di hadapannya bersama dengan sang pangeran. Upacara pun dilakukan dengan begitu meriah, dan tanpa ada masalah sama sekali.

...****************...

“Arrrrgh, Ferre ! Kenapa Ferrum si besi itu tidak ada sama sekali selama upacara barusan tadi !?”

Elizabeth penuh dengan emosi, bertanya pada Ferre sambil menggebrak meja bundar miliknya. Bagaimanapun juga, Ferre hanya melirik ke arah Elizabeth sebentar, kemudian lanjut menyeruput tehnya dengan anggun, sepenuhnya tidak memedulikan gebrakan meja Elizabeth tadi.

“Kebiasaan lama.” ucap Ferre dengan sangat singkat. Elizabeth terlihat jelas tidak mengerti sama sekali apa yang diucapkan oleh Ferre, terdengar seperti sebuah keanehan baginya. Tiba-tiba, seseorang membuka pintu ruangan tempat mereka berdua sedang berada saat ini. Awalnya mereka agak penasaran dengan siapa yang beraninya membuka pintu kamar Ferre itu tanpa permisi sama sekali, namun ternyata dia hanyalah anggota lain dari revolucio, Vir Fortis.

“Hei, kalian berdua ! Rex memanggil kalian- Elizabeth, ada apa ? Kamu kelihatan lagi marah ?”

“Memang !! Di mana Ferrum sebenarnya !?”

Suasana menjadi hening seketika, hanya terdengar seruputan teh hitam Ferre yang mengisi kamarnya tersebut. Sementara Elizabeth sedang penuh dengan amarah, Ferre terlihat tidak berekspresi sama sekali. Keduanya bagaikan api dan es di tempat yang sama.

“Dia sudah pergi sejak 2 Minggu yang lalu, tuh. Katanya sih pengen cari Keres.”

“Apa !!?”

Tanpa sadar, Elizabeth lagi-lagi bertanya sambil menggebrak meja bundar Ferre, membuat Vir sedikit mundur ke belakang karena terkejut bukan main.

“Vir jadi takut gara-gara kamu, tuh.”

“Omong-omong, itu juga yang mau ditanyakan oleh Rex.” sambung Vir.

“Kenapa gak kamu jelasin aja ke dia, bangsat !?”

Dan untuk yang ketiga kalinya, Elizabeth kembali bertanya sambil menggebrak meja bundar Ferre, bahkan sampai bergetar dengan hebat untuk kali ini. Ferre pun juga ikut dibuat hampir menyemburkan tehnya kembali karena suara gebrakannya Elizabeth yang dahsyat itu.

“Mengerikan.” gumam Ferre.

...****************...

Keesokan harinya. Elizabeth bersama dengan sang pangeran yang juga akan segera menjadi suaminya, Rex Basilius, berjalan di atas karpet merah di dalam sebuah gereja tua menuju sang pendeta yang ada di depan mereka. Lagi-lagi, saat Elizabeth sedang merasa gugup dan menoleh ke belakang, Ferre selalu ada di sana untuk menyemangatinya dalam diam.

Beberapa saat kemudian, Ferre dan Rex dimahkotai oleh sang pendeta, diberkati oleh pendeta tersebut, dan kemudian saling mengucapkan janji kepada satu sama lain. Dengan begitu, kini Elizabeth dan juga Rex sudah sah menjadi sepasang suami istri, sekaligus pasangan yang akan memimpin Grandbeltz hingga ke depannya. Orang-orang yang menyaksikan itupun langsung mengucapkan selamat dengan sorakan yang begitu keras.

Semuanya yang ada di sana, baik yang ada di dalam maupun yang ada di luar gereja, mereka semua terlihat sangat bahagia, begitu juga dengan Ferre, Vir, dan juga Aerius. Walaupun anggota inti revolucio sedang tidak lengkap saat ini, itu bukanlah sebuah masalah besar bagi mereka berempat.

Ya, bukanlah sebuah masalah besar. Setidaknya sebelum kegembiraan mereka terdengar hingga mencapai ke telinga Chalybe dan juga tuannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!