Aku berjalan tertatih tatih melewati hutan belantara yang merupakan jalan yang harus ku lewati untuk pulang ke rumahku. Aku menghabiskan terlalu banyak energi hanya untuk membunuh kedua anjing dan si Zephyrus itu. Walaupun aku adalah petarung wanita terkuat, bukan berarti aku tidak punya kelemahan. Justru kelemahan itu sangatlah besar sampai sampai merugikan ku dalam pertarungan yang memakan waktu lama seperti tadi. Tubuhku tidak dapat memulihkan energi sihir sepenuhnya hanya dalam sehari seperti orang normal lain yang ada di dunia ini, dan juga kapasitas sihirku terlalu rendah untuk menggunakan sihir tingkat tinggi. Sudah 25 tahun berlalu sejak aku terlahir kembali di dunia ini, namun kapasitas sihirku tetap sama saja seperti dulu. Selama ini aku hanya terus bergantung kepada senjata kebanggaanku, Tonitrui.
Aku mendongak ke atas, dan disitulah mataku mendapati sebuah mansion di atas bukit. Di situlah rumahku satu satunya berada. Benar benar sebuah perjalanan yang akan menguras tenaga sisa ku. Mansion tersebut merupakan hasil pembunuhan ku kepada seorang duke pengecut yang sama sekali tidak dapat bertarung dan juga tidak becus juga dalam memimpin daerahnya sendiri. Lebih dari satu jam aku habiskan hanya untuk masuk ke mansion ku yang sudah tampak terbengkalai itu. Aku membuka pintu mansion ku dengan keras sambil mengeluarkan nafasku sebanyak banyaknya. Nafasku terengah engah. Hanya untuk masuk ke tempat tinggal saja sampai hampir membunuhku. Mataku seketika tertuju pada sebuah warden yang tertidur di atas meja kayu jati di depan ku.
“Bangunlah, Poppy.” ucapku kepada warden itu. Poppy seketika melayang dan terbang mengelilingiku, seolah menyambut ku pulang. Aku menatap ke arah mata besarnya yang terus berkedip ke arahku. Warden peliharaanku itu berhasil membuatku tersenyum kecil.
“Hmph, lucu.”
Aku berjalan menuju tangga diikuti oleh Poppy yang terbang di belakangku. Aku sudah memelihara Poppy selama 14 tahun. Dia awalnya sama seperti para warden yang lainnya, mengawasi dan terus mengawasi perkotaan tanpa keinginan yang lain. Aku sempat hampir menghancurkannya berkeping keping. Saat itu aku masih berumur 14 tahun. Karena umurku itu, keingintahuanku masih sangat tinggi. Butuh berhari hari untukku membuatnya menjadi sejinak seperti saat ini. Aku duduk di kursi santai ku tepat di sebelah jendela yang mengarah keluar. Aku merendam tangan kiriku ke dalam air es sambil terkadang meringis kesakitan. Poppy yang melihatku kesakitan mendekati tangan kiriku yang ada di dalam baskom.
“Mau ku tenggelamkan ?” tanyaku kepada Poppy yang langsung menoleh ke arahku. Aku tertawa kecil sambil tersenyum. Hanya makhluk kecil ini saja yang bisa membuatku menunjukkan sisi lembut ku. Aku menengok ke arah jendela menikmati malam gelap yang ada di luar. Aku merenung akan kesendirianku di rumah dan di dunia ini. Mungkinkah ini akibat yang harus ku tanggung sebagai seorang pendosa ? Walaupun aku adalah seorang yang duduk di puncak tertinggi di dunia ini, tidak ada sama sekali yang menghormati ku. Tidak ada yang ingin berteman denganku. Hanya Poppy lah yang selalu berada di sisiku. Bukan karena kebaikanku, namun karena eksperimenku saat itu. Tidak ada sama sekali yang namanya kedamaian di kehidupanku saat ini. Lupakan saja hal ini, karena aku sudah hidup sebagai seorang pendosa sejak kematian ibuku yang baru di dunia ini.
Aku beranjak dari kursi santai ku dengan diikuti oleh Poppy yang tebang di belakangku seperti biasa. Aku berjalan menuju kamar tidurku dan meletakkan Tonitrui di meja makan. Lagipula tidak ada yang akan peduli di mana aku akan meletakkan pedangku itu.
Beberapa saat kemudian, aku telah sampai di depan kamar tidurku dan aku masih saja diikuti oleh Poppy yang terus memperhatikan punggungku dengan satu mata besar ciri khas para warden itu. Aku membuka pintu kamar tidurku dan berdiri di ambang ambang pintu.
“Kembalilah ke tempat tidur biasa mu itu, Poppy.” ucapku dengan tatapan tajam yang membuat Poppy menundukkan kepala besinya. Ia terlihat sedih saat itu.
“Cih, masuklah.”
Aku pada akhirnya membiarkan Poppy masuk ke kamarku. Ia langsung terlihat senang kembali dan langsung terbang mengitari kepalaku sebelum akhirnya berhenti dan terus melayang di samping kiriku.
“Terserahlah.” gumamku sambil menutup pintu kamarku. Aku langsung membaringkan tubuhku ke kasur dengan cepat sambil melepaskan rasa lelahku seketika. Entah akan tidur di mana makhluk berwujud seperti ubur ubur terbang itu akan tidur, yang pasti jangan tidur di atas kasur king size ku ini. Sudah pasti dia akan langsung tertendang oleh kakiku saat aku sedang tertidur lelap. Aku sempat duduk kembali hanya untuk melihat Poppy yang terbang merendah kemudian mendaratkan tubuh besinya ke lantai. Tentu saja dia sudah tahu akan posisinya saat ini.
Aku membaringkan tubuhku di kasur empuk untuk beristirahat sejenak, tanpa kusadari kalau ada sesuatu yang sedang mengintai rumahku dari atas dan Poppy sudah menyadari itu. Malamnya, Poppy mulai terbang melingkar secara terus menerus di atas mukaku dan itu tentu saja berhasil membuatku terbangun dan merasa kesal.
“Aaargh, siapa sebenarnya yang sudah ngajarin kamu kurang ajar seperti ini !?” ucapku dengan kesal sambil mengibaskan tangan kiriku yang berusaha untuk mengusirnya. Aku akhirnya terpaksa membuka mataku saat Poppy mulai menggunakan ketiga tentakelnya untuk menyentuh wajahku terus menerus. Setelah ia melihat aku terbangun, ia mulai mengeluarkan suara suara mekanis yang selalu ia gunakan sebagai bahasa komunikasi nya denganku.
“Kalau kamu mau bilang ada yang sedang menggangguku saat ini, itu kamu sendiri tau, dasar ubur ubur bodoh !” seruku sambil tak sengaja menampar Poppy hingga terjatuh ke kasurku. Aku kemudian langsung duduk dan melihat ke arah pintu kamarku. Mataku yang jeli menangkap seberkas cahaya biru yang menurutku terlihat sangat khas. Itu adalah cahaya yang dikeluarkan oleh mata lebar para warden saat sedang mencari sesuatu. Aku langsung menarik selimutku dan bersembunyi di dalamnya, tidak lupa juga menyembunyikan Poppy ke dalamnya.
“Siapa yang mengizinkanmu untuk mengajak teman temanmu masuk ke sini, bangsat ?” tanyaku ke Poppy dengan geram. Mata Poppy tidak membesar atau menciut sekalipun, menandakan bahwa dia sedang tidak berekspresi untuk saat ini. Telingaku kemudian menangkap suara pintu yang perlahan terbuka. Aku membalikkan tubuhku ke kanan kemudian mengintip keluar dari dalam selimutku. Aku melihat 3 warden yang sama persis dengan Poppy, bahkan tidak bisa dibedakan sama sekali. Ketiga warden itu terbang melewatiku sambil terus menerus menggerakkan satu mata besar mereka. Aku berusaha untuk tidak bergerak semaksimal mungkin. Aku kemudian membalikkan tubuhku kembali menghadap Poppy. Mataku terus mengawasi pergerakan para warden yang mengawasi kamarku itu, dan saat mereka akhirnya membelakangiku, aku langsung menarik Poppy ke dalam pelukanku dan berguling ke bawah lantai. Para warden itu seketika berbalik menatap ke belakang mereka. Aku terus bersembunyi di balik kasurku sambil memeluk Poppy dengan erat. Walaupun diriku terlihat tenang saat ini, aku sebenarnya sedang ketakutan. Masih dalam pelukanku, Poppy kemudian melakukan scan menggunakan matanya ke arah para warden yang ada di kamarku itu. Poppy kemudian menoleh ke arahku, seolah mengatakan kalau aku dapat keluar dari dalam sini sekarang juga. aku berbisik kepadanya.
“Apa kamu yakin ?”
Poppy hanya mengangguk. Tentu saja, karena semua warden tidak bisa berbicara bahasa manusia. Aku mengambil nafas sedalam mungkin dan berusaha untuk mengatasi segala ketakutanku. Akan kuhancurkan peliharaan ini jika aku terkena tembakan laser mereka. Setelah beberapa saat, aku akhirnya langsung berlari sekencang mungkin untuk keluar dari kamarku, kemudian langsung menutup pintu itu dengan keras yang membuat ketiga warden itu mengetahui keberadaanku. Aku terus berlari di antara lorong rumahku sambil melepaskan Poppy dari pelukanku, membiarkannya terbang sambil mengawasi bagian belakangku. Kamar tidur itu meledak seketika dan ketiga warden itu gerbang keluar dari dalamnya. Aku pun menghentikan pelarianku dan berbalik ke belakang menghadap ke arah warden liar tersebut ditemani oleh Poppy di sebelah kananku. Mata ketiga warden itu kemudian menyala terang dan beberapa detik kemudian rentetan laser ditembakkan ke arahku.
“Poppy !”
Poppy langsung menciptakan sebuah perisai energi dari matanya dan melindungiku dari rentetan laser itu. Aku meraba bagian belakang tubuhku, dan tentu saja tidak ada senjata apa pun yang dapat kugunakan. Aku terpaksa harus menggunakan sihir petirku. Aku menembakkan sebuah aliran listrik yang seketika mengenai warden paling kiri, mengalihkan perhatian warden yang lainnya. Poppy dengan cepat mematikan perisainya itu dan langsung menembakkan laser yang seketika menghancurkan 2 warden yang lainnya. Aku mengambil nafas lega, kemudian mengelus kepala Poppy sambil tersenyum bangga.
“Anak pintar.”
Poppy memejamkan matanya sembari kepalanya dielus olehku. Setelah beberapa detik, aku berhenti mengelus kepala Poppy dan langsung menoleh ke belakang lagi saat menyadari ada warden yang lainnya yang sedang naik ke atas sini. Aku menoleh ke area sekitar dan tidak ada barang yang cocok kujadikan sebagai tempat persembunyian. Aku tidak tau kemana aku harus bersembunyi saat ini. Poppy kemudian terbang ke samping kananku dan berubah menjadi tidak terlihat, juga memancarkan cahaya biru dari matanya ke arahku, membuatku menjadi tidak terlihat juga. Baiklah, aku harus menggunakan kesempatan ini sebaik mungkin. Dari tangga di depanku, tiga warden yang lain pun akhirnya menampakkan diri mereka. Ada satu yang berwarna hitam di tengah, dan aku tahu itu adalah versi warden yang lebih kuat daripada yang biasanya. Aku dan Poppy diam di tempat dan membiarkan mereka melewati kami terlebih dulu. Saat ketiga warden tersebut terpancing oleh tubuh dari ketiga rekan mereka yang telah hancur, aku pun langsung berlari menuju ke tangga dan menuruninya sambil diikuti oleh Poppy dari belakang. Beruntung warden elit itu tidak menyadari keberadaanku seperti tiga warden yang lainnya. Tangga itu membawaku ke ruang dapur, dan di sanalah aku melihat banyak warden telah menginvasi rumahku ini. Aku dibuat kesal karena ini dan aku langsung mengepalkan tangan kananku, bersiap untuk melepaskan serangan sihir dalam skala besar. Namun Poppy menahanku dengan terbang mendekat sambil mengelus kepalaku dengan tentakel besinya, membuatku tenang seketika.
Ini akan sedikit sulit. Aku hanya perlu mengambil Tonitrui di meja makan di lantai dua ini, dengan begitu aku dapat menggunakan kekuatannya untuk melindungiku dari ketinggian. Dengan cahaya kamuflase yang dipancarkan terus menerus oleh Poppy, aku berjalan mengendap endap melewati puluhan warden yang terbang ke sana kemari di ruangan luas ini. Setelah beberapa saat, aku dan Poppy tiba di meja makan tempatku menaruh Tonitrui saat itu. Namun mengejutkannya, Tonitrui tidak ada di meja itu sama sekali.
“Tidak mungkin, aku menaruhnya di sini tadi.” gumamku. Aku berbalik menghadap ke belakang dan mengawasi barang barang yang tertata rapi di ruangan ini, mungkin saja entah bagaimana Tonitrui berpindah tempat dengan sendirinya, tentu saja itu tidak mungkin. Poppy kemudian terbang mendekat ke arahku dan menggunakan tentakelnya untuk menunjuk nunjuk cahaya biru yang dikeluarkan oleh matanya itu.
“Apa maksudmu menunjuk cahaya itu ?”
Aku berpikir dengan sangat keras hanya untuk mendapatkan jawaban dari tingkah lakunya yang aneh itu. Mungkin saja ada pesan tersembunyi yang mau dia sampaikan, dan itu juga berhubungan dengan cahaya biru ini. Jika cahaya itu dapat membuatku menjadi tidak terlihat, berarti itu juga dapat berlaku untuk benda lain, misalnya senjata seperti Tonitrui. Akhirnya aku mengerti apa yang dimaksud oleh Poppy barusan.
“Apa maksudmu ada salah satu dari mereka yang menyembunyikan Tonitrui menggunakan cahaya biru ini ?” tanyaku kepada Poppy. Poppy mengangguk sebagai jawaban. Ternyata dugaanku itu memang benar. Poppy kemudian menggunakan salah satu tentakelnya kembali untuk menunjuk nunjuk sebuah kursi sofa di kananku.
“Kamu menyuruhku untuk sembunyi ? Buat apa ?” tanyaku kepadanya. Poppy terus menunjuk sofa itu dengan tentakelnya. Akupun menghela nafasku dan berjalan ke belakang sofa itu.
“Baiklah, baiklah. Apa aku harus bersembunyi di sini ?” tanyaku. Poppy pun menjawabnya dengan anggukan kembali. Dengan nafas kesal aku bersembunyi di balik sofa itu sambil menengok ke arah kiri kemudian berbalik menatap Poppy yang mulai mengintip dari balik sofa.
“Apa yang kamu lakukan, Poppy ?” tanyaku kebingungan. Poppy kemudian berhenti memancarkan cahaya biru itu dan membuatku menjadi terlihat kembali. Makhluk itu kemudian memancarkan cahaya berwarna kuning ke sebuah warden yang sedang berpatroli di dalam rumahku ini. Setelah beberapa detik tidak menemukan benda apapun yang disembunyikan oleh warden itu, Poppy kembali bersembunyi di balik sofa dan memancarkan cahaya birunya ke arah ku kembali.
“Jadi begitu. Baiklah aku mengerti. ”
Aku sedikit meninggikan badanku untuk mengintip dari atas sofa. Setelah beberapa detik memperhatikan para warden, aku mendapatkan satu warden yang kuduga adalah dalang yang menyembunyikan Tonitrui.
“Poppy, scan warden itu.” suruhku sambil menunjuk salah satu warden yang sedang terbang di dekat meja makan, lalu kembali bersembunyi. Poppy pun berhenti memancarkan cahaya birunya, kemudian melakukan scan pada warden yang kutunjuk itu. Beberapa detik kemudian, Poppy berhenti dan kembali menyembunyikanku dalam mode kamuflase dengan cahaya birunya itu. Ia menggelengkan kepalanya. Sepertinya warden yang tadi tidak menyembunyikan apapun. Kalau begitu aku akan menunjuk warden yang lebih jauh dari sini. Mungkin saja mereka sudah membawa Tonitrui menjauh.
“Poppy, bagaimana kalau warden yang itu ?” tanyaku sambil menunjuk salah satu warden yang paling jauh dari tempatku saat ini. Poppy justru menggelengkan kepalanya kepadaku. Aku pun menggeram ke arahnya.
“Beraninya kamu menolak perintahku !”
Poppy seketika memancarkan cahaya birunya ke arah warden yang kutunjuk tadi. Cahaya itu tidak dapat menyentuhnya sama sekali karena jarak yang terlalu jauh. Ternyata Poppy menolak perintahku itu karena cahayanya tidak dapat sampai ke warden yang kutunjuk itu.
“Tidak sampaikah ? Maafkan aku.”
Poppy mengangguk kembali dan terbang mendekat ke arahku kemudian menempelkan kepalanya ke kepalaku.
“H - hentikan itu !”
Poppy terbang menjauh dariku kemudian mengeluarkan suara mekanisnya yang terdengar seperti orang tertawa. Aku menatap ke arahnya sebentar karena tak percaya.
“Hei, sejak kapan kamu belajar tertawa !?” tanyaku dengan suara yang agak keras. Aku langsung menutup mulut dengan tangan kanan ku karena keceplosan. Sepertinya masih tidak ada warden yang menyadari keberadaanku itu. Sialan, sifat anak kecilku keluar kembali. Poppy memutar kepalanya 360° seolah mengejekku. Bisa bisanya aku dipermalukan seperti ini oleh peliharaanku sendiri.
Aku menghela nafasku dan memutuskan untuk berpindah tempat persembunyian ke meja kaca di dekat warden itu.
“Poppy, lindungi aku.”
Poppy kembali memancarkan cahaya birunya kepadaku. Aku harus menyelesaikan masalah ini secepat mungkin. Kalau tidak, mungkin saja Tonitrui sudah dibawa keluar oleh warden sialan ini. Aku berjalan menuju meja kaca itu, kemudian Poppy memancarkan cahaya scannya. Lagi lagi tidak ada yang ditemukan pada warden itu. Poppy mematikan scan nya, kemudian diam sejenak. Ia kemudian terbang menjauhiku ke arah meja yang ada di depan sofa tempatku pertama kali bersembunyi. Setelah itu ia kembali dengan sebuah kotak dan menaruhnya di hadapanku.
“Baiklah, apa yang sebenarnya kau lakukan ?”
Lagi lagi tingkah makhluk ini membuatku berpikir keras dan hampir membuatku menggunakan keseluruhan otakku. Tiba tiba aku tersadar akan sesuatu. Mungkin saja Poppy menyuruhku untuk mencari warden yang terbang menjauh dari kawanannya sendiri. Aku menggunakan kedua mataku yang jeli ini untuk mencari cari, dan disitulah aku mendapatkan sebuah warden yang terbang mendekati jendela mansionku. Aku langsung menunjuk warden itu.
“Poppy, scan warden mencurigakan itu !” suruhku. Poppy langsung melakukan scan pada warden yang kutunjuk, dan secara perlahan wujud Tonitrui mulai sedikit terlihat.
“Kena kau.”
Aku menggunakan sihirku kembali dan menembak warden itu yang seketika jatuh ke lantai. Tanpa perlu lama menunggu, aku dan Poppy langsung cepat cepat berlari ke arah Tonitrui yang sudah terjatuh itu. Para warden di sekitar langsung menembaki kami dengan tembakan laser penghancur mereka. Aku pun mengambil Tonitrui dan bersiap untuk mengaktifkan kekuatannya.
“Poppy, lindungi aku !”
Poppy kemudian menciptakan sebuah perisai berwarna kuning dari matanya. Walaupun sudah terlindungi, Poppy masih saja dibuat kewalahan saat melindungiku karena rentetan peluru laser yang terus menyerangnya. Aku tidak boleh lama lama mengakhiri ini. Aku langsung mengangkat Tonitrui di belakang kepalaku, kemudian menggunakan bilah pedangnya untuk melukai telapak tangan kiriku sendiri. Aku sempat meringis kesakitan, dan saat itulah Tonitrui mengeluarkan seluruh kekuatannya.
“Matilah kalian semua, warden sialan !!”
Aku mengayunkan Tonitrui di udara dan seketika rumahku meledak dengan kekuatan dahsyat, sekaligus menghancurkan seluruh warden yang berada di dalamnya. Sementara aku dan Poppy, telah terjun ke bawah dan aku mendarat di tanah dengan sempurna tanpa luka sedikitpun. Itu semua berkat bantuan sihir listrik dari Tonitrui. Reruntuhan rumahku mulai berjatuhan ke bawah di belakangku dan Poppy. Aku berdiri kembali dan mataku melihat sosok seorang humanoid berdiri di balik asap tebal. Matanya yang bersinar terang merah kekuningan membuatku tersadar bahwa itu adalah mata yang sama yang dimiliki para warden pada umumnya.
“Tunggu, sejak kapan ada warden berwujud humanoid ?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments