Alesha dan juga Devano, kini berada di sebuah cafe untuk makan siang, sekaligus Alesha ingin membahas tentang rencana pernikahan mereka karena uang tabungan mereka sudah cukup.
"Mas aku kan udah kerja 2 tahun buat tabungan pernikahan kita, dan aku rasa tabungan kita udah cukup Mas, kapan kamu mau aku dibawa ke orang tuaku, kamu juga nggak pernah ngenalin aku ke orang tua kamu," ujar Alesha memulai pembicaraan.
Devano tampak terdiam, dia mengangkat kepalanya kemudian menghela nafas panjang.
"Aku udah bilang kan, kita bahas ini lain kali aja, nikah itu gampang kok, aku tahu tabungan kita udah cukup, Tapi kan masih bisa kita tambah, kamu masih bisa kerja buat nambahin tabungan kita, lagi pula aku tuh belum bisa bawa kamu ke orang tuaku, aku harus kerja, gaji aku dipakai buat ngebiayain orang tua aku, makanya dong kamu lebih kerja keras lagi buat tabungan pernikahan kita, kalau cuma segini mah kita mau nikah gimana ini pun enggak cukup buat biaya rumah tangga kita nanti," jawab Devano tampak emosi tidak biasanya Devano begini kepada Alesha.
"Kok kamu jadi gitu sih Mas, bukannya kamu udah bilang kalau nominalnya udah sampai segini, kita bakal nikah lagi pula aku udah capek juga kerja, harusnya kan kita sama nabungnya, tapi aku rasa selama ini kamu nggak pernah ikutan nabung sama aku," Alesha memberikan jeda. "Kamu sendiri, Kamu sendiri yang bilang kita bakal sama-sama tapi nyatanya aku malah berusaha sendiri."
Devano berdiri dia menatap dalam ke arah Alesha kemudian mengusap wajahnya. "Jadi kamu nyesel nabung buat pernikahan kita, jadi kamu mau hubungan kita selesai? Aku udah bilang ya, aku bakal ketemu sama orang tua kamu, aku juga bakal ketemuin kamu sama orang tua aku, tapi nggak sekarang!"
"Terus kapan Mas, kapan? Aku udah 2 tahun loh ninggalin keluarga aku, mereka nggak tahu aku sekarang gimana, aku ninggalin dia karena aku nggak mau dijodohin sama orang lain, dan ketika aku udah milih kamu sebagai calon suami aku, tapi kamu nggak action apa-apa buat hubungan kita."
"Udahlah males bicara sama kamu, aku nggak mau berantem ya, mending kita pergi dulu Kita pisah dulu, kita ketemu lagi nanti sore bahas ini dengan kepala dingin."
"Tunggu, Mas-"
Devano tidak menghiraukan Alesha dia tetap pergi meninggalkan Alesha di cafe tersebut dengan keadaan sedih.
Alesha sendiri memilih untuk tidak membahas ini lagi, dia memilih kembali ke kantor dan melanjutkan pekerjaannya, walaupun hatinya sedikit sakit dengan pernyataan Devano kepadanya, dia sudah berusaha keras bekerja untuk menabung dalam pernikahan mereka tapi kenyataannya selama ini seolah-olah hanya Alesha yang berjuang menabung, sedangkan Devano salah tidak support dengan apa yang mereka lakukan padahal ini sudah jadi perjanjian mereka bersama.
Sesampainya di kantor Alesha kembali bertemu dengan Danisa, tapi kali ini waiah Danisa benar-benar sedih, dia keluar dari ruangan bos di kantor tersebut yang merupakan Ayah tirinya.
Alesha berjalan ke arah Danisa kemudian memegang wajahnya. "Nis kamu kenapa nangis?"
Danisa menatap sahabatnya itu, dia berdiri di hadapan Alesha kemudian menundukkan kepalanya dia meraih tangan alesha kemudian memeluk Alesha.
"Aku nggak apa-apa kok, aku aku cuma lagi sakit aja, aku tadi habis izin sama papa buat pulang, aku minta maaf ya kalau aku ada salah sama kamu," Alesha mendelik kenapa Danisa meminta maaf.
"Hei, kamu kenapa, kamu nggak ada salah kok sama aku, Kamu kenapa sih sebenarnya?" tanya Alesha kembali.
"Aku ... Aku nggak papa, aku cuma lagi capek aja, aku pulang dulu ya sekali lagi aku minta maaf!"
Alesha terdiam, ia menatap kepergian dari Danisa yang tampak berjalan menjauh darinya, Tak lama kemudian Devano juga tampak keluar dari ruangan yang sama dengan Danisa.
"Loh, Mas Devano, kamu juga habis keluar ya dari ruangan Pak bos, kok Danisa nangis sih Mas?" tanya Alesha merasa heran.
"Nggak apa-apa, dia lagi sakit tadi aku nganterin dia ke Pak Bos, buat minta izin
"Yakin?"
"Iya, oh iya aku mau minta pin dari dan kartu ATM tabungan kita," jawab Devano tiba-tiba meminta hal tersebut.
Alesha mengangkat alisnya. "Loh buat apa?"
"Nggak usah banyak tanya deh, aku mau ngecek aja nominalnya, kalau emang udah pas kita bakal nikah!"
"Tapi-"
"Kamu nggak percaya sama, Mas?" Wajah Devano tampak menatap dalam Alesha.
Alesha terdiam, dia menghela sejenak kemudian menimbang-nimbang apakah dia akan memberikan ATM tersebut kepada Devano, tapi dengan penimbangan yang matan akhirnya Alesha memberikan ATM tersebut, setelah memberikan ATM tersebut Devano pun menerimanya dan meninggalkan Alesha di begitu saja.
Setelah seharian bekerja akhirnya Alesha, pulang juga ke rumah, dia tidak bertemu sama sekali dengan Devano maupun Danisa sahabatnya, entah kemana mereka berdua pergi yang membuat Alesha sendiri bingung, dia berusaha menelpon nomor Devano tapi tidak ada jawaban dari sana, bahkan Danisa pun tidak menjawab teleponnya sehingga membuat Alesha yang sudah ada di rumah memilih tidur.
Dan tidak terasa tertidur sendiri akibat bosan menunggu telepon dari Devano.
•
•
•
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Uqie_OFF
uangnya di ambil pasti, buat nikah sama danisa
2023-07-16
7
V3
pagar makan tanaman judul nya kaya lagi Mansyur. S
Devano dan Danisa selingkuh dn psti bunting tuh si Danisa.
trs Devano bawa kabur uang nya Alesa tuh
2023-07-03
2
mereka pasti selingkuh dan danisa lagi hamil anaknya devano kaya nya
2023-05-18
3