BERADA di tengah-tengah kota, tepatnya di kawasan Larkworthy Central Business (LCB), Woodhouse Ardoran merupakan area perumahan elit yang di bangun di atas lahan seluas 68 Hektar.
Dengan konsep integrated living-nya, Woodhouse Ardoran menawarkan berbagai properti, bukan hanya perumahan, tetapi juga apartemen, vila, ruko, perkantoran sampai water resort lifestyle, yang membuat penghuninya bisa merasakan sensasi liburan setiap hari.
Itulah yang membuat perumahan, yang berlokasi di perbatasan Distrik Timur, ini menjadi tempat impian bagi mereka yang berstatus sosial tinggi. Bahkan tidak sedikit konglomerat yang rela merogoh koceknya hingga miliaran rupiah hanya untuk membeli satu unit rumah di tempat ini, salah satunya adalah Darius Novachrono, CEO AMN Group.
Setelah kembali dari kesibukkan kantornya, dia merasa perlu berjalan-jalan untuk menyegarkan diri - menghirup udara malam yang khas di sekitar tempat tinggalnya. Bersama dengan pengawal pribadinya, Ian, Darius menyisiri ruang terbuka hijau yang berada di sebelah tenggara kediamannya. Angin malam yang dingin terus menerpanya. Namun dengan jaket anoraknya yang hangat, dinginnya malam tak ada artinya.
Darius adalah seorang usahawan muda yang berhasil meraih puncak hidupnya di usia yang masih begitu belia - jika dibandingkan dengan usahawan-usahawan lain - yaitu 25 tahun. Makannya tak heran dia dijuluki sebagai "David Lehman-nya Tadulako" karena salain muda, dia juga kaya raya.
Sebenarnya alasan mengapa dia keluar malam ini, bukan sekadar untuk menikmati suasana malam yang sunyi-senyap di lingkungan perumahan mewahnya itu, tetapi juga karena malam ini ada seseorang yang harus dia temui.
Darius dan Ian akhirnya sampai di sebuah area taman yang gelap. Mereka seolah melihat gerbang masuk ke dunia lain karena lebatnya bunga tabebuya kuning yang menghalangi cahaya bulan menerangi sekitarnya.
Tepat di bawah pohon rindang tersebut ada siluet pria yang sedang berdiri sembari melipat kedua tangannya di dada. Tampaknya dia sudah lama menunggu kedatangan mereka.
"Kau terlambat lima menit," ujar pria misterius itu dengan nada datar.
"Maaf, terlalu banyak agenda hari ini, ja -."
Sebuah belati tiba-tiba dilemparkan ke arahnya, bahkan sebelum dia menyelesaikan kata-katanya. Ian yang sejak tadi sudah bersiaga pun dengan sigap langsung menghentikan belati itu dengan punggung tangannya sehingga belati berbahaya tersebut menancap dalam, meskipun tak sampai menembus telapak tangannya.
Pria misterius itu tampak menyeringai.
Anjing penjaga yang menarik, pikirnya.
"Darius, 'kupikir kau sudah mengenalku?" Ujar pria itu, "Kau tahu kan, bagiku, sibuk itu tidak ada, yang ada hanya lah prioritas."
"Maaf," ujar Darius sembari menundukkan sedikit kepalanya.
"Jangan beralibi dengan orang tua ini."
Darius hanya bisa menutup rapat mulutnya agar tidak menyinggung pria itu lebih jauh. Dia tidak bisa membantah apalagi melawan pria di depannya tersebut. Meskipun usianya sudah menginjak kepala empat, dia tetap lah seorang pria berbahaya. Bahkan Ian pun bukan tandingannya.
"Lupakan. Bagaimana situasinya?" Tanya pria misterius itu mengalihkan ketegangan.
"Malam ini Iskra akan menyerang IGIS di perbatasan."
Pria tersebut diam, menunggu kalimat selanjutnya. Itu bukan hal yang mengejutkan. IGIS memang belakangan bukan hanya berkonflik dengan KELO tetapi juga Iskra, seolah mereka mau menjadikan semua orang menjadi musuhnya.
"Dan, ada satu anggota baru Mata Tombak."
Itu informasi yang cukup mengejutkan untuknya.
"Kali ini siapa?"
"Anak dari orang itu."
Meskipun di bawah bayang-bayang gelap pepohonan taman, bisa terlihat binar keterkejutan yang terpantul di mata pria paruh baya tersebut. Jika dia adalah anak 'orang itu', berarti dia adalah mutiara tersembunyi yang hanya perlu dipoles. Sayangnya Herman mendahuluinya.
"Kau yakin?"
"Ya. Neneknya hilang, dan pelakunya adalah Pemburu."
Pria misterius itu sebenarnya masih belum yakin tentang keberadaan kelompok bernama Pemburu yang konon menjadi alasan berdirinya Iskra. Sebab, dia sangat mengenal dunia bawah, namun dia tidak pernah mendengarkan nama kelompok itu disebutkan di antara para mafia dan gangster, baik di Tadulako maupun di kota-kota lain.
Tiba-tiba, sebuah ledakan yang sangat besar terjadi di arah perbatasan Distrik Timur. Mereka bertiga cukup terkejut mengingat kekuatan ledakan itu mampu menimbulkan sebuah nyala api yang cukup besar. Bahkan dari tempat mereka sekarang, Woodhouse Ardoran, mereka bisa melihat cahaya api seakan-akan sedang menyaksikan matahari terbit di horizon.
"Sepertinya sudah dimulai."
Pria misterius itu masih belum mengalihkan pandangannya dari arah ledakan. Ledakannya cukup kuat. Apakah itu bom atau sejenisnya?
"Apa yang harus kita lakukan?" Tanya Darius.
"Tetap awasi Iskra sampai waktunya tiba. Jangan biarkan Iskra hancur sampai kita sendiri yang menghancurkannya," ujar pria itu dengan aura yang mengintimidasi.
"Baik."
"Kalau begitu sampai di sini saja, aku akan menghubungimu lagi."
Siluet pria itu tiba-tiba menghilang tanpa meninggalkan jejak dan suara apapun. Dia seolah lenyap ditelan gelapnya malam.
...***...
Gedung berlantai yang masih berlokasi di area LCB itu terbakar hebat. Meskipun waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam, banyak masyarakat yang datang berbondong-bondong menyaksikan apa yang sedang terjadi, sedang mobil pemadam kebakaran belum datang.
Mereka berbicara tentang kebakaran itu seolah mereka mereka tahu apa yang menyebabkan kebakaran tersebut; ada yang berkata karena arus listrik, ledakan gas, dan bahkan kembang api.
Tidak begitu jauh dari titik ledakan, seorang pria yang mengenakan bleazer bermotif kotak-kotak sedang berlari sempoyongan karena kakinya yang terluka. Air wajahnya ketakutan. Bleazer yang kelihatan mahal itu pun dipenuhi oleh banyak bercak-bercak darah.
Uh... uh... uh...
Pria itu terus berlari sekuat yang dia bisa meskipun dia sendiri sudah kesulitan untuk mengatur nafasnya. Dia berusaha menyisiri lorong yang menjadi sekat antar gedung pencakar langit di sekitarnya secepat mungkin.
Sial, di mana, di mana....
Dia berlari seraya melihat-lihat sekitarnya. Seolah sedang mencari sesuatu. Namun tiba-tiba dia terjatuh karena kakinya yang terluka sudah tak mampu berlari lagi.
Di ujung gang yang tidak begitu jauh dari tempatnya terjatuh, muncul seorang laki-laki berkaos oblong hitam. Wajah yang memiliki luka sayatan panjang itu dibasahi oleh darah segar, sedang tangan kanannya memegang sebuah belati militer berjenis LHR.
Pria tinggi yang kelihatannya masih berusia 20an tahun itu berjalan mendekatinya yang kesulitan menggerakkan kakinya.
"Siapa kau!"
Gi, salah satu anggota Mata Tombak, akhirnya menemukan targetnya yang lolos karena ledakan itu. Itu sangat disayangkan bahwa kebanyakan dari mereka mati karena ledakan besar itu daripada mati di tangannya.
Kayaknya eksekutif Dilman ngga di sini, pikir Gi karena melihat situasi gang yang begitu sepi.
Gi lalu menginjak tangan pria yang terduduk kesakitan itu.
"Pak, aku ngga mau buang-buang waktu di sini. Sebaiknya kasih tahu tempat persembunyian kalian yang lain supaya aku bisa pulang lebih cepat."
Pria yang kesakitan itu enggan menjawab. Baginya itu adalah ancaman yang tidak berguna, karena dia sudah dilatih untuk mengunci rahasia organisasi dan saudara-saudaranya bahkan jika dalam siksaan sekali pun.
"Ngga mau ngomong, huh?"
Gi pun berjongkok untuk melihat wajah pria itu lebih dekat.
"Pak, aku tahu orang-orang IGIS itu sangat loyal. Tapi kau harus sadar kapan loyalitas itu dijaga dan kapan ia harus dibuang, karena jika kau mati sekalipun ngga akan ada yang ingat dengan loyalitas naifmu itu, jadi..."
Cipratan darah tiba-tiba menyembur mengenai baju yang dikenakan Gi. Hanya sepersekian detik, Gi langsung menusuk pundak kiri pria itu. Sontak saja pria tersebut mengerang kesakitan. Dia tidak mengira pria muda ini menusuknya tanpa berkedip sedikit pun, seakan-akan dia telah terbiasa melakukannya.
Aaaaa... Uhhhh...
"S-Siapa kau?"
"Pak, ini bukan waktunya buat nanyain itu. Siapa aku itu ngga penting. Jadi kasih aja apa yang aku mau: DI MANA MARKAS KALIAN YANG LAIN?" Ujar Gi mengancam dengan tatapan yang menakutkan.
Ugh, sejak kapan Iskra mempekerjakan anak-anak seperti ini! Sial!
"Jadi masih ngga mau ngomong ya," Gi menghela nafasnya, "Jangan menyesal, karena setelah ini kau bakal ketemu sama iblis betina itu."
Dengan menggunakan gagang belatinya, Gi lalu langsung memukuli bagian belakang kepala pria itu. Tak butuh waktu lama, pria IGIS tersebut pun pingsan - tak sadarkan diri.
...***...
Rey berdiri di tepi pelabuhan yang ramai dengan kapal-kapal besar dan kecil yang bersandar di dermaga. Lampu-lampu pelabuhan menyinari sekitarnya, menciptakan suasana hening dan tenang. Dia baru saja mengalahkan sekelompok gangster IGIS sesuai perintah Pak Herman. Di belakangnya sejumlah gangster-gangster itu sudah terkapar tak sadarkan diri.
Sebagai anggota Mata Tombak, dia membuat orang-orang itu jatuh kehilangan kesadaran dengan sangat mudah.
Setelah menyelesaikan urusannya, Rey lalu mengeluarkan ponselnya dari saku jaket denimnya dan menelepon Pak Herman dengan suara dingin dan tegas, "Di pelabuhan udah aman. Aku nemuin markas mereka yang nyimpen banyak pil ekstasi siap ekspor. Barang-barangnya sekarang udah aku serahin ke anggota regu eksekutif."
Meskipun dia merasakan beberapa otot-ototnya pegal, namun dia puas karena sudah lama tidak merasakan perasaan-perasaan semacam ini. Terakhir kali dia merasakan jantungnya berpacu cepat karena adrenalin pertarungan adalah ketika dia berada di Rusia.
"Sepertinya kau sudah selesai," ujar sosok seorang pria paruh baya yang muncul dari kegelapan bersama dengan beberapa pria berjas di belakangnya.
Itu adalah salah satu eksekutif Iskra, Dilman.
Rey tidak menjawabnya. Senyum dan nada ramah yang biasa dia tunjukkan bahkan tidak tampak lagi malam ini.
"Dan area LCB juga sudah berhasil diamankan oleh anggota Mata Tombak yang lain," pria dengan janggut yang sedikit memutih itu menyalakan rokoknya, "Aku berterima kasih atas bantuan kalian."
Rey hanya menganguk kecil.
Seiring dengan ombak yang bergemuruh, dia lalu melangkahkan kakinya dengan mantap, sembari menatap ke arah laut yang luas menuju langit malam yang gelap meninggalkan pria tua itu bersama asap cerutunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Ummu Kalsum
✨✨✨✨✨✨✨
2023-04-14
0
Ayano
Anak orang nyaris pindah alam 😨
2023-04-03
0