PAGI ini langit begitu terik. Beberapa hari belakangan cuaca memang tidak menentu; kadang cerah, kadang mendung.
Sekarang waktu menunjukkan pukul 9 pagi.
Tampak di jerambah Fakultas Filsafat dan Ilmu Budaya Universitas Ulujadi sudah dipenuhi oleh para mahasiswa yang disibukkan oleh beragam aktivitas seperti mengobrol santai, berdiskusi, membaca, tidur, dan bahkan berpacaran.
Halaman fakultas yang disingkat FFIB tersebut memang selalu menjadi tempat favorit bagi para mahasiswa maupun dosen karena suasananya yang asri. Rumput Jepang hijau yang membentang di seluruh halamannya memang cocok untuk dijadikan tempat bersantai. Belum lagi di sejumlah titiknya terdapat beberapa pohon ketapang kencana yang terkenal karena kesejukannya.
Ranting pohon yang membentang dan bertingkat membuat siapapun yang berada di bawah pohon, yang berasal dari Pulau Madagaskar, ini akan merasa nyaman bahkan jika dalam kondisi cuaca panas sekalipun. Sebab daun-daunnya kecil bergerombol yang membentuk payung dan bisa melindungi siapapun yang ada di bawahnya.
Setelah mengikuti kelas selama dua jam, Farhan tertidur di bawah pohon itu. Dia merasa sangat lelah karena semalam dia kesulitan tidur. Bahkan dia tidak bisa fokus ketika dosennya menjelaskan materinya sampai membuat sang dosen geram dan melemparkan alat tulis ke arahnya.
Angin sepoi-sepoi yang menerpa seluruh tubuhnya membuat Farhan semakin terkantuk. Sekalipun di sekitarnya diramaikan oleh suara bising percakapan yang tak jelas, namun dia tetap merasa damai, seolah dia hanya sendirian di tempat itu. Banyak hal yang harus dia pikirkan.
Kemarin, setelah percakapannya bersama Pak Herman, dia sempat singgah di kantor polisi untuk melaporkan kasus orang hilang. Setelah mendengarkan cerita Farhan, petugas kepolisian berjanji akan mencari sang nenek dan menyelidiki TKP - tempat terakhir di mana sang nenek berada.
Namun begitu dia tidak ingin bergantung dengan polisi dan hanya duduk menunggu tanpa melakukan sesuatu. Tawaran Pak Herman membuat hatinya tergerak. Dan akhirnya dia memutuskan untuk menemui Pak Herman dan menyetujui tawarannya. Olehnya segera setelah mata kuliah terakhirnya selesai, dia akan pergi menuju Gedung ITC.
Masih terjebak dalam pikiran-pikirannya, tiba-tiba Farhan merasa ada sesuatu yang masuk ke lubang hidungnya. Dia pun langsung terbangun.
Ternyata itu adalah Rio, sahabat dekatnya di kampus, yang usil memasukkan setangkai rumput ke hidungnya.
"Tiduran aja nih. Aku cariin, ternyata di sini," ujar Rio sembari memperbaiki kacamatanya.
Farhan menghela nafasnya.
"Lagi galau, ya? Sekarang cewek mana yang nolak kamu? Haha."
"Ngga. Ngapain sih cewek mulu."
"Kau kan tahu aku orangnya gimana. No girl, no life!" Ucap pria itu lantang. Membuat orang-orang di sekeliling mereka meliriknya.
Farhan hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
"By the way, aku punya cerita..."
Pasti cerita ketemu cewek di club, pikir Farhan menduga-duga.
"Semalam aku ketemu cewek di club. Cantik parah!"
Tuh, kan.
"Dia newbie sih, tapi itu yang bikin dia beda! Rambut panjangnya yang hitam ngebuat cewek-cewek lain jadi ngga ada apa-apanya!" Ucap Rio dengan antusias.
Farhan sudah sangat mengenal sifat dari sahabatnya ini. Meskipun dari luar dia kelihatan seperti kutu buku karena wajah polos, kacamata, dan kerapiannya, tapi sebenarnya dia penggila wanita. Salah satu tipe wanita yang dia sukai adalah wanita yang berambut panjang. Jadi ini bukan lagi hal yang mengejutkan untuknya.
"Tapi, dia udah punya pacar," nada suara sahabatnya itu tiba-tiba menurun.
"Terus kenapa masih suka kalo tahu dia punya pacar?"
"Aku juga ngga tahu. Tapi aku yakin," nadanya kembali menunjukkan optimisme, "Mereka ngga pacaran!"
"Huh? Terus cewek ini punya pacar apa ngga?"
"Aku ngga tahu!"
Astaga, ujar Farhan membatin sembari menepuk dahinya.
"Cowok itu ngaku kalau mereka pacaran. Tapi aku ngerasa itu hanya pengakuan sepihak aja. Aku tahu dia bohong, karena cewek itu ngga ngasih tanda apa-apa - ngangguk atau ngomong 'iya' - kalo mereka lagi pacaran."
Menurut Farhan itu bukan masalah yang rumit. Kalau cowok itu memang hanya asal bicara kalau mereka pacaran tanpa bukti atau tanpa persetujuan ceweknya ya kenapa tidak bawa saja ceweknya. Siapa tahu cowok itu penjahat yang menyamar dan mengancam si cewek.
"Tapi," lanjut Rio sembari melihat tangan kanannya. Di sana ada bekas merah yang bentuknya seperti telapak tangan, "Cowok itu nyeremin."
"Huh?"
"Dia kayak pengen ngebunuh siapapun yang berani deketin cewek itu."
Mata sahabatnya itu tiba-tiba menunjukkan ketakutan.
"Siapa cowok itu?"
"Aku juga ngga kenal. Tapi aku sering ngelihat dia dateng ke club dengan cewek yang beda-beda."
Bajingan playboy ternyata.
"Terus tanganmu itu kenapa?" Tanya Farhan sembari menunjuk telapak tangan Rio yang memerah.
"Ini karena aku salaman sama cowok itu."
"Hah!? Emang ada hanya karena salaman sampai merah kayak gitu?" Tanyanya tidak percaya.
"Kamu sih, ngga ada. Kalo kamu di sana, kamu pasti jadi kayak aku."
Farhan jadi penasaran siapa cowok yang diceritakan sama sahabatnya. Dia ngebayangin cowok itu pasti memiliki badan yang besar dan kekar.
Mungkin seperti gorilla?
Ketika mereka sedang asyik mengobrol, Rio melihat Gina yang tengah berjalan di pinggir taman.
"GINA!" Teriak Rio lantang membuat semua orang kembali meliriknya.
Mendengar teriakan Rio yang nyaring itu, Gina pun menengok ke arah sumber suara.
Farhan? Rio?
Gina pun langsung menyusul mereka. Dengan kaos stripes gelap yang dilapisi dengan kemeja flanelnya, auranya kian terpancar setiap kali dia melewati orang-orang yang tengah bersantai di jerambah kampus itu.
Rio yang mata keranjang nyaris tidak bisa menepis pesona sahabat kecil dari sahabatnya itu. Meskipun rambut Gina yang sependek bahu bukan tipe kesukaannya tetapi matanya tidak bisa berbohong untuk mengatakan bahwa wanita itu cantik dengan caranya sendiri.
"Kalian ngga masuk?" Tanya Gina sambil ikut duduk di depan dua sejoli itu.
"Udah tadi, tapi bocah ini tiba-tiba ngilang pas kelasnya baru selesai," jawab Rio sambil menyenggol Farhan.
"Oh..." Gina menganggu sambil menengok Farhan yang tiba-tiba diam.
"Kamu ngga apa-apa, kan?" Tanya Gina sambil menyentuh kaki kanan sahabatnya itu, "Maaf soal semalam."
Rio yang tidak tahu apa-apa pun kelihatan bersemangat. Dia akhirnya melihat bentrok antara dua sahabat masa kecil itu.
"Lho, kenapa nih?" Tanya Rio mendinginkan suasana, "Kalian berantem?"
Gina hanya diam. Dia menunggu jawaban dari Farhan yang sejak tadi hanya menunduk - berpura-pura membaca buku catatannya.
"Bro, cerita lah. Kalian berantem atau gimana? Suasananya ngga enak nih. Kasian tuh Gina nunggu," ucap Rio sembari menepuk pundak sahabatnya.
Tiba-tiba setitik air mata terjatuh di buku yang dia pegang. Membasahi lembaran kertas yang terbuka. Gina dan Rio pun khawatir.
Sebenarnya apa yang sedang terjadi?
Farhan mengelap wajahnya. Dia tak ingin terlihat lemah di depan mereka berdua. Setelah itu dia menatap Gina, namun masih dengan wajah yang basah.
"Nenek hilang," ucapnya singkat.
Gina tak percaya apa yang baru saja dia dengar. Apakah itu alasan mengapa nenek tidak ada di rumah? Dan alasan kenapa sifatnya yang pendiam semalam kumat lagi?
"Gimana bisa!? Terakhir nenek ada di mana?" Tanya Gina dengan nada khawatir.
Nenek adalah sosok yang penting untuk Farhan, karena hanya neneknya lah satu-satunya keluarga yang dia punya.
Farhan pun menceritakan kepada mereka berdua apa yang terjadi malam itu, dan bagaimana pertemuannya dengan Iyal dan Pak Herman yang merupakan bos Iskra Company. Namun Farhan tidak menceritakan semuanya, termasuk tentang Pemburu.
"Jadi kamu udah lapor ke polisi dan bakal dibantu sama Pak Herman dan keponakannya itu?" Tanya Rio.
Farhan mengangguk. Tentu saja itu bukan cerita yang sebenarnya, tetapi mungkin seperti ini lebih baik. Dia tidak ingin membuat sahabatnya semakin khawatir karena cerita dia dan neneknya yang sedang menjadi target Pemburu berdarah dingin. Terkadang ketidaktahuan adalah hal yang lebih baik.
Sebagai sahabat, Rio dan Gina mengatakan bahwa mereka akan membantu dengan cara mereka sendiri. Mereka meminta Farhan untuk menerima bantuan dari konglomerat itu. Farhan hanya mengangguk.
Obrolan itu pun berakhir dengan semakin dekatnya persahabatan mereka. Gina dan Farhan pun kembali berbaikan dan saling menyemangati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Ummu Kalsum
kampusnya kerennnnn
2023-04-14
0
Bintang Ray234🌸🌸
Semangat dan terus sukses ya buat kaka Author juga karya karya kaka yang lainnya kedepannya. Dan kalo kaka ada waktu luang mampir yuk ke cerita aku terimakasih, semoga hari harimu menyenangkan☺️🌸🌸✨💪💪👍👍💕💕🙏
2023-04-08
1
Nuhume
The real of B.U.A.Y.A, anti jones😒🤔
2023-04-04
1