SETELAH tiba di komplek perumahan - Buluri - tempat mereka tinggal, Farhan berinisiatif untuk mengantarkan Gina sampai ke rumahnya. Jalanan sudah sepi. Hanya lampu-lampu rumah redup yang menemani mereka. Bahkan sesekali terdengar gonggongan anjing.
Rumah Gina sedikit lebih jauh. Setidaknya beberapa meter lagi setelah rumah Farhan. Jadi Farhan harus melewati rumahnya terlebih dahulu untuk mengantarkan Gina lalu kembali lagi.
Ketika mereka berjalan tepat di depan rumah Farhan, Gina tiba-tiba berhenti. Farhan bertanya-tanya apakah ada sesuatu yang tertinggal?
"Han, seminggu ke depan aku bakal sibuk ujian semester," ujar Gina tiba-tiba.
Ya, aku tahu. Itulah kenapa kita janjiannya lebih cepat karena kalian bakal sibuk besok, jawab Farhan dalam hati. Tetapi dia tetap diam dan menunggu apa yang ingin wanita itu katakan.
"Jadi kesempatan buat ngabisin waktu seperti ini bakal sulit dan," lanjut Gina dengan gestur di mana ujug kaki kanannya diputar-putarkan ke arah kanan dan kiri saling bergantian.
Farhan merasa suasana di sekeliling mereka semakin tidak biasa.
"Iya, kamu mau ngomong apa Gin?" Tanya Farhan yang sudah tidak bisa menahan dirinya.
Gina mencoba untuk mengontrol dirinya.
"A-Aku boleh ngga tidur di rumahmu, u-untuk malam ini aja."
Farhan terkejut dengan permintaan tersebut. Itu adalah sesuatu yang tidak dia sangka akan keluar dari mulut seorang Gina!
Farhan tidak tahu harus menjawabnya apa. Dia takut membawa seorang gadis tidur di rumahnya, karena apa yang nanti orang-orang pikirkan. Di sisi lain kalau dia menolak, dia khawatir Gina akan kecewa karena, dia benar bahwa mereka tidak akan punya waktu luang lagi untuk menghabiskan waktu bersama seperti sekarang.
Kekalutan pikirannya akhirnya tiba-tiba berhenti ketika ponsel Gina berdering. Gina lalu mengambil ponsel di dalam hand bag cokelatnya; yang menelepon adalah ibunya Gina.
"Halo, ma?"
"...."
Farhan tidak bisa mendengar dengan jelas suara orang tua Gina. Tapi suara Gina cukup membantunya untuk mengetahui apa yang sedang mereka bicarakan.
"Aku lagi jalan, sama Farhan, kenapa, ma?"
"...."
"Eh, sekarang? Nenek sakit?"
"...."
Gina mulai terlihat gelisah.
"Terus aku gimana, ma?"
"...."
Gina lalu mulai melirik Farhan yang membuatnya curiga dengan percakapan ibu dan anak itu.
"Ya udah, i-iya besok aku nyusul, dah."
Panggilan teleponnya berakhir. Farhan yang penasaran dengan apa yang terjadi pun bertanya.
"Kamu tadi ngomongin nenek. Nenekmu kenapa?"
"Nenek sakit, dan rumah digembok karena mama lagi di rumah nenek - jagain nenek," jawab Gina sembari menguatkan genggamannya pada webbing (tali tas) hand bag-nya.
"Terus?" Farhan mulai menurunkan nada suaranya.
"Mama nyuruh aku nginep di rumah temen malam ini, tapi rumah Dea dan Eki kan jauh dari sini. Jadi aku ngga tahu mau nginep di mana," jawab Gina dengan lembut sembari menunjukkan wajah memelas.
Ughh, kebetulan macam apa ini!
Karena situasinya sudah seperti ini, Farhan pun tak punya pilihan lain selain mengizinkan Gina menginap di rumahnya. Meskipun begitu, di sisi lain, ada guratan kebahagiaan di wajah Gina seolah dia baru saja memenangkan sebuah lotere.
...***...
Luas rumah yang ditinggali Farhan adalah 27 meter persegi. Itu adalah ukuran yang terhitung kecil untuk rumah yang dihuni oleh dia dan neneknya. Apalagi rumah ini dahulu juga adalah tempat tinggal ayah dan ibunya.
Rumah yang berlantaikan porselen ini hanya memiliki 1 kamar, 1 dapur, 1 kamar mandi, 1 ruang tamu dan keluarga.
Ketika neneknya ada, Farhan biasanya hanya tidur di lantai ruang keluarga dengan beralaskan karpet dan selimut sementara neneknya tidur di kamar. Namun sejak neneknya menghilang, Farhan pindah ke kamar dan tidur sendirian di sana. Namun sepertinya tidak untuk malam ini.
Aku mimpi apa semalam! Pikiknya dalam hati.
Farhan terjaga dan tidak bisa menutup matanya. Sebab sekarang Gina ada di kamar yang sama bersamanya.
Sebelumnya dia ingin tidur di ruang keluarga seperti saat nenek masih di rumah, tetapi Gina memohon untuk menemaninya karena dia belum pernah tidur di rumah Farhan.
Farhan yang merasa tak enak karena Gina yang terus mendesak pun akhirnya luluh juga. Meskipun dia merasa situasi ini absurd, namun untuk kali ini dia mau menuruti permintaan sahabat kecilnya itu.
Makannya, untuk menjaga agar semuanya tetap baik-baik saja dan tak ada sesuatu yang tidak diinginkan terjadi, Farhan memutuskan untuk tidur melantai beralasakan tikar polyester tepat di samping ranjang tidur di mana Gina terlelap.
Dia samar-samar mendengar suara nafas wanita itu yang menandakan bahwa dia telah tertidur pulas. Itu cukup melegakan, pikirnya. Tetapi di sisi lain dia tidak bisa memejamkan matanya sama sekali.
Sebenarnya apa yang membuatnya begitu gelisah? Tak ada yang tahu. Dia pun tak tahu. Dia justru bertanya-tanya bagaimana Gina bisa tertidur saat dia tahu ada seorang pria di dekatnya.
Apakah ini kemampuan khusus yang dimiliki oleh wanita? Apakah ini sejenis sistem pertahanan diri? Dia tenggelam dalam banyak pertanyaan-pertanyan anehnya.
Akhirnya, tak ada yang bisa dia lakukan selain membiarkan tubuhnya lelah dan tertidur dengan sendirinya. Dia hanya bisa menatap langit-langit kamar seraya memikirkan neneknya: Di mana, apa yang sedang nenek lakukan, dan bagaimana keadaanya. Beberapa menit kemudian, tiba-tiba semuanya menjadi gelap dan tenang. Kerinduan pun mengelebukannya dalam tidur.
Gina yang sejak tadi berpura-pura tidur pun membalikkan tubuhnya. Dia melihat ke arah pria yang bertahun-tahun menjadi sahabatnya itu.
Meskipun dia tahu bahwa dia tidak akan bisa melihat Farhan seperti dahulu. Dia tahu malam seperti ini hanya akan datang sekali seumur hidup. Makanya dia mau memanfaatkan setiap detik yang malam hadiahkan padanya ini untuk melihat wajah pria yang dia cintai.
Dia berusaha keras untuk menahan dirinya agar tidak melangkah terlalu jauh, tetapi hatinya terus menggebu-gebu seolah menuntutnya memanfaatkan momen langka ini sebaik-baiknya.
Hatinya seolah tak ingin dia menghabiskan momen ini hanya untuk menyaksikan keindahannya di balik temaram lampu kamar. Atau menjadikannya sebatas bunga tidur yang akan terlupa segera setelah dia membuka mata.
"Han, aku mencintaimu. Lama sekali. Bahkan sebelum pikiran anak-anak kita mengenal kata cinta," ucapnya berbisik sambil melihat Farhan yang sedang terlelap.
Air matanya pun mengalir.
Tiba-tiba ada sesuatu yang lembut di dalam dirinya yang mendorongnya mendekati pria yang dicintainya itu.
Dia telah berusaha melawannya, namun semakin dia melawan semakin kuat perasaan itu. Semakin dia melawan, semakin sakit yang dia rasakan. Jadi tak ada yang bisa dia lakukan kecuali menuruti dorongan hatinya itu.
Perlahan, dia datang menghampiri pria yang tak lama lagi akan dia rindukan itu. Memikirkannya saja membuatnya tak ingin malam-malam ini berakhir - membuatnya berpikir bahwa mungkin akan lebih baik jika waktu berhenti.
Sekarang dia dan Farhan berada di pembaringan yang sama. Di lantai yang sama. Saling berhadapan. Gina menatap wajah pria itu lekat-lekat. Mengelus pipinya. Lalu mengecup lembut kening dan bibirnya.
"I love you, Han."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Ummu Kalsum
💯💯💯💯💯
2023-04-14
0
Rosie🌹
pemeran utama wanita yg mana? cewe tmboy atau si gina ini?
2023-04-04
1
Nuhume
🔪🔪🔪🔪🔪🔪 NO.
2023-04-04
1