DI BAWAH temaram tiang penerang jalan yang berada tepat di depan gedung ITC, terdapat sebuah mobil SUV hitam sedang terparkir. Meskipun banyak kendaraan yang melintas karena lokasinya yang berada di pusat kota, mobil itu tetap terlihat mencolok. Mungkin karena itu satu-satunya mobil yang terparkir di depan pagar tinggi gedung milik Iskra Company.
Tampak beberapa siluet yang duduk di dalam mobil tersebut. Mungkin di dalamnya ada empat orang yang menunggu. Salah satu dari mereka yang berada di bangku depan pun menurunkan kaca jendela mobilnya - merokok sembari melihat secarik kertas di tangannya - melihat sebuah mobil mewah yang terparkir di dalam gedung itu.
...DN 123 H...
"Itu pasti mobilnya," ujar pria berjenggot itu dengan asap rokok yang keluar dari mulut dan hidungnya.
Setelah perintah untuk mencari pengendara Mercedes-Benz merah dikeluarkan oleh IGIS, seluruh gangster di wilayah Utara pun berlomba-lomba untuk memburunya.
Hanya ada satu alasan mengapa mereka melakukan pencarian segera setelah perintah itu dikeluarkan: karena ingin mendapatkan pengakuan dari salah satu kelompok mafia terkuat itu.
"Gimana dengan grup lain, udah nemu?" Tanya pria bertopi yang menyetir SUV itu.
"Aku rasa bel... "
Belum juga habis kalimatnya, tiba-tiba seseorang datang dan menarik puntung rokoknya.
"Halo, ada urusan apa nih sampai sampah-sampah IGIS datang kemari?" Tanya pria muda berambut pirang sebahu dengan anting salib di kedua telingannya. Dia bertanya dengan wajah tersenyum dan nada yang sarkastik.
Semua orang di mobil itu pun terkejut dengan kedatangan tiba-tiba pria yang tampak lebih cocok menjadi member boyband Korea itu.
Mereka semua pun keluar dari mobilnya. Ternyata jumlah mereka lebih banyak dari dugaan. Mereka berjumlah lima orang dan sudah penuh dengan perisapan - berjaga-jaga jika terjadi sesuatu yang tak diinginkan. Sebab dua di antara mereka sudah mengenakan knuckle di buku jari mereka, sementara lainnya membawa stick baton dan belati militer.
"Wah, gini ya cara sampah-sampah IGIS ngejawab pertanyaan orang?"
Pria pirang itu tampak tidak menunjukkan raut ketakutan apapun di wajahnya. Sebaliknya, dia justru terlihat biasa-biasa saja untuk seorang yang sedang dikepung oleh lima gangster bersenjata.
"Aku juga mau nanya, emang gini cara anjing-anjing Iskra ngomong sama orang yang lebih tua?" Saut pria berjenggot sambil terus berjalan mendekati pria yang sudah menarik puntung rokoknya itu.
Pria pirang yang mengenakan kaos tie dye itu tak menjawab. Air mukanya masih tetap sama: tersenyum.
Pria berjenggot pun menarik stick-nya - memukul ke arah pria kurang ajar itu. Namun yang terjadi di luar dugaan; pria pirang itu dengan mudah menghindari stick logam yang cukup kuat untuk mematahkan tulang gajah dewasa itu. Dia lalu menendang gangster paruh baya tersebut tepat di kepalanya dengan proporsi kekuatan tendangan yang cukup untuk membuatnya tidak sadarkan diri hanya dalam sekali serang.
Empat orang lainnya pun terkejut. Bagaimana tidak, pria yang baru saja tumbang itu adalah yang terkuat di antara mereka.
"Lha, hanya gini? Aku belum keringetan," tanya pria pirang itu dengan kaki kanannya yang masih dalam posisi menendang.
"S-Siapa kau?!" Teriak salah satu dari mereka yang menggenggam belati.
"Aku? Seekor anjing Iskra," jawab pria itu dengan nada meledek.
Gangster-gangster itu hanya bisa berdiri terpaku ketakutan melihat pria di hadapan mereka. Mereka tidak menyangka jika pria itu bisa bertarung. Mereka pikir pria yang tampil mencolok itu hanya pandai bersolek saja.
Inikah orang-orang Iskra?
"Kalau ngga ada yang maju, aku aja yang maju."
Pria itu pun langsung menyerang dan mengalahkan mereka berempat dengan kakinya yang gesit menyerang bagian kepala, dagu, kelamin, dan hati para gengster dengan tendangan berputar yang sangat kuat sampai membuat mereka jatuh dan tak bisa berdiri.
Gangster kiriman IGIS itu hanya bisa merintih kesakitan menahan efek serangan yang tiba-tiba itu. Senjata yang mereka pakai bahkan tidak berguna melawan pria di hadapan mereka.
Dia kuat!
Pria pirang berkaki gesit itu lalu dengan santainya menduduki kepala pria berjenggot yang masih dalam keadaan pingsan sembari menyalakan rokoknya. Dia lalu melihat ke arah rekan-rekan preman pria tersebut yang sedang terkapar kesakitan.
"Nah, sekarang kita bisa ngobrol dengan santai," ujarnya sembari sesekali mengeluarkan asap rokok dari mulutnya, "Jadi, ada urusan apa nih sampah-sampah IGIS datang ke Iskra?"
...***...
Langit malam cukup terang karena dihiasi kerlap-kerlip bintang yang, meskipun jaraknya jauh, tidak menyerah untuk mencapai bumi. Namun bulan pun tak kalah indahnya. Farhan mencoba menghitung bintang-bintang itu sembari memikirkan apa yang harus dia lakukan selanjutnya.
Sudah dua malam dia tak mendapat kabar atau tanda keberadaan neneknya. Dan sekarang, setelah berbincang dengan paman wanita gila itu, dia dihadapkan pada hal aneh lainnya; dia memikirkan tawaran yang diberikan oleh Pak Herman untuk bekerja sama mengejar Pemburu yang dicurigai sebagai pelaku utama menghilangnya neneknya.
Farhan sekarang tengah berbaring menatap langit di atap rumahnya. Rumah itu sekarang sepi. Biasanya, saat neneknya ada, mereka akan mengobrol tentang banyak hal: orang tuanya, perkuliahannya, teman-temannya, dan banyak lagi hal lainnya. Tapi sekarang dia baru tahu bagaimana rasanya sendiri tanpa siapapun.
Dia memejamkan matanya - berdoa, agar neneknya tetap baik-baik saja. Dia bisa membayangkan dekapan neneknya meskipun hanya dalam angan fantasinya.
Ketika dia membuka mata, Farhan terkejut, tiba-tiba wajah seorang wanita berambut pendek - bob oval - telah ada di depan matanya. Dia adalah Gina, sahabat masa kecilnya.
"Tidur?" Tanya Gina sembari menyisir rambutnya dengan jari-jemarinya karena nyaris terjatuh ke wajah Farhan di bawahnya.
Farhan ayal meladeni wanita itu. Dia juga tidak tahu harus bercerita apa. Terlalu banyak hal yang membebani pikirannya sehingga mulutnya pun terasa berat untuk menggubris siapa pun saat ini. Dia merasa hanya butuh waktu sendirian dulu untuk mencerna semuanya.
"Nenek kemana? Kok ngga ada di rumah?"
Farhan hanya berbaring membelakanginya. Namun tiba-tiba sebuah tamparan keras mendarat di pipinya.
Plakkk...
"Hei, aku nanya!"
Farhan pun bangun dengan rasa kesal. Dia bangkit lalu meninggalkan sahabatnya itu sendirian.
"Dia kenapa sih? Aneh banget hari ini," gumam Gina bingung dengan perilaku yang tidak biasa dari sahabatnya tersebut.
Gina tahu bahwa bukan tamparan itu yang membuat Farhan kesal, toh Farhan sudah terbiasa dengan tamparannya. Tapi sepertinya ada sesuatu yang dia lewatkan. Ditambah lagi nenek sekarang tidak ada di rumah.
Gina tidak mau menyusul atau mengejar Farhan. Dia berpikir mungkin sahabatnya itu butuh waktu sendiri. Dia sangat mengenal tabiat pria yang sudah bersamanya selama 20 tahun itu.
Gina pun duduk, lalu bebaring persis di tempat sahabatnya tadi. Melihat langit berbintang.
Dia tadi lagi lihatin apa? Dia lagi mikirin apa?
...----------------...
Catatan:Tie dye, adalah pakaian warna-warni - atau yang lebih dikenal dengan baju pelangi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Nuhume
🤣🔥🔥🔥
2023-04-04
0