BAB 12: MATA TOMBAK

Empat hari kemudian.

FARHAN pun datang memenuhi undangan pertemuan khusus. Dia tidak punya pilihan lain selain mengaminkan perintah Pak Herman yang kini telah menjadi atasannya.

Ketika sampai di ruang pertemuan dia melihat ada enam orang yang telah berkumpul. Hanya Pak Hendra yang duduk di kursi tengah dan Iyal yang duduk di sebelahnya lah yang dia kenal. Empat orang lainnya, yang juga duduk di meja oval, itu sama sekali adalah wajah-wajah baru. Dari empat orang tersebut, hanya ada satu perempuan.

"Wah, jadi ini ya anggota barunya?" Ujar si pria pirang.

Siapa mereka?

Pria pirang yang mengenakan hoodie berwarna abu-abu itu lalu berjalan menuju ke arah Farhan yang masih berdiri di pintu masuk.

Rey lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Farhan dan berbisik, "Jadi, siapa yang mati di keluargamu? Ayah? Ibu? Adik?"

Mendengar kata mati itu membuat darah Farhan mendidih. Dia datang ke tempat ini bukan untuk mendengarkan anggota keluarganya mati. Sebab dia masih percaya neneknya baik-baik saja di suatu tempat. Tapi mengapa pria ini memprovokasinya?

Sembari menatap tajam mata pria yang mengganggu itu, kedua tangannya juga perlahan mengepal. Tentu saja itu tidak luput dari perhatian Rey.

"Ho, kau punya kepalan tangan yang lumayan," ujar Rey sembari melihat tangan pria yang nyaris tergantung di puncak emosinya itu.

Pak Herman, Iyal, dan yang lainnya hanya menyaksikan apa yang sedang terjadi di depan mereka, dan tak berniat untuk melerai kedua orang itu. Mereka semua, kecuali Iyal, merasa perlu melihat seberapa berbakatnya anak baru tersebut. Dalam hal ini, mungkin provokasi Rey bisa membantu untuk mengungkapkannya.

"Hei, kalo senior ngomong itu dijawab," ucap Rey dengan nada yang memprovokasi, "Siapa yang mati, huh?"

Hanya dalam waktu sepersekian detik saja, sebuah pukulan tiba-tiba datang ke arah Rey dan nyaris mengenai wajahnya. Namun karena Rey sudah cukup terlatih, itu mudah saja untuknya menghindar.

"Kecepatan pukulan yang lumayan," ujar Rey dengan jarinya diletakkan di dagu seolah sedang menilai sembari melihat tangan Farhan yang masih dalam posisi memukul.

Bajingan!

Farhan mencoba melayangkan pukulannya yang lain, namun tiba-tiba sebuah kepalan tangan muncul tepat di depan wajahnya. Kepalan tangan itu berhenti sebelum menyentuh hidungnya.

Farhan cukup terkejut dengan apa yang baru saja terjadi.

"Hei, hei, maksudnya apa ini?"

Ternyata tangan Rey yang hampir saja memukuli wajah Farhan itu tertahan oleh seorang pria tinggi yang menarik pergelangan tangan Rey ke arah belakang.

"Udah, cukup," ujar pria tinggi itu.

Dia punya goresan luka berbentuk vertikal yang membelah bagian wajah kirinya dari atas hingga dagunya. Itu seperti luka yang diakibatkan oleh goresan belati.

"Dan kau, duduk lah," pria itu melihat Farhan dengan tatapan dingin.

Farhan pun berjalan melewati mereka berdua. Dia mencoba untuk mengendalikan dirinya dan tidak terprovokasi dengan orang-orang seperti mereka.

Farhan tidak tahu mengapa Pak Herman mempertemukannya dengan mereka, tapi yang pasti jika memang semua ini dimaksudkan agar dia menjadi kuat dan demi menemukan neneknya, maka tidak ada pilihan lain selain melewatinya.

"Karena kau masih baru, saya minta maaf soal perilakunya tadi," ujar Pak Herman, "Jadi pertemuan kali ini adalah untuk memperkenalkan anggota baru Mata Tombak sekaligus perkenalan anggota lama ke anggota baru."

Itu masuk akal. Tapi siapa dan apa Mata Tombak ini? Tanya Farhan dalam hati.

"Kita to the point saja, dimulai dari samping kiri terus lanjutkan ke kanan," perintah Pak Herman.

Iyal yang sejak tadi duduk diam pun berdiri untuk memperkenalkan diri.

"Aku Feriyal. Tapi panggil aja Iyal. Kamu udah tahu, kan?"

Oh, jadi nama lengkapnya Feriyal.

Rey yang terkejut dengan cara Iyal memperkenalkan diri itu pun angkat suara, "Kalian berdua udah saling kenal?" Tanya Rey penasaran sembari menunjuk Farhan yang duduk di seberang mejanya.

"Iyal yang bawa Farhan ke Iskra," Pak Herman menjawab. Dia tahu kalau keponakannya yang dingin itu tidak akan menjawabnya.

"Huh?" Rey perlu waktu untuk mencernanya.

Pak Herman hanya mengabaikannya.

"Baik selanjutnya."

Seorang wanita yang mengenakan bralette putih pun berdiri. Itu membuat Farhan sedikit terkejut.

Kenapa pakaiannya seperti itu?

Farhan tidak terbiasa melihat wanita yang mengenakan pakaian yang terlalu terbuka seperti itu. Bralette dan celana jeans pendek yang hanya sepaha itu menyisakan ruang kosong di antara keduanya: di perut. Sehingga otot perutnya bisa terlihat dengan mudah.

"Aku Dei, anggota Mata Tombak," ujar wanita seksi itu singkat lalu kembali duduk.

Selanjutnya giliran pria bertubuh tinggi yang tadi melerai perselisihannya dengan si rambut pirang.

"Panggil saja Gi."

Singkat, jelas, dan padat, huh? Pikir Farhan.

Sekarang si rambut pirang lagi.

"Kamu aja dulu," ujar pria aneh itu menyuruh pria di sebelahnya, "Aku terakhir aja."

Pria yang bertopi hitam itu pun menurut. Wajahnya tidak kelihatan jelas karena tertutup visor topi yang dia kenakan. Namun begitu suaranya tetap jelas.

"Aku Mikhail, salam kenal."

Kayaknya di antara mereka berlima, dia lah yang paling normal, pikir Farhan.

Akhirnya giliran pria pirang itu. Farhan merasa bahwa dia tidak perlu memperhatikannya. Itu hanya akan membuang-buang energinya.

"Rey!" Ujar Rey, ketus.

Alih-alih melihat Rey yang sedang menyebutkan namanya, Farhan hanya menengok ke atas - ke plafon akustik di ruangan itu sembari bergumam, yang khas dari plafon ini adalah bisa meredam suara, aku harap plafon ini juga bisa meredam suara orang itu.

Melihat pria yang sama sekali tidak memperhatikannya saat dia memperkenalkan diri membuat Rey kesal. Kekesalannya ini semakin menjadi-jadi saat dia mengingat kalau Farhan dan Iyal sudah saling mengenal sebelumnya, apalagi Iyal lah yang membawanya ke tempat ini.

"Baik, seperti kalian sudah mengenalnya. Dia akan menjadi anggota baru Mata Tombak Iskra," ujar Pak Herman untuk menetralisir suasana di ruangan itu, "Jadi aku harap, setelah ini kalian bisa akrab."

Setelah perkenalan yang menegangkan tersebut, seluruh anggota Mata Tombak mulai membicarakan misi mereka. Beberapa jam kemudian, pertemuan itu pun berakhir.

Farhan ingin pulang ke rumahnya. Dia masih punya waktu enam hari sebelum dia pergi meninggalkan negara ini. Olehnya dia berencana untuk mengurus beberapa hal termasuk mengucapkan salam perpisahan kepada dua sahabatnya dan mengurus pengunduran dirinya di kampus.

Semoga semuanya bisa diselesaikan tepat waktu, harapnya.

Soal pertemuannya dengan anggota Mata Tombak tadi, itu pertemuan yang cukup berkesan karena keanehan para anggotanya di dalam. Namun begitu, dia pada akhirnya adalah salah satu diri mereka.

Meskipun sebelum dia secara resmi ikut terlibat di dalam segala aktivitas kelompok berdarah dingin ini, dia terlebih dahulu mengasah skill bertarungnya. Paling tidak jika dia tidak ingin menjadi budak di kelompok ini.

...***...

Setelah selesai dengan pertemuan di balairung ITC bersama pasukan Mata Tombak-nya, Pak Herman pun kembali ke ruangan ovalnya.

Dia tidak tahu apakah malam ini dia harus bekerja lembur atau tidak. Sebab belakangan mata-matanya menginformasikan bahwa mafia KELO dan IGIS punya gerak-gerik aneh, dan dia, sebagai bos Iskra, harus segera melakukan sesuatu sebelum terlambat.

Menurut informasi yang dia terima, IGIS berusaha melakukan ekspansi ke wilayah Iskra. Sementara KELO semakin masif mengirimkan mata-matanya ke wilayah kekuasaan dua penguasa distrik lainnya.

Pertama, gerak-gerik IGIS membuatnya khawatir karena kawasan yang, menurut informasi, berencana akan dicaploknya adalah kawasan perhotelan dan juga pelabuhan. Kemungkinan kedua area tersebut ingin dijadikannya tempat untuk memperkuat dan memperluas bisnis haram mereka, terutama pelabuhan dengan tujuan mempermudah ekspor-inpor narkoba dengan kartel-kartel mafia di dalam dan di luar negeri.

Sementara KELO yang, menurut informasi, sudah menempatkan mata-matanya di masing-masing kelompok penguasa distrik, termasuk Iskra. Adanya mata-mata KELO di dalam Iskra membuatnya khawatir karena bisa mengancam informasi mereka bocor ke tangan musuh, seperti keberadaan Mata Tombak dan Pemburu yang seharusnya menjadi top secret yang hanya diketahui olehnya dan para eksekutif.

Pak Herman berasumsi bahwa kemungkinan besar mata-mata KELO sudah masuk ke dalam Iskra dan lebih dekat dari yang dia kira.

Suara ketukan pintu tiba-tiba terdengar - menyadarkannya dari lamunan dan kekhawatiran.

"Masuk."

Yang datang adalah pria berbadan tinggi dan kekar yang berpakaian formal - jas hitam dan dasi biru gelap. Dagunya sudah ditumbuhi oleh janggut yang mulai memutih. Pria itu datang - mendekati meja tempat Pak Herman duduk. Namun dia tidak duduk di kursi hadap yang telah disediakan. Dia hanya berdiri dengan postur tegap.

"Pak, saya sudah mengirimkan regu untuk mengamankan wilayah dari ekspansi IGIS."

Bagus, pikir Pak Herman.

"Tapi," dia menatap mata atasannya itu dalam, "Kita tidak bisa terus-terusan bertahan seperti ini."

"Jadi, apa tawaranmu?"

"Saya akan melakukan penyerangan langsung ke markas IGIS di area pelabuhan," ujar pria paruh baya itu serius.

Pak Herman tampak tidak terkejut dengan tawarannya. Sebab alasan yang disampaikan eksekutifnya itu sangat masuk akal di situasi kritis seperti ini. Iskra saat ini juga bukan dalam posisi untuk duduk menunggu keajaiban Dewi Fortuna datang.

Ini adalah perang. Jika tak mau diserang, maka kita lah yang menyerang, pikirnya. Namun begitu dia merasa ada yang kurang pas - firasatnya tidak enak. Meskipun bukan saatnya untuk memberikan ruang bagi perasaan dan keraguannya, tetapi sebagai seorang pebisnis dan seorang yang hidup di dunia yang penuh darah ini, firasat adalah bagian terpenting dalam rangka bertahan hidup dan mempertahankan kekuasaan. Sebab apa yang terjadi terkadang tidak selalu bisa diselesaikan dengan kalkulasi logis saja, tetapi juga insting. Itulah mengapa para predator alam liar mampu mempertahankan hidupnya di lingkungan di mana yang terkuat akan bertahan.

Pria berjas bernama Dilman yang dikenal sebagai eksekutif senior di Iskra itu masih menunggu jawaban dari atasannya. Dia tidak tahu apa yang dipikirkan olehnya sehingga dia butuh waktu untuk memutuskan.

Padahal tawarannya tadi sangat realistis.

"Baik. Tapi kau harus membawa salah satu dari Mata Tombak," ujar Pak Herman setelah lama berpikir.

Jawaban itu cukup mengejutkan Dilman. Tidak pernah terlintas di benaknya bahwa itu yang akan keluar dari mulut bosnya. Namun karena itu adalah apa yang bosnya inginkan, maka dia tidak akan keberatan.

"Baik, saya akan melakukan penyerangannya besok malam."

Pak Herman mengangguk, "Aku akan mengabari mereka agar bersiap-siap."

...----------------...

CATATAN:

Mata Tombak adalah kelompok rahasia yang berada di bawah naungan Iskra. Iskra dikenal sebagai kelompok mafia yang menguasai Distrik Timur, namun begitu mereka punya misi khususnya sendiri.

Selain berurusan dengan kelompok mafia lain dan juga menjalankan bisnisnya, misi Iskra yang lain adalah mengungkap dan mengejar sekelompok assasin bawah tanah yang mereka sebut Pemburu. Untuk inilah Mata Tombak diciptakan.

Mata Tombak bisa juga disebut sebagai pasukan khusus Iskra. Nyaris tidak ada kelompok gangster lain yang tahu tentang keberadaan Mata Tombak ini - bahkan Iskra itu sendiri (kecuali para petingginya) - sebab mereka tidak pernah muncul di permukaan.

Apabila ada masalah yang berkaitan dengan bisnis dan pengamanan wilayah Iskra, biasanya tugas ini dilakukan oleh para eksekutif Iskra yang masing-masing memimpin regu mereka sendiri, sedangkan Mata Tombak tidak memiliki pasukan, karena mereka lah pasukan itu sendiri.

Jadi Iskra Company mempunyai dua jenis pasukan: Pertama, pasukan elit yang dipimpin oleh para eksekutif; dan kedua, pasukan khusus yang merupakan Mata Tombak itu sendiri.

Selain itu, ada dua hal yang membuat Mata Tombak berbeda dari kelompok lain: Pertama, anggota Mata Tombak tidak dipilih secara acak seperti gangster Iskra pada umumnya, sebab anggota Mata Tombak adalah korban atau penyintas dari keganasan Pemburu.

Kedua, sebelum masuk ke dalam kelompok ini, para anggotanya terlebih dahulu diuji, dididik, lalu diinisiasi oleh kelompok mafia Rusia yang berafiliasi dengan Iskra untuk menguji kelayakan mereka.

Sampai saat ini, anggota Mata Tombak yang ada baru berjumlah enam orang: Iyal, Rey, Gi, Dei, Mikhail, dan Farhan. Keenam orang inilah yang akan mengincar leher Pemburu ketika waktunya tiba.

Terpopuler

Comments

Nuhume

Nuhume

🎈🎈🎈🎈🎈

2023-04-04

1

Nuhume

Nuhume

🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️

2023-04-04

1

lihat semua
Episodes
1 YUHU
2 BAB 1: WANITA PENOLONG
3 BAB 2: HILANGNYA SANG NENEK
4 BAB 3: PERBURUAN DIMULAI!
5 BAB 4: PERTEMUAN DENGAN HERMAN
6 BAB 5: CANGGUNG
7 BAB 6: TENTANG FARHAN DAN PEMBURU
8 BAB 7: SI PIRANG YANG PANDAI MENGGUNAKAN KAKI
9 BAB 8: TUAN PUTRI
10 BAB 9: LITTLE TALISSE LODGE
11 BAB 10: SAHABAT
12 BAB 11: TAWARAN PUN DITERIMA!
13 BAB 12: MATA TOMBAK
14 BAB 13: PERTEMUAN TERAKHIR
15 BAB 14: PERASAAN YANG TERPENDAM
16 BAB 15: SERANGAN ISKRA
17 BAB 16: NAGA DAN KSATRIA
18 BAB 17: FYODOR AVRAAM
19 BAB 18: THE ASSASIN DAN PRIA ASIA
20 BAB 19: SELAMAT DATANG DI VOLGOGRAD
21 BAB 20: MALAM TERAKHIR
22 BAB 21: SANG RAJA YANG MELEPASKAN MAHKOTANYA
23 BAB 22: AKU DI MANA?
24 BAB 23: PENJARA BLACK MAMBA
25 BAB 24: SAHABAT BARU
26 BAB 25: DUA EKSEKUTIF BERGERAK
27 BAB 26: PEMBALASAN IGIS 1
28 BAB 27: PEMBALASAN IGIS 2
29 BAB 28: KEHEBOHAN
30 BAB 29: JADIKAN AKU MURIDMU
31 BAB 30: PENYERANGAN DI STREMYASCHIYSYA
32 BAB 31: KODE KEHORMATAN DAN LAHIRNYA BOS MAFIA
33 BAB 32: ISKRA VS. IGIS 1
34 BAB 33: ISKRA VS. IGIS 2
35 BAB 34: PENYUSUP?
36 BAB 35: PULAU PARIAH
37 BAB 36: SERANGAN TAK TERDUGA 1
38 BAB 37: SERANGAN TAK TERDUGA 2
39 BAB 38: BOS BARU IGIS
40 BAB 39: RIO DAN GINA
41 BAB 40: SURAT YANG MENGUBAH SEGALANYA
42 BAB 41: GAIRAH
43 BAB 42: PERSIAPAN KEBERANGKATAN
44 BAB 43: KEMBALI
45 INFO
46 BAB 44: REUNI
Episodes

Updated 46 Episodes

1
YUHU
2
BAB 1: WANITA PENOLONG
3
BAB 2: HILANGNYA SANG NENEK
4
BAB 3: PERBURUAN DIMULAI!
5
BAB 4: PERTEMUAN DENGAN HERMAN
6
BAB 5: CANGGUNG
7
BAB 6: TENTANG FARHAN DAN PEMBURU
8
BAB 7: SI PIRANG YANG PANDAI MENGGUNAKAN KAKI
9
BAB 8: TUAN PUTRI
10
BAB 9: LITTLE TALISSE LODGE
11
BAB 10: SAHABAT
12
BAB 11: TAWARAN PUN DITERIMA!
13
BAB 12: MATA TOMBAK
14
BAB 13: PERTEMUAN TERAKHIR
15
BAB 14: PERASAAN YANG TERPENDAM
16
BAB 15: SERANGAN ISKRA
17
BAB 16: NAGA DAN KSATRIA
18
BAB 17: FYODOR AVRAAM
19
BAB 18: THE ASSASIN DAN PRIA ASIA
20
BAB 19: SELAMAT DATANG DI VOLGOGRAD
21
BAB 20: MALAM TERAKHIR
22
BAB 21: SANG RAJA YANG MELEPASKAN MAHKOTANYA
23
BAB 22: AKU DI MANA?
24
BAB 23: PENJARA BLACK MAMBA
25
BAB 24: SAHABAT BARU
26
BAB 25: DUA EKSEKUTIF BERGERAK
27
BAB 26: PEMBALASAN IGIS 1
28
BAB 27: PEMBALASAN IGIS 2
29
BAB 28: KEHEBOHAN
30
BAB 29: JADIKAN AKU MURIDMU
31
BAB 30: PENYERANGAN DI STREMYASCHIYSYA
32
BAB 31: KODE KEHORMATAN DAN LAHIRNYA BOS MAFIA
33
BAB 32: ISKRA VS. IGIS 1
34
BAB 33: ISKRA VS. IGIS 2
35
BAB 34: PENYUSUP?
36
BAB 35: PULAU PARIAH
37
BAB 36: SERANGAN TAK TERDUGA 1
38
BAB 37: SERANGAN TAK TERDUGA 2
39
BAB 38: BOS BARU IGIS
40
BAB 39: RIO DAN GINA
41
BAB 40: SURAT YANG MENGUBAH SEGALANYA
42
BAB 41: GAIRAH
43
BAB 42: PERSIAPAN KEBERANGKATAN
44
BAB 43: KEMBALI
45
INFO
46
BAB 44: REUNI

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!