DENGAN kaki jenjang yang beralaskan sepatu hak tinggi putih, dia berjalan menuju ke arah dua penjaga pintu masuk, lalu menunjukkan kepada mereka sebuah pin emas yang dikaitkan di dadanya. Itu adalah pin yang dimiliki oleh para VVIP!
Jarang ngelihat VVIP datang ke tempat ini kecuali pria pirang itu, pikir salah satu penjaga.
Iyal pun masuk. Di dalam dia disambut oleh gilap-gemilapnya lampu LED warna-warni yang mengikuti alunan musik DJ. Di mana-mana dia bisa melihat banyaknya pengunjung yang mengenakan pakaian bermacam-macam gaya, mulai dari kasual hingga yang punggung terbuka; mulai dari yang mengenakan jeans panjang hingga rok mini. Banyak dari mereka yang berjoget riya - ekspresif untuk bersenang-senang, sementara yang lainnya sibuk bercakap-cakap sembari menikmati minuman mereka.
Tiba-tiba seorang pria berjaket bomber dengan kacamata Rayban semi-klasik menghampiri Iyal. Dia membawa dua gelas wiski di kedua tangannya.
"Hai, kamu newbie, ya?" Sapa pria yang beberapa senti lebih tinggi darinya itu.
Iyal hanya mengangguk namun matanya terus melihat-lihat di sekelilingnya seolah sedang mencari sesuatu. Dia tidak begitu memperhatikan pria asing di hadapannya itu.
"Wah, pantesan. Aku sering di sini tapi aku ngga pernah lihat kamu sebelumnya haha," ucapnya dengan nada seolah dia sudah mengenal wanita itu.
"Oh iya," jawab Iyal tak begitu peduli.
"Boleh kenalan ngga?"
Iyal menengok kedua tangan pria yang sedang memegang dua gelas minuman kuning beralkohol tinggi itu, "Kayaknya tanganmu terlalu sibuk untuk kenalan sekarang."
Pria itu terkejut dengan jawaban yang tak terduga itu. Dia lupa kalau dia tengah memegang wiski di kedua tangannya.
"Haha, maaf. Tunggu sebentar..."
Pria itu lalu berjalan menuju ke salah satu meja yang tak jauh dari mereka untuk meletakkan minumannya. Setelah itu dia mendatangi Iyal, lalu memberikan tangannya.
"Namaku Ri... "
Belum selesai memperkenalkan diri, tiba-tiba seorang pria pirang dengan anting salib di telingannya pun datang - merangkul wanita incarannya.
Rey kemudian menyambut tangan pria berkacamata yang seharusnya ditujukan untuk Iyal itu.
"Halo, aku Rey," ucap Rey tersenyum, "Pacarnya."
Melihat situasi aneh di hadapannya, pria berkacamata lalu berusaha melepaskan tangannya dari genggaman pria aneh yang tak diundang itu. Namun tangannya tidak bisa dia lepaskan. Sebaliknya genggaman pria tersebut semakin kuat sampai membuat tangannya kesakitan.
Ughhh....
"Aku kesal karena seharian ini berurusan sama banyak tikus yang mencoba sok dekat dengan Tuan Putriku," ucap Rey sembari meremas kuat tangan pria berkacamata itu, "Mau mati, huh?" Senyum di wajah Rey tiba-tiba menghilang.
Melihat tatapan mengancam yang dipancarkan Rey, pria berkacamata pun ketakutan. Tak sadar dia menelan ludahnya. Peluh keringat karena aura intimidasi tiba-tiba muncul di wajahnya. Instingnya pun mengatakan untuk tidak mencari masalah dengannya.
"Udah. Lepasin tangannya," ucap Iyal berusaha melerai mereka. Dia tidak ingin menarik perhatian banyak orang di tempat itu hanya karena dua pria kekanak-kanakan yang meributkan suatu hal sepeleh layaknya anak berusia lima tahun yang memperebutkan mainan mereka.
Rey pun menurut, meskipun dalam hatinya dia ingin sekali meninggalkan beberapa jejak pukulan di wajah pria kurang ajar itu. Dengan sikap tenang yang dipaksakan, Rey langsung membawa Iyal menuju ke tempat perjanjian mereka - meninggalkan pria berkacamata yang masih terpaku ketakutan sendirian.
Tepat di sebelah panggung tempat DJ yang sedang asik memainkan musiknya, terdapat sebuah pintu kayu berwarna hitam pekat dengan tinggi kurang lebih 200 cm yang tengah dijaga oleh seorang pengawal lainnya. Di depan pintu yang berukirkan sebuah diamond tersebut terdapat tulisan:
...YANG TIDAK BERKEPENTINGAN DILARANG MASUK!...
Iyal dan Rey pun membuka pintu itu. Di dalamnya mereka langsung disambut oleh tangga beton yang tidak rata menuju ke area bawah tanah - sebuah baseman temaram yang mungkin lebih mirip seperti lorong menuju dunia lain.
Hanya lampu-lampu kecil yang menerangi lorong di sepanjang tangga yang tampak kusam itu. Semakin mereka melangkah turun, musik DJ semakin mengecil seakan suara pun tak berani mendekat ke tempat yang temaram itu. Hanya suara langkah kaki mereka saja yang memantul di sepanjang lorong tersebut.
Sampai akhirnya mereka pun tiba di pintu berikutnya. Namun kali ini pintunya terbuat dari besi dan tidak ada penjaga sama sekali.
Saat mereka masuk, Iyal begitu terkejut dengan apa yang dia lihat di depannya: lima orang pria telanjang sedang digantung dengan kedua tangan yang terikat rantai. Seluruh tubuh mereka yang bertato itu kini dipenuhi dengan banyak luka-luka siksaan yang sangat parah sampai daging di kulit mereka pun terkoyak.
Siapa preman-preman ini? Aku ngga kenal, tanyanya dalam hati.
Tak jauh dari lima preman yang malang itu, Pak Herman dan seorang wanita yang mengenakan bralette dan jeans pendek ketat sedang duduk, seolah sudah menanti kedatangannya.
"Bagus, akhirnya kamu sampai."
Ya, inilah sisi lain dari paman yang ngga banyak orang tahu, batinya.
"Kalau begitu aku permisi ya bos. Aku ngga suka aura dan bau darah itu," ujar Rey mengalihkan. Dia menutup hidungnya sembari menunjukkan ekspresi jijik ketika memandang kelima pria yang tampak seperti mayat hidup itu.
Pak Herman tidak menjawab.
"Kau selalu seenaknya," sindir Dei dengan nada menyinggung.
"Hei, aku memang bajingan tapi aku tetap ngga tahan ngelihat hal-hal sadis se... "
"Sudah, kalian berhenti," Pak Herman tiba-tiba memotong kalimat Rey, "Dan kau pergilah." Dia mungkin berpikir bahwa ada tidaknya Rey tidak begitu penting.
Rey pun tersenyum, "Haha, makasih bos!" Ujarnya dan mejulurkan lidahnya ke arah Dei dengan maksud meledek. Kemudian dia pun berlalu dan menutup pintu besi itu.
...***...
"Jadi maksudmu kau tidak mengenal mereka?" Tanya Pak Herman.
Iyal mengangguk.
"Bukan mereka yang mengejarku dan Farhan malam itu, Paman," jawab Iyal.
"Berarti mereka bukan IGIS," ujar Pak Herman menengok kelima pria sekarat yang digantung itu, "Pasti IGIS memerintahkan geng-geng kecil di Distrik Utara untuk menangkapmu."
Itu jawaban yang lebih masuk akal, pikir Iyal. Sebab tidak mungkin IGIS mengirimkan pasukan mereka hanya untuk mengejar dua orang remaja.
"Tapi, informasi bahwa kau berada di Iskra sudah tersebar di seluruh jaringan geng kecil mereka. Itu artinya IGIS yang memerintahkan perburuan ini juga tahu kalau kau bagian dari Iskra."
Iyal hanya terdiam.
"Mereka kemungkinan menyimpulkan bahwa Iskra melanggar perbatasan dan memata-matai aktivitas mereka. Jika ini sampai ke telinga bos mereka, ini bisa memicu perang antara kita dan IGIS."
Tak ada yang berani berkomentar tentang kesimpulan itu. Selama ini Iskra selalu berada di situasi kondusif karena jarang terlibat konflik dengan kelompok lain. Namun tampaknya kali ini Iskra akan terlibat dengan sesuatu yang bahkan mereka tidak harapkan.
"Maaf, Paman," ujar Iyal merasa bersalah. Dia tidak menyangka bahwa akhirnya akan seperti ini.
Dengan wajah yang masih dipenuhi oleh cipratan darah itu, Pak Herman hanya tersenyum, "No problem, sayang. Paman yang akan mengurusnya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Rosie🌹
kerennnnnn
2023-04-04
1
Nuhume
🤩🤩melttttyyy
2023-04-04
0
Nuhume
Rey si posesif🔥🔥🔥
2023-04-04
1