FARHAN dan wanita itu pun melaju - menyisiri jalan. Untungnya hari ini jalanan sepi dan tidak ada satu pun kendaraan lain yang melintas.
Mereka pun sampai di tempat di mana neneknya menunggu. Namun ada yang ganjil. Tak ada siapa-siapa di toko roti tempat dia meninggalkan neneknya kecuali hanya bekas darah yang bisa dia pastikan kalau itu adalah darah neneknya.
"NEK!!" Teriak Farhan berharap bahwa mungkin neneknya masih berada di sekitar tempat itu. Dia berteriak beberapa kali sembari melihat ke segala arah.
Wanita itu pun ikut membantu mencari neneknya. Dia berjalan sendiri menyeberangi jalan dan memasuki gang sempit yang berada tepat di seberang toko roti itu.
Mata Farhan mengikuti ke mana arah wanita itu pergi. Dia lalu menyusulnya. Karena dia berpikir berteriak pun percuma - tak ada sautan. Belum lagi ini sudah begitu larut.
Di dalam gang, wanita itu tiba-tiba mencium aroma sesuatu. Dia tidak yakin itu bau apa. Arahnya tepat di ujung gang.
Ini aneh. Dia melihat ponselnya. Sekarang pukul 1 pagi. Siapa yang memasak jam segini?
Wanita itu berjalan perlahan. Dia tak tahu jika Farhan mengikuti tepat di belakangnya.
Di ujung gang terdapat belokan. Tepat di sebelah kiri mereka. Ini gang yang cukup panjang, bau, dan kumuh.
Tatapi bau ini sebenarnya apa? Tanya wanita itu dalam hati.
Ketika mereka sampai di ujung gang tersebut, mereka melihat ada banyak gangster yang sedang berkumpul dan kedengarannya mengobrol.
Wanita itu masih mengintip sementara Farhan hanya mengikutinya. Farhan bisa tahu kalau di sana sedang banyak orang, namun dia tidak melihatnya karena itu tak memungkinkan.
Apa yang sedang mereka lakukan?
Jelas, asal bau yang aneh itu dari tempat di mana para preman itu berkumpul. Wanita itu tidak yakin berapa jumlah gangster tersebut, tetapi dia tahu bahwa mereka sedang melakukan sesuatu yang mencurigakan.
"Hei, lagi lihatin apa sih?" Bisik Farhan sembari menepuk pundak wanita itu penasaran.
Sontak wanita itu pun terkejut. Dia spontan berteriak dan tanpa sengaja menginjak sampah kaleng sehingga menimbulkan bunyi bising yang cukup untuk menarik perhatian para gangster itu dan berlari menuju ke asal suara.
Sial!
Melihat para pria menyeramkan itu berlari ke arah mereka, wanita itu pun segera menarik lengan Farhan dan membawanya berlari secepat yang dia bisa. Akan berbahaya jika mereka sampai berurusan dengan orang-orang yang tampak berbahaya itu.
Wanita itu tahu bahwa daerah ini berbahaya. Makannya dia sempat terkejut ketika Farhan mengatakan bahwa dia meninggalkan neneknya di daerah ini. Siapa yang tak kenal daerah yang dikuasai salah satu kelompok mafia paling berbahaya di Tadulako, IGIS. Hanya bayi baru lahir dan pendatang saja yang tidak tahu.
Tapi dari perawakannya, Farhan tampak bukan pendatang atau orang yang lahir di luar kota atau luar negeri. Mendengar caranya berbicara, dia jelas asli Tadulako.
Tapi apakah dia bodoh, polos, atau dua-duanya sehingga dia berani meninggalkan orang tua yang sedang terluka di wilayah kekuasaan para predator semacam ini?
Mereka terus berlari menuju mobil mewah yang masih terparkir di depan toko roti sunyi itu. Farhan mengikuti kemana wanita itu menariknya. Dia bisa mendengar dengan jelas deru nafas wanita itu yang tersengal-sengal. Peluh keringan perlahan muncul di lehernya.
Farhan sadar akan kecerobohannya karena tadi membuat wanita itu terkejut. Dia melihat ke arah belakang sembari berlari. Segerombolan gangster itu masih mengejar mereka. Tampak beberapa dari mereka bahkan membawa balok dan senjata tajam.
Gawat! Mereka nyusul.
Farhan pun berinisiatif mempercepat langkahnya. Dia yang tadinya ditarik oleh wanita itu, pun kini dia lah yang menarik wanita itu agar mereka bisa berlari lebih cepat. Mereka tak ingin membuat masalah dengan orang-orang yang tampaknya semut pun takut pada mereka itu.
Mereka berdua akhirnya masuk ke dalam mobil. Wanita itu lalu segera menyalakan mesin mobilnya. Tanpa pikir panjang dia pun menginjak pedal gas dan melaju membelah jalanan itu dengan suara deru mesin yang khas.
Mereka pun berhasil lolos dari kejaran para preman tersebut.
...***...
Wanita itu fokus menyetir tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Farhan merasa khawatir. Namun di sisi lain dia juga merasa bersalah. Belum lagi dia tidak tahu di mana neneknya berada.
Suasana di mobil itu begitu canggung. Hanya suara mesin yang terdengar. Farhan menengok ke arah wanita itu. Dia tampak seumuran dengannya. Tapi dia kelihatan elegan dengan gaun putih itu.
Anak sultan memang beda, pikirnya.
Tetapi sejak mereka bertemu hingga insiden preman gang tadi, Farhan masih belum mengetahui siapa nama wanita ini. Belum lagi dia cukup segan untuk bertanya. Sebab raut wajah wanita itu seperti memberikan sinyal: jangan berbicara sebelum aku mengijinkannya.
Dia tidak habis pikir bagaimana wanita ini tampak berwibawah. Tapi anehnya mengapa dia repot-repot membantu seseorang yang bahkan dia tidak kenal? Meskipun dia tetap merasa bersyukur bahwa ada yang dengan baik hati memberikan bantuan kepadanya.
"Mau sampai kapan ngelihatin aku kayak gitu?"
Kesadaran Farhan kembali saat wanita itu mulai buka suara dan tahu kalau sejak tadi dia sedang diperhatikan. Farhan tidak menyadari kalau sedari tadi yang dia lakukan hanya lah memandangi wanita itu dan tenggelam dalam pikirannya sendiri.
"Eh? Maaf!"
Wanita itu tidak menjawab. Dia kembali diam.
"Kalau boleh tahu, namanya siapa?"
"Panggil aja Iyal."
"Ya? Umm, oke."
"Ngga mau nanya juga?"
"Nanya apa?"
"Namaku."
"Ngga tertarik."
Suasana pun kembali canggung. Farhan tidak menyangka kalau wanita bernama Iyal ini bisa begitu dingin. Di sisi lain dia masih memikirkan neneknya. Dia tidak berpikiran buruk tentang situasi yang tengah dia dan neneknya alami saat ini. Sebab Farhan sudah terbiasa untuk berpikir jernih dan tidak terburu-buru dalam mengambil kesimpulan. Apalagi jika kesimpulan itu membuat perasaannya kalut.
Itulah yang diajarkan neneknya. Jadi dia percaya bahwa neneknya akan baik-baik saja, meskipun dia tidak bisa menepikan rasa gelisahnya.
Dia lalu berpikir untuk kembali ke tempat tadi. Barangkali preman-preman itu sudah pergi. Malam ini dia harus menemukan neneknya. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi jika neneknya belum mendapatkan perawatan apapun.
"Ayo balik ke tempat tadi, mungkin premannya udah ngga ada."
Tampak bola mata Iyal melirik ke arahnya. Meskipun wajahnya tetap mengarah ke depan. Iyal tetap tidak menjawab.
Farhan bingung apa yang dilakukan wanita es batu ini.
Perlahan Iyal pun menekan beberapa tombol di dashboard mobilnya. Di sana ada layar yang menampilkan 'panggilan telah terhubung'. Iyal tengah menelepon seseorang. Farhan hanya diam melihat apa yang wanita aneh itu lakukan.
Suara klik pun berbunyi.
"Halo, Paman."
"Halo, Yal, ada apa?"
Farhan bisa mendengar jelas suara seseorang yang oleh Iyal sebut paman itu dalam panggilannya. Tampaknya panggilan ini terhubung dengan speaker di dalam mobil yang sedang mereka kendarai sehingga rasanya seolah paman wanita itu berada di dekat mereka.
"Iyal pengen minta sesuatu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Liu Zhi
wkwk lawak
2023-04-20
0
Liu Zhi
smg baik² deh
2023-04-20
0
Nefertari Atika
Ngagetinnya ke jelangkung 🤣
2023-04-12
0