Part 8

Quirinus otomatis mau memastikan keresahan istrinya. Kepala pun menengok ke belakang untuk mencari di mana letak kejanggalan atau orang yang membuntuti mereka. Namun, ia tak melihat keanehan sedikit saja. Namanya juga tempat umum, pusat perbelanjaan, wajar kalau banyak orang ada di sana atau berjalan di belakang mereka.

“Mungkin hanya perasaanmu,” ucap Quirinus sembari mengusap lengan Annora.

“Tapi, tadi memang ada seseorang yang seperti mengamati kita. Saat berhenti pun dia ikut stop juga,” eyel Annora. Lalu ikut memastikan dengan merotasikan tubuh supaya mudah melihat belakang. Ia menggaruk kepala saat tak ada lagi wanita yang tadi menjadi bayangan di dinding kaca. “Sudahlah, lupakan.”

Annora melingkarkan tangan di pinggul suami, dan Quirinus merangkul pundak istri tercinta. Keduanya kembali berjalan dengan sangat mesra menuju sebuah toko khusus perlengkapan bayi dan anak-anak.

“Apa saja yang perlu kita beli?” tanya Quirinus. Banyak sekali barang yang dijual. Mulai dari stroller, pakaian, mainan, box bayi, dan masih banyak lagi.

“Maunya beli satu-satu barang yang ada di sini. Jadi, supaya lengkap semua dan tak perlu bolak-balik kembali,” jawab Annora sembari berkeliling untuk melihat-lihat.

“Oke.”

Quirinus pun ikut membantu sang istri untuk memilih. Yang pertama dicari oleh Annora adalah baju. Pria itu bukan tipikal yang menjawab terserah kalau pasangannya sudah bertanya pendapat. Sebab, ia tahu betul Annora tidak akan suka kalau tak diberi masukan.

“Pakaian anak untuk perempuan itu lucu-lucu, ya ... gemas sekali.” Annora menunjuk jajaran dress berukuran mungil yang sengaja digantung supaya mudah dilihat.

“Beli saja, warna biru yang ini bagus.” Quirinus mengambil pakaian yang ia maksud.

“Tapi, nanti kalau waktu lahir bukan perempuan, bagaimana? Bukankah sia-sia sudah membeli itu?” Annora menaruh kembali ke tempat semula. Dia yang ingin, tapi justru bimbang sendiri.

“Bukankah kata dokter kemungkinan perempuan?”

“Ya ... iya. Tapi, bisa jadi waktu lahir dia memiliki satu tentakel. Dokter hanya perkiraan melihat dari USG saja, bisa salah prediksi.”

Annora sangat ingin anak perempuan, Quirinus tahu itu. Katanya supaya bisa didandani, juga menurutnya lebih menggemaskan.

“Sudahlah, beli yang universal saja, supaya bisa dipakai kalau dokter salah prediksi.” Pada akhirnya Annora mengambil setelan anak biasa, juga warna yang dipilih pun antara biru, kuning, hijau, dan merah.

Quirinus mengguk saja. Dia cukup membawakan yang sudah dipilih oleh sang istri.

“Kita beli stroller, box bayi, kursi untuk makan, piring—”

“Oke, dibeli semua.”

Annora menyengir mendengar persetujuan itu. Dia lalu meminta salah satu karyawan yang sejak awal membantu melayaninya untuk mengambilkan satu persatu barang yang ditunjuk.

Quirinus hanya diam saat di kasir, melihat nominal yang harus dibayar, hampir mencapai seratus ribu euro. Pria itu tidak terlihat mengeluarkan dompet atau alat pembayaran apa pun. Annora yang melakukan. Sebab, keuangan dikelola oleh sang istri, dirinya tak pernah memiliki banyak uang karena seluruh penghasilannya langsung diberikan pada sang wanita.

“Bisa minta tolong barang-barang ini dikirim saja?” pinta Quirinus. Mobilnya tak muat karena terlalu banyak.

“Bisa, Tuan. Silahkan tulis alamatnya.”

Annora menengok ke arah suami. “Kau yakin mau dikirim ke rumah kita?” Seakan tak percaya kalau Quirinus memperbolehkan orang asing mengetahui alamat mereka yang selalu dirahasiakan.

“Ke mansion keluargamu saja,” jelas Quirinus.

“Oh ... ku pikir.” Annora pun menuliskan alamat mansion daddynya.

Belanja perlengkapan bayi akhirnya selesai juga. Annora mengusap perut saat merasakan lapar. “Kita cari restoran dekat sini, ya? Aku mau makan.”

Quirinus mengangguk dan kembali merangkul. Keduanya berjalan sembari mencari tempat makan yang sepi supaya mundah mendapatkan kursi. Akhirnya mereka memutuskan untuk masuk ke restoran Italia.

Quirinus dan Annora memesan yang mereka inginkan. Harus menunggu beberapa saat untuk dimasak terlebih dahulu.

Disela-sela menanti hidangan datang, tiada angin dan hujan, tiba-tiba ada seseorang yang langsung duduk bergabung bersama mereka. “Hi, Quirinus, kita bertemu lagi.”

Terpopuler

Comments

himmy pratama

himmy pratama

wereng nya DTG..sikat anira dia ulat bulu yg hrs di singkirkan..aku mendukungmu klo ada pelakor

2024-04-24

0

Fenty Dhani

Fenty Dhani

laaahhh berani sekali si ulat bulu muncul...belum tau dia siapa Nora sebenarnya...jangan mudah percaya Nora...selidiki dulu siapa dia sebenarnya

2024-01-25

0

Alivaaaa

Alivaaaa

wah² hama datang 🤦🏻‍♀️

2023-06-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!