Part 6

“Frank, jauhkan wanita itu dari mobilku!” titah Quirinus seraya mengibaskan tangan supaya orang bernama Audy menyingkir.

“Baik, Mr. Hugo.” Untuk kedua kalinya Frank harus berhadapan dengan wanita yang sama seperti beberapa hari lalu. Ia menyeret tangan Audy menggunakan tenaga.

“Jangan sakiti mommyku!” Bocah yang datang bersama Audy pun mulai bereaksi. Dia menendang kaki Frank. “Lepaskan dia!” Tak berhenti sampai di situ, ia juga menggigit paha manajer Quirinus.

“Shitt! Bocah badung!” umpat Frank. Dia baru melepaskan Audy setelah berhasil menarik sejauh dua meter dari kendaraan Quirinus. Mencebik kesal pada bocah itu. Rasanya ingin sekali menjitak kepala atau menjewer telinga. Tapi, tuannya sudah mengeluarkan suara.

“Tinggalkan saja, Frank. Cepat masuk kalau kau mau ikut bersamaku!” titah Quirinus. Dia sudah membuka pintu dan siap menenggelamkan tubuh ke dalam kendaraan roda empatnya.

“Siap, Mr.” Frank mengabaikan Audy dan si bocah nakal tadi. Ia segera berlari ke sisi kemudi untuk menyupiri Mr. Hugo.

Sebelum Quirinus berhasil menutup pintu, bocah yang datang bersama Audy menarik tangannya, lebih tepatnya menahan hingga ia harus mengurungkan niat untuk menutup rapat, supaya tangan bocah itu tidak terjepit.

“Namaku Austin. Bisa beri aku uang sebelum pergi? Katanya kau daddyku. Jadi, jangan pelit.”

Quirinus sampai mengerutkan kening mendengar ucapan bocah tersebut. Sangat tidak sopan. “Aku bukan daddymu!” Ia menepis tangan Austin dan sedikit mendorong agar menjauh. Langsung menarik pintu hingga kini semua tertutup rapat.

“Dasar perhitungan.” Austin menendang badan mobil Quirinus. Ya begitulah bocah itu, memang sedikit nakal.

Sementara di dalam, Quirinus melirik ke arah manajernya. “Kenapa diam saja? Ayo lajukan!”

“Saya pikir Anda masih belum selesai urusannya dengan wanita dan anak tadi.” Frank menginjak pedal gas secara perlahan sembari mengamati kaca spion supaya tak menyerempet Audy dan Austin. Malas saja kalau sampai ada drama jika menyenggol.

“Untuk apa aku memiliki urusan dengan mereka? Tidak penting.” Quirinus mengeluarkan ponsel. Jemarinya bergerak di atas layar dan terlihat mengetikkan sesuatu. Dia selalu mengirimkan pesan pada sang istri, baru saja memberi tahu kalau sedang perjalanan pulang.

“Frank, tolong jangan katakan pada istriku kalau aku diganggu oleh seorang wanita yang mengaku memiliki anak denganku,” pinta Quirinus sembari menyimpan alat komunikasinya lagi. “Aku tak ingin Annora memiliki banyak pikiran, dia sedang hamil besar. Kondisi kesehatan fisik maupun psikisnya harus tetap terjaga,” jelasnya kemudian.

Frank mengangguk. Memang dia bekerja untuk agensi milik perusahaan Annora. Tapi, tak sedekat itu juga dengan bos sampai menceritakan seluruhnya yang terjadi. “Saya hanya akan menghubungi tentang pekerjaan saja, kalau masalah pribadi tidak ikut campur.”

“Good.” Quirinus menepuk pundak manajernya sebagai ucapan terima kasih karena sudah mau bekerja sama.

Meski Frank bersedia membungkam mulut. Namun, tetap saja ia memiliki rasa penasaran. “Apa Anda benar belum pernah berhubungan dengan wanita bernama Audy tadi?”

Quirinus mengedikkan bahu. Entah, dia lupa. Jika sampai tak mengingat, tandanya orang tersebut tak terlalu penting untuknya.

“Kalau memang itu anakku, kenapa juga baru sekarang muncul? Setelah karir dan namaku sedang terkenal? Bisa saja dia hanya ingin mencari perhatian untuk menaikkan namanya di dunia entertainment,” pikir Quirinus.

Frank lagi-lagi menganggukkan kepala. “Ada benarnya. Bocah itu juga sudah terlihat besar,” gumamnya. Namun, ada kalimat berikutnya yang cukup ia lanjutkan dalam hati. Tapi, wajah Mr. Hugo dan anak kecil tadi ... ada sedikit kemiripan.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***