Part 14

“Klien? Hei ... aku bukan klienmu. Kau ini benar-benar sudah lupa denganku? Padahal aku adalah orang yang paling berjasa dalam hidupmu hingga kau pernah berhasil menjadi seorang pemuas wanita, bukan?” Audy menepuk dada yang terekspose belahannya.

Quirinus tersenyum miring, sangat sinis. Ada manusia yang lebih menjijikkan daripada dirinya. Bahkan mengaku sudah berjasa dalam hidupnya? Dia bukan orang yang melupakan bantuan, kalau benar pun sudah pasti akan selalu dikenang.

“Kalau memang kau turut andil dalam kehidupanku, pasti tak akan pernah ku lupakan. Lalu, berjasa? Dalam hidupku hanya ada Annora yang sangat membantu disetiap prosesnya.” Quirinus sampai memutar bola mata malas dan kedua tangan sengaja dilipat depan dada.

“Aku yang mengajarimu pertama kali untuk minum alkohol, supaya kuat. Walau awalnya kau mudah sekali mabuk.” Audy menunjuk botol champagne yang sejak awal memang ia pesan dan ada di atas meja, seolah sedang berusaha mengingatkan Quirinus tentang masa lalu.

Kening Quirinus sampai menunjukkan kerutan saat berusaha mencari ingatan-ingatan lama yang sudah terlupakan. Demi apa pun, tidak ada wajah wanita itu dalam pikirannya. Bahkan semua bekas kliennya pun tak ada yang diingat. Dia memang selalu melupakan hal-hal berbau peranjangan. Bukannya mendapatkan jawaban, justru pusing sendiri karena berusaha mencari sesuatu yang telah lama dibakar supaya tak bersarang dalam benaknya. Semua terisi oleh istri, hingga rasanya tak ada lagi wanita lain yang bisa memenuhi ruang dalam isi kepalanya.

Melihat Quirinus terdiam terus dan tak ada tanggapan, Audy pun kembali menceritakan kronologi di masa lampau. “Baiklah, dengan senang hati akan ku beri tahu lagi supaya kau ingat.”

“Saat kau mabuk itulah aku mengajarimu cara bercinta yang baik, benar, dan mengenakkan. Kita sama-sama menikmati, walau aku lebih dominan. Usiamu masih remaja dan sangat muda, kaku dan belum bisa menggoyang hebat.” Audy membuka kancing atas hingga menyembulkan bagian dada yang menonjol tanpa malu. “Di sini, area ini adalah kesukaanmu ketika itu.”

Quirinus mengangkat tangan. “Stop!” Telinga terasa panas mendengar cerita menjijikkan tersebut. Selama ini ia berusaha keras melupakan hal-hal berbau sensual yang pernah dilakukan selama dua belas tahun. Sekarang perut jadi seperti diaduk-aduk mendengar kisahnya memulai karir menjadi seorang pemuas wanita, dia mual sendiri.

“Itu belum selesai, kau harus ingat dulu siapa aku. Jasa apa yang sudah ku berikan padamu. Jangan sampai kau melupakan orang yang pernah membantu.” Audy terus mencecar seolah tak ada lelahnya membuat Quirinus tersiksa.

“Aku tidak peduli lagi kau siapa. Yang pasti, mulai detik ini, jangan muncul di hadapanku dan istriku! Kalau kau berani melakukan itu, maka jangan salahkan jika harus berurusan dengan pihak berwajib karena sudah mengganggu ketenangan hidup orang lain!” ancam Quirinus dengan sungguh-sungguh.

Pria itu lekas berdiri. Rasanya Quirinus tak kuat terlalu lama menghadapi Audy. Seandainya diizinkan untuk turun tangan, pasti mulut wanita itu sudah ia robek sejak tadi. Tapi, dia tak ingin mengotori kepercayaan sang istri dan menghancurkan segala bantuan Annora yang sudah membuatnya sampai di titik terkenal.

“Frank, nanti kau menyusul setelah aku pergi dari sini. Pastikan wanita itu tak mengikutiku!” titah Quirinus saat tubuh sudah siap melangkah pergi.

“Baik, Mr. Hugo.” Frank berdiri menghadang Audy yang terlihat masih bersemangat meminta tanggung jawab tuannya.

“Anak itu benar milikmu, Quirinus. Selama ini aku berusaha mencarimu, tapi kau kabur dari rumah orang tuamu, bukan? Sulit sekali mencari tempat tinggalmu setelah itu. Lalu, kenapa baru sekarang aku muncul? Karena setelah kau terkenal, dengan mudah aku bisa mencari keberadaanmu atas bantuan media sosial,” jelas Audy.