Part 12

Keduanya turun saat kendaraan roda empat itu telah sampai di depan perusahaan milik Annora. Quirinus menyempatkan untuk mengecup kening istrinya, lalu berkata, “Terima kasih sudah memberikan aku izin.”

“Asal demi kebaikan dan tetap bisa menjaga nama baikmu, aku tak masalah.” Annora mengusap lengan kanan dan kiri suaminya. Kepala sedikit mendongak untuk menunjukkan rasa penyesalan. “Maaf, aku tak bisa ikut menemui wanita itu. Meeting hari ini sangat penting dan tak bisa diwakilkan.”

“It’s ok. Ini adalah tugasku untuk menjagamu supaya kita tak diganggu orang asing lagi.” Masih dalam jangkauan, Quirinus mengusap pelan ujung kepala wanitanya.

“Kabari aku kalau ada apa-apa, ya?” pinta Annora seraya melepaskan diri dari rengkuhan suami. “Nanti aku telepon Stainslav agar segera mengirimkan bodyguard untukmu. Kalau belum ada juga, jangan jauh-jauh dari Frank, dan biarkan manajermu yang turun tangan. Kau cukup bicara dalam jarak minimal dua meter, oke?”

Annora sampai memberikan wejangan panjang lebar. Dia sudah membawa Quirinus sampai di titik terkenal, maka tak mau kalau kesalahan sedikit saja dari orang-orang yang tidak suka dengan ketenaran suaminya bisa merusak seluruh kerja keras. Ia sangat tahu dan paham dunia entertainment.

“Siap, Sayangku.” Quirinus meraih dagu Annora, mendongakkan wajah wanita itu dan meninggalkan ciuman pada bibir yang hari ini sedang dipoles oleh lipstik merah.

“Ck! Bibirmu jadi ikutan kena lipstik.” Annora mengulurkan tangan ke atas, mau membersihkan noda di wajah suaminya.

Tapi, Quirinus sudah menggeleng dan menahan tangan tersebut. “Tak apa, biarkan seperti ini, agar semua orang tahu kalau aku baru saja berciuman dengan seorang wanita, model cantik, dan istri yang selalu mendukung suaminya.” Dia kecup pipi sang wanita hingga kini noda merah juga ada di sana. “Pasti semua iri. Sayangnya, yang berhasil mengambil hatimu hanya aku, beruntung sekali.”

Qurinus kembali menyentuh pinggul Annora dan merapatkan tubuh. Dia melihat ada paparazi yang sejak tadi memotret kemesraan mereka. Bukan sekali atau dua kali ada orang yang diam-diam merekam, lalu tak lama akan tersebar ke internet. Baguslah, toh mesra bersama istri. Sengaja semakin diperlihatkan keromantisan supaya semua tahu bahwa dirinya sudah ada yang memiliki.

“Dan kau pasti wanita sial yang harus terjebak hidup bersama pria sepertiku,” imbuh Quirinus kemudian.

“Tidak, aku juga beruntung karena kau sangat manis, perhatian, tidak pernah menyombongkan apa pun.” Annora langsung menimpali dengan kalimat pujian.

“Poin yang terakhir salah.” Quirinus sedikit menundukkan kepala supaya bisa membisikkan sesuatu di telinga istrinya. “Sekarang aku sedang menyombongkanmu di depan paparazi. Di balik mobil BMW merah, ada seorang remaja yang sejak tadi merekam kita. Maka, ku beri makan netizen dengan kemesraan ini.” Lagi-lagi ia menyatukan bibir dengan Annora, kini lebih dalam dan mengandung banyak rasa.

“Oke, sudah cukup pamer ke media, nampaknya aku harus segera meeting.” Annora menepuk pelan dada suami. “Hati-hati di jalan, bye.” Ia melambaikan tangan sembari mengayunkan kaki masuk ke dalam gedung di depannya.

Quirinus pun tetap berdiri di tempat sampai Annora benar-benar menghilang, barulah ia masuk ke mobil dan melajukan kendaraan. Di dalam, tepat sekali ponselnya berbunyi, Frank yang menelepon.