Part 17

Quirinus tak berhenti berusaha menelepon istrinya yang sampai sekarang tidak juga mengangkat panggilan darinya. Ada rasa gusar mulai merungkup seluruh dada. Dia takut kalau Annora sudah membaca berita, lalu kepikiran, dan berakhir bermasalah dengan kesehatan calon anaknya.

Walaupun Quirinus tahu Annora adalah sosok wanita kuat dan keras kepala, tidak mudah patah hati. Tapi, sekarang kondisi berbeda. Istrinya tengah mengandung, hormon orang hamil tidak seperti biasanya. Dia sangat paham kalau Annora juga perasa semenjak di dalam perut terisi makhluk hidup mungil.

Quirinus mengusap wajah kasar saat panggilan ke sepuluh tetap tidak ada jawaban. Lalu, ketika diulangi lagi, ternyata ponsel sudah tidak aktif. Wah ... kacau, dia bertambah resah.

Lekas berdiri, Quirinus mendorong kursi santainya dengan kasar hingga benda itu jatuh di lantai. Dia memasukkan ponsel ke dalam saku dan meraih kunci mobil.

Frank melihat tuannya bersiap dan hendak melangkah pergi pun segera mensejajarkan kecepatan. “Mau ke mana? Syuting belum selesai, masih banyak scene.”

“Perusahaan istriku,” jawab Quirinus tanpa memperdulikan manajernya yang kuwalahan mengikuti langkah lebarnya.

“Apa tak bisa ditunda dulu? Ayolah, profesional saat kerja. Ini belum saatnya pulang,” bujuk Frank.

“Aku harus memastikan istriku baik-baik saja,” tegas Quirinus. Mendadak ia berhenti melangkah, membuat manajernya juga mematung dengan napas terengah. “Kau tidak perlu ikut. Di sini saja!” titahnya kemudian.

Quirinus lalu melanjutkan gerakan kaki. Untuk menuju ke lokasi mobilnya berada, ia harus melewati para crew yang saat ini tengah berkumpul.

Mencoba tidak penasaran karena tatapan semua orang kini terarah pada Quirinus, pria itu tetap memasang wajah datar dan tenang seolah sedang tak memiliki masalah apa pun.

Oke Quirinus tahu kalau pergi saat bekerja itu salah. Maka, setidaknya ia akan pamit dengan sutradara. Tubuhnya sengaja berhenti di depan orang yang bertanggung jawab dengan seluruh proses syuting film tersebut.

“Hari ini aku izin pulang cepat, besok dan lusa akan ku kejar keterlambatan scene bagianku,” ucap Quirinus tanpa nada memaksa, justru terkesan dia merasa bersalah karena tidak bisa bekerja sesuai jadwal hari ini.

Sutradara itu menatap Quirinus tanpa berdiri. Dia cukup mendongak. “Kenapa? Apa karena berita yang sekarang sedang viral?” tebaknya.

Quirinus diam, tidak membenarkan atau menampik. Percuma saja memberi tahu orang lain, sama halnya menguak kehidupan kelamnya di masa lalu. Jadi, lebih baik tak perlu menjelaskan apa-apa.

“Apa aku diizinkan?” Quirinus meminta sekali lagi.

Sutradara itu mengangguk, meski ada kesan tak ikhlas. “Hanya hari ini, tinggal satu scene bagianmu dan lawan mainmu juga kebetulan belum datang sampai sekarang. Jadi, pergilah.” Seolah sudah biasa dengan banyaknya skandal artis, dia tidak terkejut lagi tentang berita Quirinus.

Tapi, sutradara itu justru memberikan nasihat pada Quirinus karena merasa kalau pria itu baru memijak dunia hiburan. “Jika aku boleh memberikan saran, segera klarifikasi tentang berita yang sedang viral, supaya namamu kembali bersih. Citra pemain juga bisa mempengaruhi banyak sedikitnya penonton film yang sedang kita kerjakan ini. Jadi, jangan terlalu lama membiarkan fansmu menerka apakah semuanya bohong atau nyata.”

Quirinus cukup mengangguk dan mengucapkan terima kasih. Dia lekas menuju lokasi parkir. Dan ... siapa sangka, ternyata sudah banyak orang yang ada di sana. Terutama media.

“Qui ... apa benar kau memiliki wanita lain?”

“Istrimu apakah sudah tahu tentang ini?”

“Kenapa diam saja? Ayo katakan sesuatu. Kami butuh jawaban darimu.”

Masih banyak lagi teriakan dari kerumunan orang-orang yang Quirinus sendiri tak kenal. Ia sampai pusing karena suara bersahutan satu sama lain, bagaikan segerombol lebah yang tengah terbang.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***