Part 7

Selepas menurunkan manajernya di apartemen Frank, kebetulan jalan yang dilewati juga searah dengan rumahnya, Quirinus lekas menancap gas untuk kembali. Sepanjang ia bekerja tadi, selalu ingat kalau sang istri ingin jalan-jalan melihat perlengkapan bayi. Hal itu juga yang membuatnya menggebu-gebu segera pulang dan melancarkan acting saat take untuk project barunya.

Quirinus meninggalkan mobil ketika berhasil memarkirkan tepat di depan rumah bergaya rustic yang kental sekali dengan ornamen kayu. Sejak dahulu ia sangat suka nuansa alam karena lebih artistik.

Si calon Daddy yang satu bulan lagi akan memiliki anak itu berhenti melangkah ketika mendapati istri tercinta tengah tertidur di sofa yang ada di ruang santai. Tentu Quirinus lalu menghampiri, tapi tidak membangunkan. Ia cukup bersimpuh di bawah, tepat di samping Annora.

Posisi Annora selalu miring, efek perut buncit. Memudahkan untuk Quirinus menatap rakus wajah wanita itu. Padahal pagi sudah dipandangi tanpa henti, sekarang masih dilanjut. Rasanya memang senyaman itu jatuh cinta pada istrinya.

Quirinus melihat jam yang melingkar di pergelangan, baru pukul sebelas. Untuk jalan-jalan keluar sebenarnya pas sekali. Tapi, ia enggan membangunkan Annora. Jadi, dibiarkan saja hingga terbangun sendiri.

Daripada tak melakukan apa pun, Quirinus lebih baik mengobrol dengan perut yang membawa anaknya saja. Walau belum bisa menanggapi juga, tapi untuk membangun kedekatan sejak dalam kandungan sangatlah perlu.

“Mommymu sekarang banyak tidur, ya. Sepertinya kau di dalam sini bertambah besar terus, membuat kesayangan kita jadi cepat lelah.” Quirinus mengusap pelan dan hati-hati. Bahkan ia merasa mengambang di permukaan kulit, bukan menyentuh langsung.

“Satu bulan lagi, bertahan sampai sembilan bulan. Ku harap kau masih kuat menjalani masa kehamilan ini.” Quirinus beralih mengecup bibir istrinya. Mau ditahan tak menyentuh agar tidak mengganggu tidur, tetap saja sulit karena Annora memiliki magnet yang besar.

“Engh ....” Annora melenguh sembari mengerjapkan mata. “Kenapa cepat sekali? Sudah selesai take semua scene?” tanyanya tanpa merubah posisi sedikit pun.

“Karena aku ingat kau mau beli perlengakapan untuk anak kita. Jadi, sengaja dipercepat.” Quirinus membantu istri tercinta untuk duduk. Dia sangat peka saat Annora sudah menumpukan tangan di sofa dan bersiap mengangkat tubuh.

Selama masa kehamilan, Annora jarang sekali mengeluh atau meminta bantuan secara lisan. Jadi, Quirinus menjadi lebih peka karena merasa memiliki tanggung jawab pada wanita itu.

Berani memperistri seseorang yang terlahir selalu bahagia sejak kecil, membuat Quirinus merasa harus memberikan limpahan kasih sayang yang lebih juga dan tak mau kalau Annora sampai menangis karena dirinya.

“Ku pikir kau akan pulang sore. Tadi setelah yoga, aku ketiduran di sini. Belum mandi.” Annora meringis sebagai permintaan maaf.

“Santai. Aku pulang cepat karena memang ingin menghabiskan waktu lebih banyak bersamamu. Biasanya selalu kembali saat sudah petang.” Quirinus berdiri, lalu mengulurkan kedua tangannya ke hadapan Annora. “Ayo, ku bantu ke kamar mandi.”

Tapi, Annora justru merentangkan tangan. “Gendong, boleh?” pintanya begitu manis.

“Jelas, boleh. Tak ada kata tidak untuk istriku satu-satunya.” Quirinus mempertegas kalimat tersebut, memperjelas bahwa tak akan ada yang lain bisa menggeserkan tahta seorang Annora.

Benar-benar digendong oleh Quirinus. Pria itu membawa Annora ke kamar mandi yang ada di dalam kamar mereka.

Dengan sangat hati-hati Quirinus menurunkan Annora. Dia membantu melepaskan satu persatu kain yang menutupi tubuh seksi kesukaannya.

“Mau ditemani atau sendiri?” tawar Quirinus.

“Sendiri, kau makan saja dulu. Tadi belum sempat sarapan, kan? Aku sudah buatkan pasta di meja makan.”

...........

Pukul satu siang, Annora dan Quirinus sampai juga di pusat perbelanjaan. Mereka berjalan bergandengan. Si wanita terlihat senyum terus, kalau prianya tentu saja akan berubah datar ketika sudah di ruang publik.

Mendadak Annora mengernyitkan dahi saat beberapa kali menengok ke samping, otomatis bisa melihat suasana sekitar dari pantulan di dinding kaca toko. Ia semakin merapatkan tubuh pada sang suami, lalu berbisik. “Kenapa aku merasa kalau kita dibuntuti oleh seseorang, ya?”

Terpopuler

Comments

himmy pratama

himmy pratama

Audy

2024-04-23

0

Fenty Dhani

Fenty Dhani

pasti jalang tadi😔

2024-01-25

0

mamae zaedan

mamae zaedan

kamar mandi ad sofanya,,, holang kaya☺️✌️

2023-11-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!