Penghuni Baru Stok Lama

Ayra menggeliat, tidur panjangnya berhasil mengembalikan kesehatannya. Panasnya sudah turun. Dia mengedipkan matanya beberapa kali, mencoba menetralkan penglihatannya oleh cahaya yang menerobos masuk ke bola matanya.

Ayra segera mengedarkan pandangannya ke sekeliling, lalu terhenti pada tubuh Dewa yang tegap tengah melihat ke arahnya.

"Untuk apa kau melihat ku seperti itu? Sejak kapan kau ada di sana?" tanya Ayra mendudukkan dirinya. Dia sedikit gugup kalau begini. Menerima siap lembut Dewa sungguh membuatnya tidak nyaman, dia lebih memilih mereka saling adu mulut. Itu lebih nyata dari pada harus seperti ini.

"Lo hanya demam, bukan hilang ingatan. Kenapa gue gak bisa masuk ke kamar ini? Ini kamar gue, ingat?" ucap Dewa menyunggingkan senyum.

Ayra jadi malu. Benar kata pria itu bahwa dia 'lah yang punya kamar itu, jadi wajar kalau dia ada di sini.

"Kau tidur seperti mayat. Bagaimana pun membangunkan mu, kau tidak sadar juga," celetuk Dewa memangkas jarak, lalu membaringkan dirinya di atas ranjang. Ayra segera bangkit, tidak nyaman berdua di ranjang itu, tapi belum sempat beranjak, Dewa sudah memegang pergelangan tangannya.

"Tinggalkanlah sebentar. Sepertinya kita gantian, sekarang aku yang gak enak badan," ucapnya telentang, lalu menempelkan punggung tangan Ayra di keningnya.

Rasanya sedikit janggal terdengar, kini Dewa menggunakan kata aku dan kamu dalam kalimat percakapan mereka, seolah hubungan mereka sudah membaik saja.

Ayra sempat ingin menarik, tapi setelah merasakan suhu panas dari tubuh pria itu, maka Ayra membatalkan niatnya. Lagi pula dia ingat, kalau pria itu sudah mengurusnya dengan sangat baik saat sakit tempo hari.

"Kau demam," gumam Ayra melirik wajah Dewa. Syukurlah pria itu saat ini terpejam.

"Mungkin ini menular darimu. Kau harus tanggung jawab. Kau harus merawat ku sampai sembuh," ucap Dewa dengan nada malas. Sebentar bukan menular dari Ayra, saat gadis itu sakit, sebenarnya kondisi tubuh Dewa juga sedang tidak fit.

Setelah begadang satu malam mengurus Ayra, pria itu pun semakin drop.

"Aku masakkan bubur, agar kau bisa minum obat," ucap Ayra menarik tangannya perlahan. Dia masih bisa menangkap gerakan kepala Dewa yang menggeleng sebelum pergi dari sana.

Hanya butuh setengah jam, bubur ayam yang begitu wangi akan kaldu ayam memenuhi ruang kamar mereka. Ayra meletakkan di atas nakas di samping tempat tidur. Pria itu sudah jatuh terlelap dalam tidurnya.

Ayra mengamati sesaat. Sejak dulu, saat pria itu mengucapkan janji suci atas dirinya di hati pernikahan mereka, Ayra menyukai suara dan wajah pria itu. Suara yang lantang dan terdengar yakin saat mengucapkan janji. Wajah Dewa juga begitu memikat hatinya, jika mau jujur, tapi semua itu dia sembunyikan di sudut hatinya terdalam, terlebih saat mendapati bahwa Dewa sangat membencinya.

Gerakan menggeliat Dewa menyadarkan Ayra dari lamunan panjangnya. Dia tidak ingin ketahuan menatap pria itu.

"De- Dewa, bangun," ucapnya pelan. Sedikit berat untuk menyebutkan nama itu dari bibirnya. Benarkah karena sudah saling merawat mereka jadi berteman? Apa kini hubungan mereka membaik?

"Dewa, bangun'lah. Kau harus makan. Ini aku sudah buatkan bubur dan wedang jahe merah untukmu," ucap Ayra sedikit merendahkan tubuhnya. Dia menikmati apa yang saat ini dia lihat. Bibir, hidung, dan rahang tegas pria itu membuat degub jantungnya berirama dan semakin lama semakin cepat.

"Apa-apaan dia ini, mengatai ku tidur seperti mayat, nyatanya dia sendiri juga tidur seperti mayat," desisnya.

Tanpa sadar, Dewa merangkul tubuh Ayra hingga jatuh di dadanya. Entah apa isi mimpi pri situ saat ini, yang pasti dia semakin mengeratkan pelukannya.

Ayra berusaha melepaskan diri, tapi pelukan itu semakin erat. "Aku mohon, tetap'lah di sini, dalam pelukan ku," gumam Dewa yang masih bisa di dengar Ayra.

Perlahan gadis itu pun menjatuhkan pipinya di dada Dewa, mendengarkan debar jantung pria itu yang teratur. Tarikan napasnya juga sudah stabil yang menandakan dirinya juga sudah kembali terlelap.

Sepuluh menit berlalu, Ayra sadar kalau begini terus, bubur yang dia masak akan menjadi dingin, jadi memutuskan untuk kembali membangunkan pria itu.

"Bangun'lah Dewa, kau harus makan. Aku sudah susah payah memasak bubur ini untuk mu," ucapnya menarik diri dari dekapan Dewa, dan kali ini berhasil.

Lalu dengan kuat, Ayra kembali membangunkan Dewa dengan menggoyangkan tubuh pria itu hingga terbangun.

"Kenapa kau gak membiarkan aku tidur? Aku mengantuk sekali, Ay. Jangan jahat padaku, aku lagi sakit, biarkan aku tidur sebentar lagi," celotehnya masih terpejam. Suhu tubuhnya terasa semakin hangat.

"Gak bisa. Kau harus makan dulu, ayo duduk," pinta Ayra dengan nada memohon. Hal itu membuat Dewa akhirnya menurut. Dia duduk dengan punggung bersandar serta beralaskan bantal bulu angsa.

"Ini, sudah dingin, dan siap dimakan," ucapnya menyodorkan mangkok kaca pada Dewa. Pria itu melirik sekilas pada isi mangkok, lalu naik ke wajah Ayra.

"Suapi," pintanya memohon. Mungkin mengingat hubungan mereka yang lama, ini seperti tidak masuk akal, tapi entah mengapa sekarang terdengar sangat... Menyenangkan.

Keduanya saling menatap sesaat, lalu Ayra menunduk malu. Mengambil sendok bubur, mengaduknya lalu menyodorkan pada Dewa. Masih terus menatap wajah cantik Ayra, Dewa membuka mulutnya, melahap bubur itu dengan cepat.

"Enak. Aku mau lagi," ujar Dewa melirik isi mangkok yang sudah kosong. Ayra bahkan sampai memiringkan mangkok itu agar bisa dilihat Dewa. Pria itu hanya mengulum senyum.

"Ini, minumlah. Biar tubuhmu hangat." Ayra menyodorkan gelas berisi wadang yang masih hangat.

Dengan cepat Dewa memegang gelas yang masih dipegang tangan Ayra hingga tangan gadis itu berada di genggaman Dewa, bergerak mendekat ke mulutnya seolah Ayra yang meminumkan ke bibirnya. Pipi Ayra merona, Dewa masih belum mau melepaskan genggaman tangannya.

"Enak sekali. Semua buatan tanganmu sangat enak. Terima kasih," ucapnya menggenggam lebih erat. Matanya masih melekat pada wajah Ayra.

Kenapa baru sekarang menyadari gadis itu lebih dari yang dia pikirkan. Cantik, lembut dan tangannya begitu ajaib bisa membuat semua makanan terasa enak.

"Tidur 'lah. Aku bawa semua ini ke bawah dulu," ucapnya mengambil gelas di tangan Dewa setelah pria itu selesai meminum semua obat yang diberikan Ayra. Sisa obatnya ketika demam kemarin.

"Hai, sedang apa?" suara bariton pria itu membawa tubuh Ayra berputar, menuju asal suara itu.

"Kau? Di sini?" pekik Ayra menghentikan gerakan tangannya yang sedang mencuci piring di wastafel. Dia baru saja selesai memasak untuk makan malam nanti, dan sekarang membersihkan peralatan yang dia pakai.

"Apa aku gak boleh di sini?" Senyum Egi mengembang, melangkah masuk ke dalam dapur dan mengambil satu kursi di meja makan. Duduk dan terus mengamati Ayra yang menyelesaikan pekerjaannya.

"Bukan begitu. Hanya saja aku sedikit terkejut, kau tiba-tiba ada di sini," lanjut Ayra membilas tangannya. Pekerjaannya sudah selesai.

"Biasakan dirimu, karena kau akan lebih sering melihat ku di sini, karena ku penghuni baru stok lama," jawab Egi tertawa renyah.

Terpopuler

Comments

Iroel Airoel

Iroel Airoel

kok ada yg ndak nyambung ya
saat dewa sakit
tiba2 ada egi

2023-04-21

0

lihat semua
Episodes
1 Rencana Pernikahan
2 Tinggal Satu Atap
3 Sampah yang dipungut
4 Hari Pertama jadi Mantu
5 Tanyakan pada Ibumu
6 Penolong
7 Ternyata Kamu!
8 Lo Istri Gue
9 Pemotretan
10 Penyesalan
11 Masuk Bui
12 Pelukan Tak Sadar
13 Sentuhan Pertama
14 Anak Pembangkang
15 Kejujuran Egi
16 Demam Buat Khawatir
17 Kenapa Harus Melihat mu
18 Penghuni Baru Stok Lama
19 Permintaan Dewa
20 Permintaan Yang Mustahil
21 Kursus Masak
22 Semakin Terpikat
23 Aku Minta Maaf
24 Siasat Maya
25 Perhatian Dewa
26 Izin Suami
27 Suami Pencemburu
28 Pertolongan Egi
29 Jadi Bintang Iklan
30 Resah dan Gelisah
31 Tidak Takut Lagi
32 Kisah Kelam Egi
33 Melampaui Batas
34 Ingin Bercerai Atau Tidak?
35 Bukan Pengemis Cinta
36 Angkat Kaki Dari Rumah Mertua
37 Ciuman Paksa
38 Mengintai
39 Kabar Perceraian
40 Partner Kerja
41 Sidang Pertama
42 Grand Opening
43 Pelanggan Pertama
44 Pembagian Harta
45 Baku Hantam
46 Kecupan Saat Tidur
47 Donor Darah
48 Saling Jujur
49 Dukungan Dito
50 Sulitnya Berkata Jujur
51 Masuk Bui
52 Biarkan Aku memelukmu Sebentar Lagi
53 Jawaban Rasa penasaran
54 Jujur Membuat Hati Lebih Tenang
55 Memohon Pada Egi
56 Membujuk Ayra
57 Pengorbanan Ayra
58 Kita Putus
59 Penyesalan datang Terlambat
60 Rencana Pernikahan
61 Ah, Rindu!
62 Bisa Membuatmu Cinta Padaku
63 Penolakan di Pagi Hari
64 Dimana Dewa?
65 Perkenalan
66 Menuntut Hak Sebagai Suami
67 Enjoy Your Life
68 Gadis Asing
69 Dua Orang Asing
70 Menunaikan Kewajiban Sebagai Istri
71 Rasa Bersalah
72 Mengangkat Anak
73 Masih Tetap Merindukan mu
74 Rasa Sakit Ditinggalkan
75 Hanya Sekedar Teman
76 Solusi Dari Mahen
77 Ajakan Menikah
78 Menikah Siri
79 Ketahuan Berselingkuh
80 Melabrak Selingkuhan
81 Vina Terjatuh
82 Tinggal Bersama
83 Apa Kabar, Ayra?
84 Ketahuan
85 Ceraikan Ayra!
86 Pengakuan Egi
87 Permintaan Maaf
88 Harus Berpisah
89 Harapan Untuk Bahagia
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Rencana Pernikahan
2
Tinggal Satu Atap
3
Sampah yang dipungut
4
Hari Pertama jadi Mantu
5
Tanyakan pada Ibumu
6
Penolong
7
Ternyata Kamu!
8
Lo Istri Gue
9
Pemotretan
10
Penyesalan
11
Masuk Bui
12
Pelukan Tak Sadar
13
Sentuhan Pertama
14
Anak Pembangkang
15
Kejujuran Egi
16
Demam Buat Khawatir
17
Kenapa Harus Melihat mu
18
Penghuni Baru Stok Lama
19
Permintaan Dewa
20
Permintaan Yang Mustahil
21
Kursus Masak
22
Semakin Terpikat
23
Aku Minta Maaf
24
Siasat Maya
25
Perhatian Dewa
26
Izin Suami
27
Suami Pencemburu
28
Pertolongan Egi
29
Jadi Bintang Iklan
30
Resah dan Gelisah
31
Tidak Takut Lagi
32
Kisah Kelam Egi
33
Melampaui Batas
34
Ingin Bercerai Atau Tidak?
35
Bukan Pengemis Cinta
36
Angkat Kaki Dari Rumah Mertua
37
Ciuman Paksa
38
Mengintai
39
Kabar Perceraian
40
Partner Kerja
41
Sidang Pertama
42
Grand Opening
43
Pelanggan Pertama
44
Pembagian Harta
45
Baku Hantam
46
Kecupan Saat Tidur
47
Donor Darah
48
Saling Jujur
49
Dukungan Dito
50
Sulitnya Berkata Jujur
51
Masuk Bui
52
Biarkan Aku memelukmu Sebentar Lagi
53
Jawaban Rasa penasaran
54
Jujur Membuat Hati Lebih Tenang
55
Memohon Pada Egi
56
Membujuk Ayra
57
Pengorbanan Ayra
58
Kita Putus
59
Penyesalan datang Terlambat
60
Rencana Pernikahan
61
Ah, Rindu!
62
Bisa Membuatmu Cinta Padaku
63
Penolakan di Pagi Hari
64
Dimana Dewa?
65
Perkenalan
66
Menuntut Hak Sebagai Suami
67
Enjoy Your Life
68
Gadis Asing
69
Dua Orang Asing
70
Menunaikan Kewajiban Sebagai Istri
71
Rasa Bersalah
72
Mengangkat Anak
73
Masih Tetap Merindukan mu
74
Rasa Sakit Ditinggalkan
75
Hanya Sekedar Teman
76
Solusi Dari Mahen
77
Ajakan Menikah
78
Menikah Siri
79
Ketahuan Berselingkuh
80
Melabrak Selingkuhan
81
Vina Terjatuh
82
Tinggal Bersama
83
Apa Kabar, Ayra?
84
Ketahuan
85
Ceraikan Ayra!
86
Pengakuan Egi
87
Permintaan Maaf
88
Harus Berpisah
89
Harapan Untuk Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!