Penyesalan

"Kamu benar-benar harus pulang sekarang? Kita makan dulu, ya?" tawar Egi masih ingin bersama gadis itu.

"Maaf, Gi, tapi aku harus segera pulang. Sebelum mert- majikan aku pulang," ucap ya meralat omongannya.

Egi menarik tangan Ayra. Walau tidak sedikit terkejut dengan pegangan tangan itu, Ayra tetap mengikuti langkah Egi. Pria itu membawanya ke dalam ruang, duduk di sofa coklat yang empuk.

"Sorry, Ay, kalau kamu memang tertekan bekerja di sana, kamu bisa bekerja dengan aku. Jadi asisten ku?" tawar Egi yang ingin mengeluarkan Ayra dari lobang singa.

Ayra menarik napas panjang lalu mengeluarkan pelan. Ditatapnya Egi sesaat, dia yakin, Egi adalah pria yang baik. Walaupun mereka baru saja berkenalan namun, melihat karyawan yang bekerja dengannya begitu menghormati dan juga sangat dekat dengannya, membuat Ayra semakin yakin bahwa Egi bukan pria kaya yang sombong, dan dia tulus mau berteman dengan Ayra.

Jadi, mungkin Ayra bisa bercerita kepadanya, tanpa merasa terbebani dan takut bahwa cerita itu akan sampai ke telinga keluarga mertuanya.

"Gi, aku gak bisa menerima kebaikanmu walaupun aku sangat ingin," ujarnya mencoba memikirkan kalimat yang tepat.

"Kenapa nggak bisa? Apa yang membuatmu sulit untuk keluar dari rumah itu? Kau harus percaya padaku, aku bisa membantumu," ucap Egi dengan tatapan serius.

Ayra menggigit bibir bawahnya, ada kebimbangan di hati, apakah dia memang pantas untuk membuka rahasia ini kepada Egi yang notabene adalah orang luar? Tapi bukankah mereka ini sudah menjadi teman? Setidaknya Egi adalah teman pertama di Jakarta ini.

"Aku minta maaf kepadamu karena selama ini sudah berbohong," ucapnya lemah. Memulai membuka jati dirinya.

"Maksudmu?" tanya Egi menurutkan kening, kebohongan apa yang dibuat gadis itu sehingga membuat wajahnya tampak merasa sangat bersalah.

"Sebenarnya aku bukan pelayan di rumah itu tapi menantu yang tidak dianggap. Mungkin statusku adalah menantu tapi pada kenyataannya mereka memperlakukan aku seperti pelayan hina. Mertuaku membenciku bahkan selalu menjahatiku. Setiap hari menindas, tanpa ada rasa bersalah sedikitpun. Pelayan saja masih digaji, tapi aku? Yang ada setiap hari dimarahi," jawab Ayra. Akhirnya membukakan cerita itu kepada Egi.

Seketika tubuh Egi membeku, wajahnya pias menatap lekat wajah Ayra. Dia tidak salah dengarkan? Telinganya sepertinya masih berfungsi dengan baik. Lantas apa kata Ayra tadi? Dia menantu di keluarga itu? Berarti dia telah menikah dengan...

"Kamu menantu di rumah itu? Kamu jadi menikah dengan anak yang punya rumah?" tanya Egi ingin memastikan. Walaupun sepertinya tidak perlu mengajukan pertanyaan itu, karena di dalam hatinya, dia sudah bisa menebak ujung dari cerita ini.

Egi semakin pucat. Pernikahan yang dia hindari saat itu, dia pikir akan dibatalkan oleh ayahnya karena ketidakhadiran dirinya, nyatanya justru tetap dilangsungkan.

Ayra mengangguk lemah, terasa sangat terbebani hanya untuk mengakui sebagai mantu dari keluarga kaya itu karena memang dia tidak dianggap.

"Udah sore, aku balik dulu. Terima kasih banyak untuk bantuanmu kali ini dan terima kasih untuk honor yang sangat banyak ini," ucap Ayra mengangkat amplop itu lalu memasukkannya ke dalam tas ranselnya. Kemudian Ayra segera bangkit dan mengulurkan tangan kepada Egi sebagai ucapan terima kasihnya.

Dengan gemetar Egi menerima uluran tangan wanita itu. Seperti mimpi buruk yang sudah menamparnya hingga tersadar.

Egi bahkan tidak mengantar Ayra keluar. Dia masih termangu di tempat duduknya, menyambungkan satu persatu kalimat yang tadi diucapkan Ayra.

***

Godaan untuk singgah ke counter penjual ponsel begitu berat untuk ditolak Ayra hingga meminta kang ojek untuk berhenti di tempat yang dia lalui.

Banyak pilihan warna dan tipe dari berbagai merk yang menggoda hatinya dan pastinya sangat bagus-bagus.

Dia harus pintar menggunakan yang itu, jadi memilih ponsel yang standar saja, yang penting punya ponsel baru yang tidak perlu dikaretin karena baterai yang menggembung.

Setelah tawar-menawar, Ayra menjatuhkan pilihannya pada satu merk ponsel standar tapi bagi Ayra sudah sangat bagus. Harga dua juga lima ratus ribu, tapi fitur di dalamnya sudah lengkap.

Penuh rasa suka cita, Aira kembali pulang ke rumah. Semuanya tampak sempurna karena tepat saat dia sudah tiba di rumah, mertuanya belum juga pulang.

"Apa ini Neng?" tanya Ijah yang terkejut kala Ayra menyelipkan lima lembar uang merah ke tangannya, bersama bungkusan plastik yang berisi rujak yang Ayra beli tadi ketika singgah membeli ponsel.

"Bagi-bagi rezeki. Aku dapat kerjaan, membantu teman dan diberi imbalan jadi mau berbagi sama bibi. Terima kasih ya sudah mengizinkan ku pergi," ucap Ayra merangkul bi Ijah.

Ayra naik ke kamar. Menyimpan uangnya dengan hati-hati di lipatan kain dalam kopernya, lalu setelahnya mandi.

Merasa gembira dengan ponsel barunya, Ayra mengotak-atik hingga subuh dan akhirnya bangun ke siangan.

"Bangun!" hardik Maya dengan lantang. Wanita itu bahkan menggebuk Ayra dengan bantal agar bangun.

"I-ibu," pekiknya kaget. Diliriknya jam pada dinding, pukul tujuh pagi, habislah dia jadi bulan-bulanan Maya lagi.

"Ayra bego, kenapa bangun sampe kesiangan gini? Dasar kampung kamu emang, punya ponsel baru seheboh ini, sampe gak tidur!" batinnya turun dari ranjang.

"Dasar tidak berguna, benalu! Kau sudah merasa jadi nyonya, bangun siang dan hanya berleha-leha? Cepat kau bersihkan kebun di belakang!" perintah Maya berkacak pinggang. Ayra segera lari menuju kamar mandi untuk membasuh wajahnya.

Maya sudah akan berbalik keluar dari kamar, namun langkahnya terhenti kala pandangannya melihat ponsel baru milik Ayra. Dengan cepat Maya mengambil ponsel itu dan memperhatikan dengan seksama, kecurigaan besar muncul dalam hatinya.

Tepat saat itu Ayra keluar dari kamar mandi, mendapati ibunya yang tengah menggenggam ponsel barunya sembari mengamati benda itu.

"Dari mana kau mendapatkan ini?" tanya Maya dengan garang, tidak ada yang benar dalam pikirannya mengenai Ayra, semua hal buruk kini membalut gadis itu di matanya.

"Itu...," kalimat Ayra terjeda. Dia tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya bahwa seseorang memintanya untuk menjadi model. Maya tidak akan percaya bahkan kalaupun percaya tetap saja dia akan kena marah karena sudah berani pergi keluar rumah tanpa seizin mertua ataupun suaminya, terlebih orang yang mengajak bekerja sama adalah seorang pria asing yang baru dua kali dia temui.

"Kenapa kamu tidak bisa jawab? Itu karena kamu memang mencurinya! Kamu pasti sudah mencuri uang di rumah ini!" teriak Maya lalu bergerak menuju ambang pintu, dari sana dia berteriak memanggil Ijah, meminta pelayan itu untuk naik ke atas.

"Iya Bu, ada apa?" tanya Ijah yang tampak ngos-ngosan setelah menaiki tangga.

"Segera seret koper gadis itu, aku ingin membongkar barang-barang miliknya. Aku yakin dia pasti sudah mencuri di rumah ini hingga bisa membeli ponsel baru ini!" seru Maya. Ijah bimbang sesaat, menatap Ayra yang kini juga tengah pucat pasi. Ada rasa enggan, tapi dia juga tidak kuasa menolak perintah majikannya.

"Kenapa kau diam? Ambil kopernya!"

Ijah tidak punya pilihan lain selain melakukan yang diperintahkan majikannya. "Sekarang keluarkan pakaiannya satu persatu!"

Kembali Ijah tidak punya pilihan lain selain mengikuti kemauan Maya. Satu persatu pakaian Ayra dikeluarkan serta dikibaskan, hingga pada baju kaosnya yang ke-lima, sebuah amplop coklat jatuh dan uang yang berada di dalam amplop itu berhamburan di lantai.

"Dasar pencuri!"

Terpopuler

Comments

Siti Fatimah

Siti Fatimah

tuh kan udah nebak pasti terjadi Ayra di tuduh mencuri uang , ah Ayra kenapa jadi bodoh sih ..

2023-04-12

2

Iroel Airoel

Iroel Airoel

semoga egi datang

2023-04-12

1

Tock

Tock

Semoga ayra diusir trus kerja bareng egi jd orang sukses, berikan karma utk dewa n ibunya kak

2023-04-12

1

lihat semua
Episodes
1 Rencana Pernikahan
2 Tinggal Satu Atap
3 Sampah yang dipungut
4 Hari Pertama jadi Mantu
5 Tanyakan pada Ibumu
6 Penolong
7 Ternyata Kamu!
8 Lo Istri Gue
9 Pemotretan
10 Penyesalan
11 Masuk Bui
12 Pelukan Tak Sadar
13 Sentuhan Pertama
14 Anak Pembangkang
15 Kejujuran Egi
16 Demam Buat Khawatir
17 Kenapa Harus Melihat mu
18 Penghuni Baru Stok Lama
19 Permintaan Dewa
20 Permintaan Yang Mustahil
21 Kursus Masak
22 Semakin Terpikat
23 Aku Minta Maaf
24 Siasat Maya
25 Perhatian Dewa
26 Izin Suami
27 Suami Pencemburu
28 Pertolongan Egi
29 Jadi Bintang Iklan
30 Resah dan Gelisah
31 Tidak Takut Lagi
32 Kisah Kelam Egi
33 Melampaui Batas
34 Ingin Bercerai Atau Tidak?
35 Bukan Pengemis Cinta
36 Angkat Kaki Dari Rumah Mertua
37 Ciuman Paksa
38 Mengintai
39 Kabar Perceraian
40 Partner Kerja
41 Sidang Pertama
42 Grand Opening
43 Pelanggan Pertama
44 Pembagian Harta
45 Baku Hantam
46 Kecupan Saat Tidur
47 Donor Darah
48 Saling Jujur
49 Dukungan Dito
50 Sulitnya Berkata Jujur
51 Masuk Bui
52 Biarkan Aku memelukmu Sebentar Lagi
53 Jawaban Rasa penasaran
54 Jujur Membuat Hati Lebih Tenang
55 Memohon Pada Egi
56 Membujuk Ayra
57 Pengorbanan Ayra
58 Kita Putus
59 Penyesalan datang Terlambat
60 Rencana Pernikahan
61 Ah, Rindu!
62 Bisa Membuatmu Cinta Padaku
63 Penolakan di Pagi Hari
64 Dimana Dewa?
65 Perkenalan
66 Menuntut Hak Sebagai Suami
67 Enjoy Your Life
68 Gadis Asing
69 Dua Orang Asing
70 Menunaikan Kewajiban Sebagai Istri
71 Rasa Bersalah
72 Mengangkat Anak
73 Masih Tetap Merindukan mu
74 Rasa Sakit Ditinggalkan
75 Hanya Sekedar Teman
76 Solusi Dari Mahen
77 Ajakan Menikah
78 Menikah Siri
79 Ketahuan Berselingkuh
80 Melabrak Selingkuhan
81 Vina Terjatuh
82 Tinggal Bersama
83 Apa Kabar, Ayra?
84 Ketahuan
85 Ceraikan Ayra!
86 Pengakuan Egi
87 Permintaan Maaf
88 Harus Berpisah
89 Harapan Untuk Bahagia
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Rencana Pernikahan
2
Tinggal Satu Atap
3
Sampah yang dipungut
4
Hari Pertama jadi Mantu
5
Tanyakan pada Ibumu
6
Penolong
7
Ternyata Kamu!
8
Lo Istri Gue
9
Pemotretan
10
Penyesalan
11
Masuk Bui
12
Pelukan Tak Sadar
13
Sentuhan Pertama
14
Anak Pembangkang
15
Kejujuran Egi
16
Demam Buat Khawatir
17
Kenapa Harus Melihat mu
18
Penghuni Baru Stok Lama
19
Permintaan Dewa
20
Permintaan Yang Mustahil
21
Kursus Masak
22
Semakin Terpikat
23
Aku Minta Maaf
24
Siasat Maya
25
Perhatian Dewa
26
Izin Suami
27
Suami Pencemburu
28
Pertolongan Egi
29
Jadi Bintang Iklan
30
Resah dan Gelisah
31
Tidak Takut Lagi
32
Kisah Kelam Egi
33
Melampaui Batas
34
Ingin Bercerai Atau Tidak?
35
Bukan Pengemis Cinta
36
Angkat Kaki Dari Rumah Mertua
37
Ciuman Paksa
38
Mengintai
39
Kabar Perceraian
40
Partner Kerja
41
Sidang Pertama
42
Grand Opening
43
Pelanggan Pertama
44
Pembagian Harta
45
Baku Hantam
46
Kecupan Saat Tidur
47
Donor Darah
48
Saling Jujur
49
Dukungan Dito
50
Sulitnya Berkata Jujur
51
Masuk Bui
52
Biarkan Aku memelukmu Sebentar Lagi
53
Jawaban Rasa penasaran
54
Jujur Membuat Hati Lebih Tenang
55
Memohon Pada Egi
56
Membujuk Ayra
57
Pengorbanan Ayra
58
Kita Putus
59
Penyesalan datang Terlambat
60
Rencana Pernikahan
61
Ah, Rindu!
62
Bisa Membuatmu Cinta Padaku
63
Penolakan di Pagi Hari
64
Dimana Dewa?
65
Perkenalan
66
Menuntut Hak Sebagai Suami
67
Enjoy Your Life
68
Gadis Asing
69
Dua Orang Asing
70
Menunaikan Kewajiban Sebagai Istri
71
Rasa Bersalah
72
Mengangkat Anak
73
Masih Tetap Merindukan mu
74
Rasa Sakit Ditinggalkan
75
Hanya Sekedar Teman
76
Solusi Dari Mahen
77
Ajakan Menikah
78
Menikah Siri
79
Ketahuan Berselingkuh
80
Melabrak Selingkuhan
81
Vina Terjatuh
82
Tinggal Bersama
83
Apa Kabar, Ayra?
84
Ketahuan
85
Ceraikan Ayra!
86
Pengakuan Egi
87
Permintaan Maaf
88
Harus Berpisah
89
Harapan Untuk Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!