Kejujuran Egi

Egi segera menangkap pergelangan tangan Ayra saat gadis itu berniat meninggalkan kursinya. Semua penghuni ruangan itu sudah pergi, tersisa hanya dirinya dan juga Egi.

Dia marah, sekaligus benci pada Egi. Tidak ingin bicara dengan pria yang sudah membuangnya bahkan sebelum mereka bertemu.

"Dengarkan penjelasan ku dulu, Ay," ucapnya menghentikan langkah Ayra.

"Lepaskan tanganku." Ayra menyentak tangan Egi agar terlepas. Dia menatap marah pada Egi.

"Aku gak akan melepaskan sebelum kamu mau bicara denganku!" Egi memaksa, mereka harus bicara agar bisa menjelaskan semuanya, sekaligus meminta maaf pada Ayra.

Terdengar helaan napas Ayra yang berat. Dia yakin, Egi tidak akan melepaskannya sebelum berhasil berbicara, jadi memutuskan untuk mengikuti kemauan pria itu. Egi mengajak Ayra untuk bicara di taman belakang. Mengambil tempat bersebelahan, keduanya tidak langsung bicara. Egi juga bingung harus memulai dari mana.

"Katanya mau ngomong, kenapa diam?" hardik Ayra ketus, sama sekali tidak bersahabat.

"Jangan ketus begitu dong, Ay. Aku jadi makin gugup ini," jawab Egi salah tingkah.

"Ya cepetan ngomong. Aku ngantuk mau tidur!"

"Aku tahu kamu marah. Aku juga tahu kamu kecewa, ak-"

"Sejak awal kamu udah tahu kalau aku adalah gadis yang kau tinggalkan di hari pernikahan?' sambar Ayra memotong pembicaraan Egi yang buat pria itu semakin terpojok.

"Sumpah Ay, kalau aku tahu kamu orang yang akan aku nikahi, aku gak akan meninggalkan mu," sambar Egi terus terang, sekaligus tanpa sadar sudah mengungkapkan perasaannya pada Ayra. Itu benar, kalau saja Egi tahu kalau gadis yang dijodohkan padanya adalah gadis seperti Ayra, dia tidak akan pergi.

"Lalu sejak kapan kamu tahu?" suara Ayra melembut. Dia tersentuh atas pengakuan jujur Egi.

"Waktu aku tanya apa hubungan mu dengan keluarga itu, kalau mengatakan bahwa kau adalah pelayan, tidak mengakui bahwa karena itu jadi aku pikir kau memang pelayan," jawab Egi. "Barulah setelah kau berita di studio foto waktu itu aku mengetahui kebenarannya. Dan kau tahu, aku sangat menyesal mundur di hari pernikahan kita," lanjut Egi menatap Ayra sendu. Hanya dia yang tahu seberapa besar penyesalannya karena sudah meninggalkan garis itu di hari pernikahan mereka

"Sudahlah, lupakan saja," jawab Ayra pelan. Himpitan di dadanya sudah berkurang setelah mendengar penjelasan Egi. Pria itu punya alasan sendiri mengapa dia harus menghindar dari pernikahan ini. Seandainya pun dia punya kesempatan, Ayra juga tidak akan mungkin mau menerimanya.

"Aku gak bisa memaafkan diriku atas perbuatan bodohku. Harusnya aku yang menikah denganmu. Aku yang harusnya menjadi suami mu saat ini, Ay!" ucap Egi. "Kalau aku tidak pergi saat itu, kau tidak akan menderita seperti ini. Ibu dan anak itu memang tidak punya hati nurani. Ay, minta lah cerai dari Dewa. Tinggalkan rumah ini!"

Ayra diam, tidak tahu harus menanggapi perkataan Egi. Dia menunduk, memikirkan ucapan pria itu. Dia tahu Egi mengatakan hal itu hanya karena merasa kasihan padanya.

Takdir memang suka bercanda dengannya. Dipertemukan dengan pria sebaik Egi setelah semua ini terjadi padanya.

"Aku ingin sekali, tapi itu gak mungkin, kan? Aku gak mau menyakiti perasaan Om Dito yang sudah sangat baik padaku," jawab Ayra menunduk. Meremas jemarinya karena merasakan kesal luar biasa pada keadaannya saat ini.

"Aku akan bicara dengan Papa. Dia juga pasti akan mengerti, kalau kau terus menjadi istri Dewa, maka Maya akan selalu menyakiti mu," ucap Egi meyakinkan Ayra.

***

Ayra menaiki anak tangga dengan menunduk. Dia memikirkan semua perkataan Egi serta saran pria itu untuk pergi dari rumah ini.

"Aku akan memikirkannya," jawab Ayra sebelum pria itu pamit pulang tadi.

Tinggallah Ayra terpenjara oleh pikirannya sendiri. Dia berhenti di depan pintu kamar mereka. Dia malas sekali untuk masuk ke kamar itu, tapi dimana lagi dia tidur kalau bukan di sana?

"Untuk apa lagi kau kemari? Aku pikir kau akan ikut pergi dengannya!" sapa Dewa tanpa menurunkan pandangannya dari layar ponsel. Pria itu berbaring di atas ranjang, bersiap untuk tidur.

Ayra mencoba tidak terpancing atas kalimat Dewa yang mencoba memprovokasi diri. "Jangan ditanggapi, Nay. Anggap aja setan!" gumam Ayra. Gadis itu terus melangkah ke kamar mandi, ingin mencuci wajah dan kakinya.

"Kau memaki ku?" hardik Dewa yang sudah mendudukkan dirinya. Dia tidak akan membiarkan Ayra tidak memedulikan.

Apa gadis itu tidak tahu, selama Ayra di bawah, berbicara dengan Egi, dia mondar-mandir di kamar, menunggu kedatangan Ayra dengan resah. Berulang kali melihat dari arah balkon kamar, mobil Egi masih ada di sana.

"Brengsek! Apa yang sedang mereka bahas, kenapa lama sekali!" umpatnya mengepal tinju. Setelah naik ke kamar sesaat setelah Dito masuk kamar, Dewa kembali turun untuk memanggil Ayra, ada yang ingin dia bicarakan secara serius. Tapi melihat Ayra mengikuti langkah Egi keluar rumah, Dewa hanya bisa mendengus kesal dan kembali ke kamarnya.

"Aku gak memaki mu!" jawab Ayra acuh.

"Tapi aku melihat gerakan bibirmu tadi!" Dewa sudah bangkit dan berjalan mendekati Ayra.

"Terserah!" seru Ayra berbalik, tapi tertahan oleh tangan Dewa yang menangkap pergelangan nya.

"Apa yang sedang kalian bahas? Ada hubungan apa kau dengan pria brengsek itu?" hardik Dewa mulai memanas. Dia benci kalau Ayra mengabaikan nya.

"Lepaskan tanganmu!" seru Ayra menarik tangannya tapi tidak berhasil karena tenaga Dewa yang begitu kuat.

"Jawab dulu!"

"Bukan urusanmu!" jawab Ayra tidak mau kalah.

"Jadi urusanku karena kau istriku!"

Ayra menatap marah pada Dewa. Apa katanya? Istri? Cih!

"Kalau kau tidak mau jawab, aku akan laporkan pada papa, kalau kau selingkuh dengan pria bajingan itu!" ancam Dewa tanpa berpikir. Alhasil, ucapannya hanya akan membuat Ayra semakin benci.

"Dasar pria brengsek! Kamu menuduh Egi brengsek, padahal kau yang bajingan! Aku tidak selingkuh dengan Egi. Aku bekerja dengannya untuk mendapatkan uang!" Air mata Ayra turun, menggeretak kan giginya penuh amarah.

Dewa terdiam, dia bisa melihat luka di bola mata gadis itu. Tangannya melepaskan tangan Ayra dan sejurus Ayra berlalu masuk ke kamar mandi.

Dewa terduduk di tepi ranjang, menyesali perkataannya. Dia cemburu, tentu saja tidak akan diakuinya. Dia tidak suka melihat Ayra dekat dengan Egi. Dia pria, tahu betul cara Egi menatap Ayra menunjukkan kalau kakak tirinya itu punya rasa pada istrinya.

Ayra keluar setelah membasuh wajahnya. Matanya tampak merah, yang ditebak Dewa pasti menangis di kamar mandi tadi. Penyesalan selalu datang terlambat, dan Dewa merasakannya saat ini.

Hingga menjelang subuh, Dewa masih mendengar suara Ayra yang menangis. Gadis itu berbaring di sofa tempatnya biasa tidur. Dia ingin sekali menawarkan agar mereka berbagi ranjang saja, tapi pasti akan ditolak gadis itu. Bahkan mungkin saja dimaki.

Paginya, Dewa berangkat ke kantor lebih pagi, meninggalkan Ayra yang masih tertidur. Awalnya Dewa juga merasa aneh, biasanya gadis itu bangun sangat pagi.

***

Ayra terbangun karena desakan ingin ke kamar mandi. Kepalanya sangat pusing dan tubuhnya demam tinggi. Dia mendudukkan tubuhnya, memandang ke sekeliling kamar, tidak ada siapapun lagi. Lalu pandangannya tertuju pada beberapa lembar uang merah yang terletak di meja. Uang yang sangat banyak, beserta secarik kertas yang pesannya ditujukan untuknya.

"Ini uang bulanan mu. Jangan pernah lagi bekerja pada siapapun, terlebih dengan pria brengsek itu!"

Terpopuler

Comments

Katherina Ajawaila

Katherina Ajawaila

jgn di ambil Ay, Dewa sm. dengan mmnya, otak. licik

2025-03-31

0

Wirda Wati

Wirda Wati

😭😭😭😭

2025-01-23

0

nonsayu

nonsayu

nyesek aku Thor bacanya🥺

2023-04-30

0

lihat semua
Episodes
1 Rencana Pernikahan
2 Tinggal Satu Atap
3 Sampah yang dipungut
4 Hari Pertama jadi Mantu
5 Tanyakan pada Ibumu
6 Penolong
7 Ternyata Kamu!
8 Lo Istri Gue
9 Pemotretan
10 Penyesalan
11 Masuk Bui
12 Pelukan Tak Sadar
13 Sentuhan Pertama
14 Anak Pembangkang
15 Kejujuran Egi
16 Demam Buat Khawatir
17 Kenapa Harus Melihat mu
18 Penghuni Baru Stok Lama
19 Permintaan Dewa
20 Permintaan Yang Mustahil
21 Kursus Masak
22 Semakin Terpikat
23 Aku Minta Maaf
24 Siasat Maya
25 Perhatian Dewa
26 Izin Suami
27 Suami Pencemburu
28 Pertolongan Egi
29 Jadi Bintang Iklan
30 Resah dan Gelisah
31 Tidak Takut Lagi
32 Kisah Kelam Egi
33 Melampaui Batas
34 Ingin Bercerai Atau Tidak?
35 Bukan Pengemis Cinta
36 Angkat Kaki Dari Rumah Mertua
37 Ciuman Paksa
38 Mengintai
39 Kabar Perceraian
40 Partner Kerja
41 Sidang Pertama
42 Grand Opening
43 Pelanggan Pertama
44 Pembagian Harta
45 Baku Hantam
46 Kecupan Saat Tidur
47 Donor Darah
48 Saling Jujur
49 Dukungan Dito
50 Sulitnya Berkata Jujur
51 Masuk Bui
52 Biarkan Aku memelukmu Sebentar Lagi
53 Jawaban Rasa penasaran
54 Jujur Membuat Hati Lebih Tenang
55 Memohon Pada Egi
56 Membujuk Ayra
57 Pengorbanan Ayra
58 Kita Putus
59 Penyesalan datang Terlambat
60 Rencana Pernikahan
61 Ah, Rindu!
62 Bisa Membuatmu Cinta Padaku
63 Penolakan di Pagi Hari
64 Dimana Dewa?
65 Perkenalan
66 Menuntut Hak Sebagai Suami
67 Enjoy Your Life
68 Gadis Asing
69 Dua Orang Asing
70 Menunaikan Kewajiban Sebagai Istri
71 Rasa Bersalah
72 Mengangkat Anak
73 Masih Tetap Merindukan mu
74 Rasa Sakit Ditinggalkan
75 Hanya Sekedar Teman
76 Solusi Dari Mahen
77 Ajakan Menikah
78 Menikah Siri
79 Ketahuan Berselingkuh
80 Melabrak Selingkuhan
81 Vina Terjatuh
82 Tinggal Bersama
83 Apa Kabar, Ayra?
84 Ketahuan
85 Ceraikan Ayra!
86 Pengakuan Egi
87 Permintaan Maaf
88 Harus Berpisah
89 Harapan Untuk Bahagia
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Rencana Pernikahan
2
Tinggal Satu Atap
3
Sampah yang dipungut
4
Hari Pertama jadi Mantu
5
Tanyakan pada Ibumu
6
Penolong
7
Ternyata Kamu!
8
Lo Istri Gue
9
Pemotretan
10
Penyesalan
11
Masuk Bui
12
Pelukan Tak Sadar
13
Sentuhan Pertama
14
Anak Pembangkang
15
Kejujuran Egi
16
Demam Buat Khawatir
17
Kenapa Harus Melihat mu
18
Penghuni Baru Stok Lama
19
Permintaan Dewa
20
Permintaan Yang Mustahil
21
Kursus Masak
22
Semakin Terpikat
23
Aku Minta Maaf
24
Siasat Maya
25
Perhatian Dewa
26
Izin Suami
27
Suami Pencemburu
28
Pertolongan Egi
29
Jadi Bintang Iklan
30
Resah dan Gelisah
31
Tidak Takut Lagi
32
Kisah Kelam Egi
33
Melampaui Batas
34
Ingin Bercerai Atau Tidak?
35
Bukan Pengemis Cinta
36
Angkat Kaki Dari Rumah Mertua
37
Ciuman Paksa
38
Mengintai
39
Kabar Perceraian
40
Partner Kerja
41
Sidang Pertama
42
Grand Opening
43
Pelanggan Pertama
44
Pembagian Harta
45
Baku Hantam
46
Kecupan Saat Tidur
47
Donor Darah
48
Saling Jujur
49
Dukungan Dito
50
Sulitnya Berkata Jujur
51
Masuk Bui
52
Biarkan Aku memelukmu Sebentar Lagi
53
Jawaban Rasa penasaran
54
Jujur Membuat Hati Lebih Tenang
55
Memohon Pada Egi
56
Membujuk Ayra
57
Pengorbanan Ayra
58
Kita Putus
59
Penyesalan datang Terlambat
60
Rencana Pernikahan
61
Ah, Rindu!
62
Bisa Membuatmu Cinta Padaku
63
Penolakan di Pagi Hari
64
Dimana Dewa?
65
Perkenalan
66
Menuntut Hak Sebagai Suami
67
Enjoy Your Life
68
Gadis Asing
69
Dua Orang Asing
70
Menunaikan Kewajiban Sebagai Istri
71
Rasa Bersalah
72
Mengangkat Anak
73
Masih Tetap Merindukan mu
74
Rasa Sakit Ditinggalkan
75
Hanya Sekedar Teman
76
Solusi Dari Mahen
77
Ajakan Menikah
78
Menikah Siri
79
Ketahuan Berselingkuh
80
Melabrak Selingkuhan
81
Vina Terjatuh
82
Tinggal Bersama
83
Apa Kabar, Ayra?
84
Ketahuan
85
Ceraikan Ayra!
86
Pengakuan Egi
87
Permintaan Maaf
88
Harus Berpisah
89
Harapan Untuk Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!