Penolong

"Ngadu apa kamu sama Dewa? Kamu pasti ingin mengadu domba kami, ya? Kamu pikir dengan mengadu pada Dewa, dia bakal bela kamu?" bentak Maya sembari menoyor kepala Ayra. Gadis itu sedang membantu Ijah mencuci piring.

Kemarin malam, Dewa yang berpapasan dengan ibunya di ruang tengah, mempertanyakan mengenai luka di tangan Ayra.

"Apa yang Mama lakukan pada gadis itu? Kenapa tangannya sampai terluka?" tanya Dewa menuntut penjelasan.

"Kamu bicara apa? Memangnya Ibu apakan dia? Apa dia mengadu padamu? Jangan bilang kalau kau sudah mulai peduli pada gadis kampung itu!" hardik Maya, merasa kesal karena Dewa mempertanyakan tindakannya. Semua yang dia lakukan adalah bentuk balas dendam, mewakili Dewa.

"Aku sama sekali bukan peduli padanya, tapi pada Mama. Kalau sampai hal ini sampai pada papa, Mama tahu sendiri apa akibatnya," ucap Dewa berlalu kembali ke kamarnya.

Dia memang tidak menyukai Ayra, itu sudah jelas dan tidak perlu dipertanyakan lagi. Namun, Dewa bukan pria yang menyukai kekerasan, terlebih menyiksa seorang wanita. Dia yakin dengan sendirinya Ayra akan angkat kaki dari rumah ini setelah beberapa lama tidak dianggap sebagai istri dan sikap dingin Dewa akan membuatnya sadar bahwa tidak ada gunanya mempertahankan rumah tangga mereka.

Ayra menghentikan kegiatan, membasuh tangan lalu membalik badan agar bisa berhadapan dengan mertuanya.

Sejak Ayra berada di rumah itu, dua orang pelayan sebelumnya langsung dipecat. Maya tidak mau buang-buang uang kalau masih bisa memanfaatkan Ayra.

Pernah suatu kali, Dito bertanya, kemana dua orang pelayan mereka bersama tukang kebun, Mata menjawab mereka minta berhenti karena mau kembali ke kampung.

"Maaf, Bu. Aku gak pernah punya pikiran sepicik itu. Orang tua ku selalu mengajarkan ku untuk berlaku baik. Untuk apa aku mengadu pada Dewa, bukan kah baik dia atau pun ibu sama-sama tidak suka pada ku dan tidak menginginkan ku tinggal di sini?"

Maya mati kamus. Bibir Ayra memang setajam silet. Dia pikir kalau gadis dari desa, pasti akan menurut, menunduk saat dihukum, tapi nyatanya, Ayra berbeda, dia menolak untuk ditindas.

"Bisa gak mulut kamu itu dijaga?! Dasar gadis kampung gak punya sopan santun, memang kamu ya!"

Ayra memutar bola mata. Kalau terus menghadapi kegilaan Maya, bisa jadi dia menjadi ikut gila, kesabarannya sudah mulai menipis.

"Ini, kamu pergi belanja. Semua yang ada dalam list itu harus dapat, dan harganya sesuai yang sudah ada di situ!" Maya meletakkan secarik kertas bersama lima tiga lebar uang merah.

"Neng, sabar ya. Ibu memang kejam orangnya. Bibi jadi kasihan sama Neng, pengen benar nolongin, tapi bibi sendiri gak berani melawan ibu," ucap Ijah yang sejak tadi mencuri dengar di balik pintu samping. Segera keluar setelah mendengar langkah Maya yang meninggalkan dapur.

"Gak papa, Bi. Tenang aja, aku kuat kok. Gak bakal hancur dengan sikap jahat mereka," jawab Ayra tersenyum. "Aku ke pasar dulu, Bi," lanjutnya mengambil kertas dan uang itu.

Maya adalah perwujudan ibu mertua kejam, bak monster yang bernafsu untuk menyiksanya. Dia meminta Ayra untuk belanja keperluan dapur selama sebulan, tapi tidak mengizinkan sopir mengantarnya.

Suasana pasar pagi itu masih ramai, padahal sudah hampir jam sepuluh pagi. Satu persatu pesanan Maya yang ada dalam list dia cari. Hingga keranjang bawaannya semakin penuh. Tangannya sudah keram dan sakit hingga langkahnya pun melambat, tapi dia harus masih mencari lima lagi pesanan Maya.

Sebenarnya semua belanjaan dalam list itu bisa dengan cepat dia dapatkan, tapi karena tadi dia hampir kesasar, karena tidak tahu harus berhenti di pasar yang mana, untung tukang ojek membawanya ke pasar yang memang aman untuk belanja, tidak sampai disitu, dia juga harus mendapatkan harga barang sesuai perintah Maya.

Ayra berhenti di depan penjual beras merah. Dia diminta untuk membeli lima kilo. Setelah mendapatkan harga yang pas, Ayra bermaksud membayar, tapi saat merogoh sakunya, sisa uang dalam kantong tadi raib sudah. Wajah Ayra memucat. Habis lah dia kali ini. Bagaimana dia harus membayar beras itu? Dengan ginjalnya?

"Gimana, Mbak? Jadi beli, gak?" susul bapak penjual.

"Maaf, Pak. Duit saya hilang," ucapnya lemas.

Ayra pun tidak luput dari makian penjual, dianggap penipu, mau beli tapi gak punya uang.

Bagaimana dia pulang? Belum lagi sampai rumah pasti kena omel sama Maya. Ayra berjalan hingga ke depan, tempat orang menunggu angkutan. Dalam keadaan kalut, dan sedang memegang ponsel menimbang harus menghubungi siapa, dan saat lengah, seorang menjambret ponselnya dan membawa kabur.

"Maling... copet.... Jambret...." teriaknya meninggalkan belanjaan di tempat dia berdiri tadi lalu mulai mengejar pria itu. Bak di film India, Ayra terus mengejar, tidak akan membiarkan pria brengsek itu mengambil ponsel bututnya. Selain sayang pada ponsel itu, sebagai satu-satunya harta miliknya pemberian sang ayah, ada foto ayah dan ibunya di dalam chasing nya.

Ayra terus mengejar tanpa menyerah, hingga dari arah depan si penjambret, muncul pria yang memberikan satu hantaman pada rahang penjambret dan seketika jatuh ke tanah.

"Ini milikmu," ucap pria tampan yang sejak tadi memperhatikannya adegan kejar-kejaran itu. Pria itu menatap ponsel Ayra sebelum memberikan pada Ayra. Tanpa sadar senyum terukir di bibirnya. Heran, masih ada orang yang memakai ponsel sejadul itu.

"Terima kasih banyak, Mas," jawab Ayra ngos-ngosan.

"Kamu mengejar jampret itu hanya untuk mendapatkan ponsel itu?" tanya pria asing itu kembali tersenyum.

"Benar, memangnya kenapa? Apa karena ponsel ini cukup mengerikan? Asal anda tahu ini benda yang paling berharga bagi saya!" tegas Ayra sedikit tersinggung.

"Sorry, aku gak bermaksud menertawakan ponselmu. Justru aku salut melihat perjuangan mu. Aku Egi," ucap pria itu memperkenalkan dirinya.

"Aku Ayra," ucap Ayra menerima jabatan tangan Egi. "Kamu sepertinya orang baik, boleh aku menumpang?" lanjut Ayra tidak punya pilihan lain lagi.

Terpopuler

Comments

Iin Inayah

Iin Inayah

/Wilt//Wilt/

2025-02-15

0

Wirda Wati

Wirda Wati

sabar ayra

2025-01-23

0

Alanna Th

Alanna Th

woalah!!! 😱😱😱

2023-05-10

0

lihat semua
Episodes
1 Rencana Pernikahan
2 Tinggal Satu Atap
3 Sampah yang dipungut
4 Hari Pertama jadi Mantu
5 Tanyakan pada Ibumu
6 Penolong
7 Ternyata Kamu!
8 Lo Istri Gue
9 Pemotretan
10 Penyesalan
11 Masuk Bui
12 Pelukan Tak Sadar
13 Sentuhan Pertama
14 Anak Pembangkang
15 Kejujuran Egi
16 Demam Buat Khawatir
17 Kenapa Harus Melihat mu
18 Penghuni Baru Stok Lama
19 Permintaan Dewa
20 Permintaan Yang Mustahil
21 Kursus Masak
22 Semakin Terpikat
23 Aku Minta Maaf
24 Siasat Maya
25 Perhatian Dewa
26 Izin Suami
27 Suami Pencemburu
28 Pertolongan Egi
29 Jadi Bintang Iklan
30 Resah dan Gelisah
31 Tidak Takut Lagi
32 Kisah Kelam Egi
33 Melampaui Batas
34 Ingin Bercerai Atau Tidak?
35 Bukan Pengemis Cinta
36 Angkat Kaki Dari Rumah Mertua
37 Ciuman Paksa
38 Mengintai
39 Kabar Perceraian
40 Partner Kerja
41 Sidang Pertama
42 Grand Opening
43 Pelanggan Pertama
44 Pembagian Harta
45 Baku Hantam
46 Kecupan Saat Tidur
47 Donor Darah
48 Saling Jujur
49 Dukungan Dito
50 Sulitnya Berkata Jujur
51 Masuk Bui
52 Biarkan Aku memelukmu Sebentar Lagi
53 Jawaban Rasa penasaran
54 Jujur Membuat Hati Lebih Tenang
55 Memohon Pada Egi
56 Membujuk Ayra
57 Pengorbanan Ayra
58 Kita Putus
59 Penyesalan datang Terlambat
60 Rencana Pernikahan
61 Ah, Rindu!
62 Bisa Membuatmu Cinta Padaku
63 Penolakan di Pagi Hari
64 Dimana Dewa?
65 Perkenalan
66 Menuntut Hak Sebagai Suami
67 Enjoy Your Life
68 Gadis Asing
69 Dua Orang Asing
70 Menunaikan Kewajiban Sebagai Istri
71 Rasa Bersalah
72 Mengangkat Anak
73 Masih Tetap Merindukan mu
74 Rasa Sakit Ditinggalkan
75 Hanya Sekedar Teman
76 Solusi Dari Mahen
77 Ajakan Menikah
78 Menikah Siri
79 Ketahuan Berselingkuh
80 Melabrak Selingkuhan
81 Vina Terjatuh
82 Tinggal Bersama
83 Apa Kabar, Ayra?
84 Ketahuan
85 Ceraikan Ayra!
86 Pengakuan Egi
87 Permintaan Maaf
88 Harus Berpisah
89 Harapan Untuk Bahagia
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Rencana Pernikahan
2
Tinggal Satu Atap
3
Sampah yang dipungut
4
Hari Pertama jadi Mantu
5
Tanyakan pada Ibumu
6
Penolong
7
Ternyata Kamu!
8
Lo Istri Gue
9
Pemotretan
10
Penyesalan
11
Masuk Bui
12
Pelukan Tak Sadar
13
Sentuhan Pertama
14
Anak Pembangkang
15
Kejujuran Egi
16
Demam Buat Khawatir
17
Kenapa Harus Melihat mu
18
Penghuni Baru Stok Lama
19
Permintaan Dewa
20
Permintaan Yang Mustahil
21
Kursus Masak
22
Semakin Terpikat
23
Aku Minta Maaf
24
Siasat Maya
25
Perhatian Dewa
26
Izin Suami
27
Suami Pencemburu
28
Pertolongan Egi
29
Jadi Bintang Iklan
30
Resah dan Gelisah
31
Tidak Takut Lagi
32
Kisah Kelam Egi
33
Melampaui Batas
34
Ingin Bercerai Atau Tidak?
35
Bukan Pengemis Cinta
36
Angkat Kaki Dari Rumah Mertua
37
Ciuman Paksa
38
Mengintai
39
Kabar Perceraian
40
Partner Kerja
41
Sidang Pertama
42
Grand Opening
43
Pelanggan Pertama
44
Pembagian Harta
45
Baku Hantam
46
Kecupan Saat Tidur
47
Donor Darah
48
Saling Jujur
49
Dukungan Dito
50
Sulitnya Berkata Jujur
51
Masuk Bui
52
Biarkan Aku memelukmu Sebentar Lagi
53
Jawaban Rasa penasaran
54
Jujur Membuat Hati Lebih Tenang
55
Memohon Pada Egi
56
Membujuk Ayra
57
Pengorbanan Ayra
58
Kita Putus
59
Penyesalan datang Terlambat
60
Rencana Pernikahan
61
Ah, Rindu!
62
Bisa Membuatmu Cinta Padaku
63
Penolakan di Pagi Hari
64
Dimana Dewa?
65
Perkenalan
66
Menuntut Hak Sebagai Suami
67
Enjoy Your Life
68
Gadis Asing
69
Dua Orang Asing
70
Menunaikan Kewajiban Sebagai Istri
71
Rasa Bersalah
72
Mengangkat Anak
73
Masih Tetap Merindukan mu
74
Rasa Sakit Ditinggalkan
75
Hanya Sekedar Teman
76
Solusi Dari Mahen
77
Ajakan Menikah
78
Menikah Siri
79
Ketahuan Berselingkuh
80
Melabrak Selingkuhan
81
Vina Terjatuh
82
Tinggal Bersama
83
Apa Kabar, Ayra?
84
Ketahuan
85
Ceraikan Ayra!
86
Pengakuan Egi
87
Permintaan Maaf
88
Harus Berpisah
89
Harapan Untuk Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!