Demam Buat Khawatir

Ayra menimbang, apa dia lebih baik mengambil uang pemberian Dewa atau membiarkannya saja. Lagi pula, semua uang yang dia punya sudah diambil oleh Maya, parahnya ponsel barunya juga. Sementara ponsel lamanya sudah pecah dilempar oleh Maya saat mereka bertengkar kemarin.

"Aku ambil, anggap saja ini mengganti uangku yang diambil ibumu!" batin Ayra menyimpan uang itu ke dalam kopernya.

Kepalanya masih berat, dan badannya begitu panas dan lemas. Ayar tidak tahan, memutuskan untuk mandi air dingin saja, siapa tahu setelahnya dia akan membaik, nyatanya justru malah menggigil setelahnya.

Dia memilih merangkak kembali ke atas ranjang, menutup tubuhnya dengan selimut tebal. Perutnya sebenarnya lapar, tapi untuk turun pun dia tidak punya kekuatan lagi.

Bu Ijah buru-buru melihat keadaan Ayra setelah Maya pergi. Untuk sementara ini, Maya tidak berani mencari masalah dengan Ayra untuk saat ini. Dia harus menunggu amarah Dito surut, bahkan kalau bisa tunggu dulu suaminya itu lupa masalah pemenjaraan itu.

"Neng," ketuk Bi Ijah, tapi tetap saja tidak ada sahutan dari dalam. Ijah semakin khawatir. Sejak pagi dia menunggu Ayra turun, tapi gadis itu belum menampakkan diri, dia pikir mungkin karena memang menghindari Maya. Lalu setelah siang berlalu, tetap juga tidak ada tanda-tanda Ayra turun, Ijah akhirnya memutuskan untuk melihat gadis itu ke kamarnya.

"Neng Ay," kembali Ijah mengetuk. Tetap sama, tidak ada tanggapan, akhirnya dia memilih untuk membuka pintu dan masuk melihat Ayra.

"Ya ampun, Neng, badan Neng panas benar," ucap Ijah memegang kening Ayra. Bahkan paling parah Ayra tidak bergerak, dan napas gadis itu begitu lemah.

"Apa yang harus aku lakukan?" gumam Bi Ijah panik. "Neng, bangun dong," ulangnya berharap Ayra mendengarnya. Namun, melihat tetap tidak ada reaksi, Ijah memutuskan untuk menghubungi Dewa.

"Kenapa dia bisa sakit, Bi? Baiklah, aku akan segera pulang," ucap Dewa.

Selama menunggu Dewa datang, Bi Ijah terus menerus mengompres Ayra.

Begitu Dewa tiba, pria itu sudah mendapati dokter keluarga yang sejak dari kantor sudah dia hubungi dan meminta ke rumah sedang memeriksa Ayra.

"Bagaimanapun keadaannya, Dokter? Mengapa dia sampai tidak sadarkan diri?" tanya Dewa begitu cemas, kecemasan yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya.

"Ayra hanya demam biasa. Daya tahan tubuhnya melemah, kurang tidur dan juga kurangnya asupan dalam tubuh membuatnya lemah. Saya sarankan agar makannya dijaga dan beristirahat cukup. Usahakan jangan kelelahan," terang sang dokter.

Dewa hanya mengangguk, mengerti setiap ucapan dokter itu. Dia menebak selama di penjara lah yang buat kesehatan Ayra melemah. Dia jadi ikut merasa bersalah walau ibunya yang melakukan hal itu pada Ayra.

"Saya pamit dulu, jangan lupa untuk memberi obat ini padanya," ucap Dokter Gerald memberi resep yang harus ditebus Dewa.

"Bibi jaga Ayra, aku ke apotik dulu," ucapnya keluar bersama dokter Gerald.

***

"Neng, makan dulu buburnya," ucap Bi Ijah yang membawakan bubur untuk Ayra, tapi rasa pahit yang dirasakan gadis itu pada lidahnya membuat Ayra menolak.

"Jangan gitu, Neng. Biar cepat sembuh," kata Bi Ijah membujuk. Setelah disuntik oleh dokter, Ayra siuman dan kini sedang dipaksa Bi Ijah untuk makan.

Ayra tetap menggeleng. Bahkan sampai Dewa datang, Ijah belum berhasil membuat Ayra mau makan.

"Dia gak mau makan, Bi?" tanya Dewa meletakkan obat itu di atas nakas, lalu mengambil tempat di kursi yang tadi di duduki oleh BI Ijah.

"Aden aja yang suap Neng Ayra, biar Bibi ambil hangat buat minum obatnya," tukas Bi Ijah mengerahkan mangkok bubur.

"Ayo makan, Ay. Biar cepat sembuh," ucapnya menyodorkan sendok berisi bubur ke depan Ayra, tapi gadis itu menutup bibirnya erat.

"Makan dong, Ay. Ini aku udah beli obat, biar kamu makan juga," bujuk Dewa lembut.

"Gak usah sok peduli, bukannya kau lebih senang kalau aku mati? Biarkan aja aku mati!" jawab Ayra dengan segala tenaga yang dia punya.

Dewa pasti mau melayani debat yang ditawarkan Ayra saat ini, dia juga kurang enak badan karena memang juga gak tidur semalaman, belum lagi lelah dan banyak pikiran soal kerjaan di kantor, dia harus membereskan perusahaan konstruksi yang sudah menipu perusahaan mereka. Namun, sesibuk dan sesakit apapun saat ini dirinya, tetap saja dia segera pulang begitu mendengar kabar dari Bi Ijah.

Namun, apa balasannya? Gadis itu sama sekali tidak menghargai usahanya. Tapi Dewa mencoba menekan emosinya.

"Kalau Lo mati sekarang, gue jadi gak ada pelampiasan buat gue siksa setiap hari," ucapnya ketus. Dewa memaksa Ayra untuk duduk dengan punggung menyandar di headboard.

Ayra menatap tajam ke arah Dewa, begitu besar kebencian nya. Pria itu tidak peduli bila harus dikutuk oleh Ayra, yang penting gadis itu harus makan. Dia tetap menyodorkan sendok itu di depan bibir Ayra hingga gadis itu mengalah. Desakan perutnya membuatnya melupakan egonya.

Satu suap masuk, lalu dua suap, akhirnya dia lupa kalau tadi tidak sudi menerima suapan dari Dewa, hingga satu mangkok bubur itu ludes seketika.

Dewa menyunggingkan senyum mengejek yang sempat dilihat oleh Ayra. Membuatnya ingin menjitak kepala pria itu.

"Ini." Dewa menyodorkan obat yang sudah ada di telapak tangannya.

Ayra segera mengambilnya, menelan dan menerima gelas dari Dewa.

"Sekarang tidurlah, setelah sehat, baru kita ribut lagi," ucapnya masuk ke kamar mandi.

Kalimat terakhir Dewa begitu lembut, tidak menyangka bisa membuat pipinya memerah. Dia menarik selimut lalu mencoba terpejam, tapi debar jantung Ayra semakin cepat, melihat perhatian Dewa. Tapi dia ingat perkataan pria itu yang memintanya untuk segera sembuh agar dia bisa menyiksa nya lagi.

"Dasar brengsek!" umpatnya memejamkan matanya. Pengaruh obat itu membuat Ayra jatuh tertidur. Dewa menatap wajah lembut gadis itu. Ada magnet yang mendorong dirinya untuk mendekat bahkan berbaring di samping Ayra.

***

"Papa dengar Ayra sakit?" tanya Dito yang mendapati Dewa baru saja turun dari kamar dan berpapasan di ambang pintu dapur.

"Iya, Pa. Tadi demamnya udah turun. Udah minum obat juga dan sekarang lagi tidur," jawab Dewa singkat. Masih tidak suka kalau Dito terlalu memberikan perhatian lebih seperti itu pada Ayra.

"Papa minta, kamu jaga dan sayangi Ayra. Papa mohon," ucapnya menepuk pundak Dewa sebelum berlalu dari sana.

Dewa hanya bisa menatap punggung ayahnya yang mulai menaiki anak tangga. Beribu tanya terbersit dalam benaknya, kenapa ayah nya begitu peduli pada Ayra. Dia tahu kalau Ayra anak dari teman ayahnya, tapi tidak sampai menganggap Ayra segalanya.

"Selamat sore, kok sepi Bi Ijah, Ayra mana?" samar Dewa mendengar suara pria yang selama ini menjadi musuh bebuyutannya.

***

Terpopuler

Comments

Katherina Ajawaila

Katherina Ajawaila

Arya sakit, makanya di bawa aja kabur

2025-03-31

0

Alanna Th

Alanna Th

maka pecahlh perang sdr. bgtlh kl ortu kurang bijaksana. anak" jadi gk rukun, spt klgq 😱😰😵😥😫💔

2023-05-10

0

nctzen💋

nctzen💋

rival mu udah datang selamat ketar ketir!!!kapan sih s om dito ngomong yg sbenernya sama s ayra sebel beuuddd masih dengan kecurigaan,,,ekh om gimana mau lindungi dari istrimu yg gelo kalau km gak bilang yg sbnernya sama s ogeb tentang ayra yg ada curiga terusss

2023-04-19

2

lihat semua
Episodes
1 Rencana Pernikahan
2 Tinggal Satu Atap
3 Sampah yang dipungut
4 Hari Pertama jadi Mantu
5 Tanyakan pada Ibumu
6 Penolong
7 Ternyata Kamu!
8 Lo Istri Gue
9 Pemotretan
10 Penyesalan
11 Masuk Bui
12 Pelukan Tak Sadar
13 Sentuhan Pertama
14 Anak Pembangkang
15 Kejujuran Egi
16 Demam Buat Khawatir
17 Kenapa Harus Melihat mu
18 Penghuni Baru Stok Lama
19 Permintaan Dewa
20 Permintaan Yang Mustahil
21 Kursus Masak
22 Semakin Terpikat
23 Aku Minta Maaf
24 Siasat Maya
25 Perhatian Dewa
26 Izin Suami
27 Suami Pencemburu
28 Pertolongan Egi
29 Jadi Bintang Iklan
30 Resah dan Gelisah
31 Tidak Takut Lagi
32 Kisah Kelam Egi
33 Melampaui Batas
34 Ingin Bercerai Atau Tidak?
35 Bukan Pengemis Cinta
36 Angkat Kaki Dari Rumah Mertua
37 Ciuman Paksa
38 Mengintai
39 Kabar Perceraian
40 Partner Kerja
41 Sidang Pertama
42 Grand Opening
43 Pelanggan Pertama
44 Pembagian Harta
45 Baku Hantam
46 Kecupan Saat Tidur
47 Donor Darah
48 Saling Jujur
49 Dukungan Dito
50 Sulitnya Berkata Jujur
51 Masuk Bui
52 Biarkan Aku memelukmu Sebentar Lagi
53 Jawaban Rasa penasaran
54 Jujur Membuat Hati Lebih Tenang
55 Memohon Pada Egi
56 Membujuk Ayra
57 Pengorbanan Ayra
58 Kita Putus
59 Penyesalan datang Terlambat
60 Rencana Pernikahan
61 Ah, Rindu!
62 Bisa Membuatmu Cinta Padaku
63 Penolakan di Pagi Hari
64 Dimana Dewa?
65 Perkenalan
66 Menuntut Hak Sebagai Suami
67 Enjoy Your Life
68 Gadis Asing
69 Dua Orang Asing
70 Menunaikan Kewajiban Sebagai Istri
71 Rasa Bersalah
72 Mengangkat Anak
73 Masih Tetap Merindukan mu
74 Rasa Sakit Ditinggalkan
75 Hanya Sekedar Teman
76 Solusi Dari Mahen
77 Ajakan Menikah
78 Menikah Siri
79 Ketahuan Berselingkuh
80 Melabrak Selingkuhan
81 Vina Terjatuh
82 Tinggal Bersama
83 Apa Kabar, Ayra?
84 Ketahuan
85 Ceraikan Ayra!
86 Pengakuan Egi
87 Permintaan Maaf
88 Harus Berpisah
89 Harapan Untuk Bahagia
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Rencana Pernikahan
2
Tinggal Satu Atap
3
Sampah yang dipungut
4
Hari Pertama jadi Mantu
5
Tanyakan pada Ibumu
6
Penolong
7
Ternyata Kamu!
8
Lo Istri Gue
9
Pemotretan
10
Penyesalan
11
Masuk Bui
12
Pelukan Tak Sadar
13
Sentuhan Pertama
14
Anak Pembangkang
15
Kejujuran Egi
16
Demam Buat Khawatir
17
Kenapa Harus Melihat mu
18
Penghuni Baru Stok Lama
19
Permintaan Dewa
20
Permintaan Yang Mustahil
21
Kursus Masak
22
Semakin Terpikat
23
Aku Minta Maaf
24
Siasat Maya
25
Perhatian Dewa
26
Izin Suami
27
Suami Pencemburu
28
Pertolongan Egi
29
Jadi Bintang Iklan
30
Resah dan Gelisah
31
Tidak Takut Lagi
32
Kisah Kelam Egi
33
Melampaui Batas
34
Ingin Bercerai Atau Tidak?
35
Bukan Pengemis Cinta
36
Angkat Kaki Dari Rumah Mertua
37
Ciuman Paksa
38
Mengintai
39
Kabar Perceraian
40
Partner Kerja
41
Sidang Pertama
42
Grand Opening
43
Pelanggan Pertama
44
Pembagian Harta
45
Baku Hantam
46
Kecupan Saat Tidur
47
Donor Darah
48
Saling Jujur
49
Dukungan Dito
50
Sulitnya Berkata Jujur
51
Masuk Bui
52
Biarkan Aku memelukmu Sebentar Lagi
53
Jawaban Rasa penasaran
54
Jujur Membuat Hati Lebih Tenang
55
Memohon Pada Egi
56
Membujuk Ayra
57
Pengorbanan Ayra
58
Kita Putus
59
Penyesalan datang Terlambat
60
Rencana Pernikahan
61
Ah, Rindu!
62
Bisa Membuatmu Cinta Padaku
63
Penolakan di Pagi Hari
64
Dimana Dewa?
65
Perkenalan
66
Menuntut Hak Sebagai Suami
67
Enjoy Your Life
68
Gadis Asing
69
Dua Orang Asing
70
Menunaikan Kewajiban Sebagai Istri
71
Rasa Bersalah
72
Mengangkat Anak
73
Masih Tetap Merindukan mu
74
Rasa Sakit Ditinggalkan
75
Hanya Sekedar Teman
76
Solusi Dari Mahen
77
Ajakan Menikah
78
Menikah Siri
79
Ketahuan Berselingkuh
80
Melabrak Selingkuhan
81
Vina Terjatuh
82
Tinggal Bersama
83
Apa Kabar, Ayra?
84
Ketahuan
85
Ceraikan Ayra!
86
Pengakuan Egi
87
Permintaan Maaf
88
Harus Berpisah
89
Harapan Untuk Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!