Tanyakan pada Ibumu

Kejengkelan Maya terhadap Ayra semakin menjadi-jadi. Perintah dan tugas yang dia berikan pada gadis itu, berharap membuat gadis itu menderita ternyata tidak berhasil. Ayra bisa menyelesaikan tugasnya dengan baik. Tidak ada rutukan atau pun rasa kesal yang terlihat di wajahnya.

Hal itu tentu saja semakin membuat Maya kesal. Semakin Ayra enjoy melakukan semua perintahnya, semakin kesal dan semakin gesit wanita itu mencari cara untuk menghukum Ayra. Dia ingin wanita itu segera pergi dari rumahnya.

"Minum dulu, Neng. Kasihan si Neng, keringatan. Pasti lelah banget ya, Neng," ucap Ijah menyodorkan segelas air putih.

"Makasih banyak, ya, Bi. Gila, sadis banget majikan Bibi itu," ucapnya setelah meneguk isi gelas.

"Ssssttt, ngomong nya jangan kencang-kencang Neng, nanti ibu dengar. Dia memang udah sejak dulu begitu. Bibi siapkan makan siang buat Neng, ya? Pasti udah lapar. Udah jam 1 siang ini," jawab Bi Ijah dengan logat Jawa yang medok.

"Aku ambil sendiri, Bi. Jangan dilayani," ucap Ayra tersenyum lembut, bergerak mengambil nasi di dalam rice cooker.

"Gak papa, Neng. Sudah tugas Bibi," ucap Ijah mengambil piring Ayra, tapi gadis itu tetap memegang kuat piringnya.

"Bibi mau bicara dan bersikap baik saja padaku, aku udah senang banget. Makasih ya, Bi," jawab Ayra tersenyum.

Bi Ijah ingin menemani Ayra yang sudah duduk di meja makan, tapi dia harus segera mengambil jemurannya karena langit siang ini terlihat mendung.

"Bibi tinggal ya, Neng, mau ngambil jemuran," ucapnya berlalu.

"Apa yang kau sedang lakukan?" hardik Maya ketika Ayra baru memasukkan satu siap nasi ke dalam mulutnya. Jujur perutnya sangat lapar, tenaga nya terkuras karena mengangkat pupuk dan membersihkan pekarangan. Dia sangat butuh makanan itu saat ini.

Terdengar Ayra menarik napas berat dan dalam, lalu menghembuskannya. Dia tahu ini akan menjadi drama yang panjang. Ayra harus lebih bersabar, tapi saat diganggu makan seperti ini malaikat sekalipun pasti akan melupakan sisi baiknya.

"Aku lagi makan, Bu," jawab Ayra santai.

"Siapa yang menyuruhmu makan? Apa pekerjaan mu sudah selesai?"

Ayra memutar bola matanya. Ini sudah diprediksi nya sesaat setelah ibu mertuanya muncul. Persisi seperti drama ikan terbang yang sering di tonton Mbak Yuyun yang ada di kampungnya.

"Ibu, aku lapar dan ini sudah waktunya jam makan siang. Pekerjaan sudah selesai aku lakukan. Apa Ibu sudah makan? Atau mau makan bersamaku?"

Amarah Maya tersulut. Dia tahu tawaran Ayra bentuk perlawanan gadis itu padanya. Dia harus segera diberi pelajaran agar tahu siapa yang berkuasa di rumah ini.

Splash!

Maya mengambil air minum yang ada di depan Ayra, serta-merta menyiramkan ke wajah gadis itu. Nasi dalam piringnya kini tergenang oleh air putih.

Ayra kembali menarik napasnya. Dia mengangkat dagunya tinggi, menarik tisu dari tempatnya dan mengeringkan wajahnya.

"Kali ini apa lagi kesalahan ku, Ibu? Apa di rumah ini aku juga tidak punya hak untuk mendapatkan makan? Setidaknya jika Ibu menganggap ku pelayan, aku juga berhak mendapatkan makan setelah menyelesaikan pekerjaan ku?" ucap Ayra dengan dingin. Amarahnya memuncak. Ingin rasanya dia membalikkan meja makan ini.

Tentu saja Ayra mampu melakukannya. Tapi dia ingat pesan ayahnya sebelum pergi. "Kamu harus menghormati mertuamu kelak. Anggap mereka pengganti mama dan Papa," ucap Heri kala itu.

"Kau hanya bisa makan setelah mendapat izin dariku. Ini pertama dan terakhir kalinya kau bertindak sesuka begini. Di rumah ini aku yang pegang kendali!" hardiknya sebelum pergi meninggalkan dapur.

Dengan tatapan nanar, Ayra memperhatikan punggung Maya yang menjauh. Sampai sekarang, Ayra tidak habis pikir, mengapa mertuanya itu sangat membencinya. Padahal mereka belum pernah bertemu sebelumnya.

Kalau hanya karena Ayra adalah seorang gadis desa yang miskin, hingga Maya menolak nya sebagai menantu, wanita itu juga harus tahu bahwa Ayra juga tidak menginginkan pernikahan ini. Kalau saja keadaan ayahnya saat itu tidak dalam keadaan sekarat, tentu saja Ayra akan menolak perjodohan itu. Dia masih memiliki impian cita-cita yang ingin dia raih.

Walaupun begitu, Ayra berusaha menerima takdirnya, menerima pernikahan ini dan perlakuan suami dan juga mertuanya yang tidak pernah menganggapnya. Tapi kesabaran orang pasti ada batasnya, bukan?

Rasa perih menyentak lamunannya yang jauh. Lamunan yang membawanya pada rasa rindu terhadap ayahnya. Tangannya terluka oleh lemparan gelas yang diarahkan Maya kepadanya tadi. Gelas itu pecah terbentur dengan meja makan dari batu marmer dan serpihannya mengenai tangan Ayra. Gadis itu mencabut serpihan kaca yang menancap di tangannya.

Sakit, tapi lebih sakit hatinya. Dia diperlakukan seperti tidak ada harganya. "Kenapa papa menginginkan aku menikah dan menjadi menantu di rumah ini? papa lihat sendiri, putri kesayangan papa ini disiksa lahir batin!" ucap Ayra menghapus jejak air matanya.

"Loh, apa yang terjadi, Neng? Kenapa bisa berantakan begini? Neng gak papa?" tanya Ijah yang baru masuk lagi ke dapur setelah mengambil kain dari jemuran.

"Maaf, Bi. Tadi lepas dari genggamanku," jawab Ayra berbohong.

***

"Lama benar dalam kamar mandi. Ingat ya, ini kamar gue. Lo hanya menumpang di sini. Kalau udah jam gue pulang kantor, lo gak boleh pake kamar mandi ini!" hardik Dewa yang sejak tadi gelisah menunggu Ayra keluar. Dia kebelet pengen, tapi gadis itu masih belum juga keluar meski pintu kamar mandi sudah berulang kali di gedor.

"Sorry. Aku gak tahu, jam berapa kau pulang kerja. Lain kali tempel di dinding. Satu hal lagi, bila perlu, semua yang ingin kau katakan tentang peraturan hidup menumpang di kamarmu ini, bisa kau list dan silakan tempel di dinding!" ucap Ayra dengan wajah masam, lalu ngeloyor dari hadapan Dewa yang tampak melihat ke arah tangannya dengan mengerutkan kening.

"Kenapa tangan mu?" tanya Dewa melihat ke arah tangan Ayra yang terlilit perban putih.

"Tanya saja pada ibumu!"

Terpopuler

Comments

Iin Inayah

Iin Inayah

/Rose/

2025-02-15

0

Wirda Wati

Wirda Wati

/Smile//Smile/

2025-01-23

0

Alanna Th

Alanna Th

aq tunggu othor mmbalik nasib yg tdk shrsny dtanggung ayra 🙏😱😰😵

2023-05-10

0

lihat semua
Episodes
1 Rencana Pernikahan
2 Tinggal Satu Atap
3 Sampah yang dipungut
4 Hari Pertama jadi Mantu
5 Tanyakan pada Ibumu
6 Penolong
7 Ternyata Kamu!
8 Lo Istri Gue
9 Pemotretan
10 Penyesalan
11 Masuk Bui
12 Pelukan Tak Sadar
13 Sentuhan Pertama
14 Anak Pembangkang
15 Kejujuran Egi
16 Demam Buat Khawatir
17 Kenapa Harus Melihat mu
18 Penghuni Baru Stok Lama
19 Permintaan Dewa
20 Permintaan Yang Mustahil
21 Kursus Masak
22 Semakin Terpikat
23 Aku Minta Maaf
24 Siasat Maya
25 Perhatian Dewa
26 Izin Suami
27 Suami Pencemburu
28 Pertolongan Egi
29 Jadi Bintang Iklan
30 Resah dan Gelisah
31 Tidak Takut Lagi
32 Kisah Kelam Egi
33 Melampaui Batas
34 Ingin Bercerai Atau Tidak?
35 Bukan Pengemis Cinta
36 Angkat Kaki Dari Rumah Mertua
37 Ciuman Paksa
38 Mengintai
39 Kabar Perceraian
40 Partner Kerja
41 Sidang Pertama
42 Grand Opening
43 Pelanggan Pertama
44 Pembagian Harta
45 Baku Hantam
46 Kecupan Saat Tidur
47 Donor Darah
48 Saling Jujur
49 Dukungan Dito
50 Sulitnya Berkata Jujur
51 Masuk Bui
52 Biarkan Aku memelukmu Sebentar Lagi
53 Jawaban Rasa penasaran
54 Jujur Membuat Hati Lebih Tenang
55 Memohon Pada Egi
56 Membujuk Ayra
57 Pengorbanan Ayra
58 Kita Putus
59 Penyesalan datang Terlambat
60 Rencana Pernikahan
61 Ah, Rindu!
62 Bisa Membuatmu Cinta Padaku
63 Penolakan di Pagi Hari
64 Dimana Dewa?
65 Perkenalan
66 Menuntut Hak Sebagai Suami
67 Enjoy Your Life
68 Gadis Asing
69 Dua Orang Asing
70 Menunaikan Kewajiban Sebagai Istri
71 Rasa Bersalah
72 Mengangkat Anak
73 Masih Tetap Merindukan mu
74 Rasa Sakit Ditinggalkan
75 Hanya Sekedar Teman
76 Solusi Dari Mahen
77 Ajakan Menikah
78 Menikah Siri
79 Ketahuan Berselingkuh
80 Melabrak Selingkuhan
81 Vina Terjatuh
82 Tinggal Bersama
83 Apa Kabar, Ayra?
84 Ketahuan
85 Ceraikan Ayra!
86 Pengakuan Egi
87 Permintaan Maaf
88 Harus Berpisah
89 Harapan Untuk Bahagia
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Rencana Pernikahan
2
Tinggal Satu Atap
3
Sampah yang dipungut
4
Hari Pertama jadi Mantu
5
Tanyakan pada Ibumu
6
Penolong
7
Ternyata Kamu!
8
Lo Istri Gue
9
Pemotretan
10
Penyesalan
11
Masuk Bui
12
Pelukan Tak Sadar
13
Sentuhan Pertama
14
Anak Pembangkang
15
Kejujuran Egi
16
Demam Buat Khawatir
17
Kenapa Harus Melihat mu
18
Penghuni Baru Stok Lama
19
Permintaan Dewa
20
Permintaan Yang Mustahil
21
Kursus Masak
22
Semakin Terpikat
23
Aku Minta Maaf
24
Siasat Maya
25
Perhatian Dewa
26
Izin Suami
27
Suami Pencemburu
28
Pertolongan Egi
29
Jadi Bintang Iklan
30
Resah dan Gelisah
31
Tidak Takut Lagi
32
Kisah Kelam Egi
33
Melampaui Batas
34
Ingin Bercerai Atau Tidak?
35
Bukan Pengemis Cinta
36
Angkat Kaki Dari Rumah Mertua
37
Ciuman Paksa
38
Mengintai
39
Kabar Perceraian
40
Partner Kerja
41
Sidang Pertama
42
Grand Opening
43
Pelanggan Pertama
44
Pembagian Harta
45
Baku Hantam
46
Kecupan Saat Tidur
47
Donor Darah
48
Saling Jujur
49
Dukungan Dito
50
Sulitnya Berkata Jujur
51
Masuk Bui
52
Biarkan Aku memelukmu Sebentar Lagi
53
Jawaban Rasa penasaran
54
Jujur Membuat Hati Lebih Tenang
55
Memohon Pada Egi
56
Membujuk Ayra
57
Pengorbanan Ayra
58
Kita Putus
59
Penyesalan datang Terlambat
60
Rencana Pernikahan
61
Ah, Rindu!
62
Bisa Membuatmu Cinta Padaku
63
Penolakan di Pagi Hari
64
Dimana Dewa?
65
Perkenalan
66
Menuntut Hak Sebagai Suami
67
Enjoy Your Life
68
Gadis Asing
69
Dua Orang Asing
70
Menunaikan Kewajiban Sebagai Istri
71
Rasa Bersalah
72
Mengangkat Anak
73
Masih Tetap Merindukan mu
74
Rasa Sakit Ditinggalkan
75
Hanya Sekedar Teman
76
Solusi Dari Mahen
77
Ajakan Menikah
78
Menikah Siri
79
Ketahuan Berselingkuh
80
Melabrak Selingkuhan
81
Vina Terjatuh
82
Tinggal Bersama
83
Apa Kabar, Ayra?
84
Ketahuan
85
Ceraikan Ayra!
86
Pengakuan Egi
87
Permintaan Maaf
88
Harus Berpisah
89
Harapan Untuk Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!