Dia berondong G4njen itu kan?!

"Bagaimana bisa terjadi?"

Kelima sekawan itu tengah di sidang oleh Bentley, dia mendapat laporan jika sekolah di serang sekelompok orang yang tidak di kenal.

"Kami gak tau bang, tapi kami curiga jika mereka orang-orang Yamamura." Ujar Sello mewakili yang lainnya.

Bentley memijat pelipisnya pelan, dia menatap kelima sekawan itu dengan tatapan tajam.

"Tapi yang Yamamura incar adalah Reynan bang." Ujar Olive.

"Yang mereka incar itu kalian! terlebih Anora! Tidak mungkin Reynan. Yamamura mengira jika Reynan adalah penerus Araster. Jadi, tidak mungkin dia menyerang Reynan sampai membuatnya tiada. Otomatis Araster akan di nonaktifkan secara permanen karena penerus pastinya membawa kunci sebagai bukti dia adalah penerus. Jika penerus tiada, maka bukti itu akan ikut lenyap bersamanya. Kecuali, jika Galang berhasil sadar dari komanya."

"Sistem yang Galang gunakan untuk Araster sangatlah bagus. Tidak ada yang bisa menggantikan posisinya kecuali penerus yang dirinya tunjuk. Jika penerus itu mati, maka semuanya akan kembali kepada Galang. dan jika Galang tiada, maka Araster akan menonaktifkan permanen kepimpinan mereka. Dan mereka akan mencari kembali pemimpin yang akan menggantikan pemimpin mereka setelah 10 tahun setelah kematian penerus." Terang Bentley dengan tatapan kagumnya.

"Kenapa kami yang jadi sasaran?!" Pekik Dino.

Bentley melirik sini pada teman adiknya yang kelewat pintar itu.

"He! dinosaurus! kalian berapa kali berhasil menyingkirkan mata-mata Yamamura hah? Dendam dia sama kalian. Dia merasa jika kalian masih ada, rencananya tidak akan berjalan mulus untuk mendapatkan Reynan." Sewot Bentley.

"Aku melihat kalung itu."

Seketika Bentley dan empat orang lainnya menatap Anora dengan tatapan bengong. Bentley keburu tersadar dan mendekati adiknya.

"Gimana-gimana? kalung itu ada di Revin atau Reynan?" Pekik Bentley.

"Revin? apa hubungannya sama dia?" Sela Sello.

Bentley menatap Anora, sepertinya adiknya belum membahas ini bersama teman-temannya. mengerti tatapan sang abang, Anora berbalik menatap Sello.

"Bukan Reynan penerus Araster, tapi Revin. Setiap pemimpin mempunyai benda yang menjadi ciri khas nya. Araster, memiliki kalung yang di pakai oleh pemimpin mereka. Kalung yang di buat khusus, di dalamnya terdapat bukti penerus Araster yang sebenarnya."

"Ada fotonya gitu?" Tanya Dino.

Bentley menggeleng kesal, dia mengambil remot dan menyetel sesuatu di layar besar. Netra mereka menatap layar besar itu dengan seksama.

"Kalung dengan bandul oval, di dalamnya terdapat sebuah chip. Chip itu akan memperlihatkan sebuah hologram, tapi tak mudah memunculkan hologram itu. Kita harus meneteskan darah penerus selanjutnya pada lingkaran itu, barulah kita dapat melihat hologram yang berisikan pernyataan pemindahan kepimimpinan."

Mereka melihat dengan seksama, Bentley menjelaskan fungsi kalung itu. Bukan hanya sebagai bukti penerus yang sebenarnya, tapi kalung itu bisa memberi sinyal pada seluruh markas Araster jika pemimpin mereka dalam bahaya.

"Wah, keren! kenapa kita tidak ikut membuatnya juga?!" Pekik Olive.

"Kalau begitu, Galang juga sudah di tunjuk untuk jadi pemimpin juga?" Tanya Garel menghiraukan pertanyaan Olive.

Seketika lima sekawan itu menatap Bentley dengan tatapan bertanya.

"Yang ku dengar, dia memiliki seorang istri yang sedang tengah mengandung. Tapi, setelah kejadian penyerangan Yamamura. Dia dan istrinya di kabarkan meninggal, entah dengan keturunannya. Tentang Galang, tadinya dia pemimpin sementara. Tapi entah dari mana kalung itu hadir dan Galang memberikan bukti jika dia pemimpin sah Araster. Seketika Arster patuh di bawah kepimimpinannya." Terang Bentley.

Rasanya sangat rumit, tapi inilah dunia bawah tanah. Tak ada yang tahu apa yang akan terjadi kedepannya, bagi mereka jika tidak menyerang mereka harus bersiap tiada.

"Tapi sepertinya Revin tidak tahu apapun." Gumam Anora.

"Tapi dia bisa mengenali jika kami Mafia!" Seru Sello saat mengingat kembali kejadian hari pertama Revin sekolah.

"Eh?!"

.

.

.

.

Sekolah di liburkan tiga hari untuk membuat keamanan yang lebih ketat, polisi pun turut di hadirkan. Beberapa CCTV juga di tambahkan. Bentley mengurus semuanya, membantu sang kakek dalam mengatasi problem di sekolah.

Selama itu juga, Revin hanya berdiam diri di rumah. Dia sesekali keluar untuk bermain bersama Reynan dan kembali ke rumah.

Ini adalah malah terakhir liburnya, dia baru saja pulang bermain dari rumah Reynan. Dengan mengendarai motornya, Revin membelah sunyinya malam.

"Dingin banget, enak kali ada ayang. Jadi bisa di peluk." Celoteh Revin

Saat Revin akan berbelok ke simpangan jalan, Netranya menyipit saat melihat seseorang di keroyok banyak orang.

Revin menepikan motornya, dia memberhentikan motornya dan buru-buru menghampiri mereka.

"WOY!! MALAIKAT MAUT DATANG" Teriak Revin.

Mereka melirik Revin dan kembali menatap korban mereka yang sudah terkapar tak berdaya. Dengan santainya salah satu dari mereka menendang kaki korbannya itu dan langsung memasuki mobil tanpa rasa bersalah

BRUM!!

BRRUMM!!

Setelah ketiga mobil itu pergi, Revin mendekati orang itu. Keadaannya tengah tengkurap, sehingga Revin membantunya terlentang.

"Berat banget sih! makannya apaan dah!" Gerutu Revin.

Netra Revin membulat saat melihat siapa pria yang habis di keroyok tadi. Seketika Revin berjongkok dan menepuk pipi lebamnya.

"He! Dylan!! bangun WOY!! rumah lu dimana?! jangan mati dulu! kasih tau dulu alamat rumah lu dimana!!" Pekik Revin.

Ya, Altezza terkapar di jalan dengan banyak luka di sekujur tubuhnya. Bahkan pelipisnya berdarah dengan wajah penuh lebam dan ada beberapa luka sayatan di lengannya.

"Aduh! gimana ini." Gumam Revin saat tak mendapati kendaraan yang lewat.

Terpaksa, Revin membawanya mengenakan motornya. Beruntung Revin membawa tas selempang, sehingga tali dari tas itu bisa dia gunakan untuk menahan tubuh Altezza.

Dengan hati-hati, Revin mengendarai motornya. Sesekali dia menahan tubuh Altezza yang hendak oleng.

Revin membawa Altezza ke rumahnya, sebab dirinya tidak tahu harus bawa Altezza kemana. Rumah sakit masih terletak cukup jauh dari rumahnya.

"WOY! TOLONGIN!!" Teriak Revin pada kedua bodyguard yang sedang berjaga.

Beberapa bodyguard membantu Revin membawa Altezza masuk, Revin mengarahkan mereka ke kamar tamu.

"Eh? Revin, kamu bawa siapa?!" Pekik Emily saat melihat beberapa bodyguard menggotong tubuh Altezza.

"Temen Rev bun. Bawa masuk ke kamar tamu tiga pak!" Linta Revin.

Altezza di bawa ke kamar tamu, wajahnya yang penuh dengan luka lebam membuat Emily meringis melihatnya.

"Kamu habis berantem sama dia Rev?" Curiga Emily.

"Enggak ya! anak bunda ini anak baik. Dia berantem gak tahu sama siapa. Di keroyok rame-rame, jumlah kawannya aja ada kali hampir 20 orang." Sewot Revin.

"Ada apa ini?"

Emily dan Revin sontak menoleh ke belakang, Gilbert dan Marcel ternyata menyusul mereka setelah tahu ada seseorang yang sedang terluka di bawa pulang oleh putranya.

"Temen sekolah Revin dad, dia di keroyok orang. Terus pingsan, Revin gak tahu dimana rumahnya." Jawab Revin.

"Kenapa enggak kamu bawa ke rumah sakit? kenapa malah di bawa pulang?!" Omel Emily.

Revin menggaruk keningnya yang tidak gatal, sebenarnya bukan hanya alasan jauh saja. Ada alasan yang lebih membuat Revin membawanya ke rumahnya.

"Kalau bawa ke.rumah sakit, nanti di suruh tanda tangan. Kalau dia metong, Revin yang di salahkan lagi. Lagian, bayarannya Mahaall." Ujar Revin sambil mengibas tangannya.

Emily menepuk keningnya, putranya benar-benar luar biasa. Membawa temanya yang sedang terluka ke rumah, entah sekarat atau tidak.

Sementara Marcel, dia menatap lekat Altezza. Dia merasa familiar dengan wajah teman cucunya itu. Namun, saat dia mengingat. Dirinya lupa dimana bertemu pria tersebut.

"Eh yang, bukannya dia berondong g4njen yang nolong kamu?" Celetuk Gilbert yang baru menyadari wajah Altezza.

"Eh? iya! dia yang nolong bunda! panggil dokter mas! cepet!" Pekik Emily. Seketika raut wajah Gilbert berubah menjadi masam, dia segera menelpon dokter keluarganya untuk datang.

"Nolongin buna?" Tanya Revin meminta kejelasan.

"Iya, dia yang nolong bunda waktu hampir di jambret. Untung aja gak jadi,"

Marcel menatap teman dari cucunya itu, ada perasaan syukur karena pemuda itu telah menyelamatkan putrinya. Namun, tiba-tiba saja dia merasakan was-was dalam hatinya ketika menemukan sebuah tato naga bermahkota di leher Altezza.

"Tanda itu ... tanda yang sama dengan tanda yang Yamamura miliki. Apakah dia ...." Batin Marcel penuh rasa curiga.

____

Impas yah, triple up. Mudah-mudahan reviewnya gak lama😅

Terpopuler

Comments

Neulis Saja

Neulis Saja

opa bener itu mata2 yamamura

2024-06-02

0

Amalia Khaer

Amalia Khaer

wahhh si Altezza bisa tau nih KLO Marcel msih hidup

2024-05-08

0

Rani Ri

Rani Ri

sebenarnya altezza baik gk mau ikut dlm Dunia mafia,,tapi dia terpaksa Karena ibunya yg di sekap oleh yamamura sialan ituuu

2024-05-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!