Kesambet kunt1lanak dari daerah mana?

Revin sudah bisa bersekolah kembali, dia sudah ceria seperti biasanya. Bahkan sudah mejaili si kembar yang sedang asik makan.

"Makan pare nya, kalian sering marah-marah. Makan pare agar amarah kalian mereda." Cetus Revin sambil memberikan pare di piring kedua bocil tersebut.

Cila mengambil kembali pare yang Revin berikan dan menaruhnya di piring Revin.

"Abang caja yang makan, dali pagi abang yang malah-malah. Bial amalah abang leda," ujar Cila membuat Revin seketika melototkan matanya.

"Benel itu! Lega kali ku laca!" Oekik Cela.

Emily tersenyum menatap Revin yang sudah kembali ceria seperti sedia kala. Sedangkan teletabis, memperhatikan ketiganya dengan senyuman tipis yang terbit di bibir mereka.

"Eh iya, abang nanti pulang sekolah jalan bareng temenku yah!" Pinta Maira bergelanyut manja di lengan Malvino.

"Enak aja! Ogah!!" Pekik kesal Malvino melepaskan tangan Maira dati tangannya.

"ABAANGG!!" Rengek Maira.

"ENggak ya enggak! keuntungannya juga di bawa kamu sendiri, secara gak langsung kamu menjual abang kamu tau gak!!" Malvino benar-benar kesal pasca kejadian kemarin, dimana Maira dan Maiza menjual videonya yang tengah berlatih bela diri dengan sang daddy pada teman-temannya.

Gilbert menatap kedua anaknya yang sedang bertengkar itu, dia paham bagaimana sifat kedua putrinya yang entah menurun dari siapa. Selalu memanfaatkan keadaan dan tidak mau di rugikan.

"Apa yang kali ini kamu buat Maira? Maiza?"

"Eh! aku gak ikut-ikutan dad! beneran deh! aku gak tau apapun!" Pekik Maiza mengangkat kedua tangannya.

"Dih! kok kamu gitu sih Za! kamu khianatin aku!!" Pekik Maira gak terima.

"Bukan itu, kamu seenaknya aja terima tawaran caca. Mana abang mau jalan sama dia." Balas Maiza yang mengundang kekepoan Emily.

"Emangnya tawaran apa yang Maira buat Za?" Tanya Emily.

"Si Caca minta penawaran, kalau sampe bang Malvin jalan sama dia se jam. Maira bakalan dapat tiket liburan ke eropa selama seminggu."

Sontak semuanya menatap kaget ke arah mereka, tak terkecuali Elvano yang turut terkejut dengan penuturan adiknya.

"Sejam dapat liburan ke bali?!" Pekik Revin.

Maira mengangguk lirih, dia memilin bahunya nenteralkan eksresi gugupnya saat senua keluarga menatapnya.

"Memangnya segitu harga diriku huh?!" Kesal Malvino, harga dirinya di hargakan seharga tiket liburan

"Bentar!!" Pekik Revin.

Semua orang bingung saat Revin pergi dari ruang makan, dan tak lama setelahnya Revin kembali dengan sebuah album di tangannya.

"Ini, jual foto abang! nanti tiket liburannya kasih abang!"

Sontak semua yang ada di meja makan tambah di buat melongo dengan tingkah 4bsurd Revin yang menurut mereka aneh.

"Ta-tapi ...,"

"Abang lebih ganteng dari Malvino, pasti laku!"

Terpaksa, Maira menerimanya walaupun dia tidak tahu apakah foto abangnya akan laku atau tidak.

"Oh ya dad, bisakah daddy menerima tawaran kerja sama dengan keluarga Millano?" Tanya Revin setslah dia kembali mengingat permintaan Adelio.

Seketika Gilbert mengerutkan keningnya dengan menatap aneh sang putra. "Millano ... oh ya, daddy tidak mengambil kerja sama dengannya. Sahamnya sedang turun drastis, tidak menutup kemungkinan jika kerja sama yang kita kerjakan nantinya akan banyak mengalami kerugian."

"Oh ya? padahal menurutku perusahaan Millano cukup terkenal." Ujar Revin sambil menggaruk keningnya.

Gilbert menggedikkan bahunya acuh, dia seperti tidak ingin tahu kejadian yang terjadi pada keluarga Millano.

"Daddy, tapi bisakah daddy menerimanya saja. Lagian, kerugiannya tidak seberapa." Kekeuh Revin.

"Bukan soal ruginya, tapi mengenai tanggung jawab. perusahaan itu akan bangkrut. Kita tidak bisa berharap banyak dari sana."

"Tapi kasihan temanku dad, dia ...,"

Revin menceritakan sesuai kejadian yang Adelio katakan padanya, cerita Revin membuat Gilbert sedikit berpikir tentang permintaan putranya.

"Kenapa dia tidak keluar saja dari keluarga itu? lagian bukan keluarga kandungnya juga kan? masa mau di jadikan budak di sana," ujar Gilbert yang ikut geram.

"Mereka akan tinggal dimana? kehidupan mereka juga bagaimana?"

"Katakan pada temanmu, malam ini suruh ayahnya menemui daddy."

Mendengar itu, senyuman Revin pun terbit. Remaja itu bangkit dan berjalan menuju Gilbert berniat akan memeluknya.

"Daddy!! Terima ka ...,"

"Ada syaratnya."

Seketika langkah Revin terhenti, semua orang

juga turut penasaran dengan syarat yang Gilbert ajukan.

"Kamu harus nurut apa kata daddy, tidak boleh membantah. Termasuk kontrol ke dokter Yuri seminggu sekali."

Revin berpikir sejenak, dokter Yuri adalah dokter yang menangani kondisi mental Revin setelah kejadian 8 tahun lalu.

"Yaudah iya." Rengut Revin.

.

.

.

.

Mendengar kabar Revin yang traumanya kembali kambuh membuat Alfred dan Hana datang, tapi sayang sekali Revin sudah berangkat sekolah karena mereka pikir Gilbert tak lagi mengizinkan Revin untuk kembali ke sekolah.

"Kamu ini gimana sih! gak kapok apa anaknya kayak kemarin! daddy aja dengernya udah jantungan tau gak!!" Omel Alfred.

"Astaga daddy, kalau anaknya di kurung dia akan berontak. Dia sedang daman fase mencari jati diri. Lagian, daddy juga masih hidup kan."

"KAMU!!"

Berbeda dengan kedua laki-laki dewasa itu, kini Emily dan ibu mertuanya sedang berbincang hangat sebelum Cila mengatakan hal yang membuat mereka merasa gemas.

"Oma, Buna celing malah-malah. Cila celing di malahi." Adu Cila yang kini duduk di pangkuan nenek kesayangannya.

"Oh ya? buna sering ngomel yah?" Seru HAna menanggapi ucapan cucunya.

"Ooh ngadu ya, awas kalau nanti oma pulang yah." Cada Emily.

Seketika Cila menciut di pangkuan Hana, dia mendongakkan kepalanya menatap Hana dengan tatapan penuh harap.

"Oma, oma dicinikan? Pulangnya macih lama kan?" Harap Cila.

"Oma gak bisa menginap, lain waktu oma menginap." Saat ini Hana benar-benar menahan tawanya karena sikap polos cucu kembarnya ini.

Seketika Cila menatap Emily, dia melihat ibunya itu seperti sedang melotot ke arahnya.

"Buna baik, nda pelnah malah-malah. Buna paling tantik, Cila cayang cama buna. Ya kan Cela!"

Cela hanya menggedikkan bahunya acuh, dia kembali menyantap strawberry yang Hana belikan untuknya tadi. Bahkan setiap mengunyah strawberry itu, di selipkan oleh gelengan kepalanya ketika di rasa strawberry itu manis.

"Oh ya, bagaimana dengan Dara? Kemarin katanya dia sakit." Tanya Emily mengenai kondisi Aldarra, putri pertama dari Danzel dan Amelia yang saat ini sudah berusia 7 tahun.

"Sakit apanya, demam demam gitu masih bisa manjat pohon. Sampe pusing Amel dengan tingkah anaknya itu, niat mau tambah lagi malah Aldarranya gak mau. Ngancem-ngancem Danzel untuk tidak kasih dia adik."

Emily terkekeh di buatnya, akhirnya Danzel merasakan bagaimana sulitnya memiliki anak yang super aktif. Malah, anak Danzel sifatnya tak jauh berbeda dengan Revin kecil dulu

Berbicara tentang Revin, saat ini remaja 18 tahun itu tengah duduk di mejanya sambil menggambar. Menunggu waktu masuk yang masih lumayan lama, membuat Revin bosan.

KRET!!

Bunyi kursi di geser membuat Revin seketika mengalihkan tatapannya, tak berselang lama dia pun kembali menatap buku gambarnya setelah tahu siapa yang duduk di sebelah nya.

"Revin."

Deghh!!!

Ini, merupakan pertama kalinya, seseorang yang dia kagumi memanggil namanya. Entah bagaimana ekspresinya saat ini, yang jelas dirinya benar-benar kaget.

Anora, perempuan itu memanggil Revin dengan sedikit senyuman tipis. Wajahnya terlihat ramah, tak seperti biasanya yang selalu memasang ekspresi datar.

"Lo kesambet kunt1lanak daerah mana?"

_____

Satu lagi, otw Review yah. Sabar yah kawan kalau reviewnya lama😭😭😭

Terpopuler

Comments

Tia H.

Tia H.

ke sambet setan tampan levv bukan kuntilanak 🤩🤩🤩.

2024-05-05

0

Rani Ri

Rani Ri

Kesambet kuntilanak🤣🤣🤣🤣🤣🤣

2024-05-03

0

sepsept

sepsept

tanya gitu kayaknya buat ngilangin grogiii 😄😄

2024-03-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!