Greyson, penolong Altezza

BRAK!!

"BODOH! BODOH! BODOH!"

Yamamura menendang meja di hadapannya hingga terbalik, netranya menatap ke sepuluh anak buahnya yang berdiri di hadapannya sambil tertunduk.

"Kenapa kalian tidak hati-hati hah?! Kenapa bisa Altezza sampai mengikuti kalian yang sedang membawa wanita itu?!"

"Tapi kami berhasil mencegahnya King, sehingga wanita itu sudah kami bawa ke tempat yang tuan perintahkan." Ujar Salah satu dari mereka.

Flashback On.

Altezza mendengar dari salah satu anak buah Yamamura jika ibu Altezza akan di pindah tempatkan. Mendengar hal itu tentu Altezza tak terima, dia tidak akan pernah bisa bertemu dengan ibunya lagi.

Buru-buru Aotezza menghampiri sang ayah untuk mengatakan keberatannya. Di mansion ini saja dirinya sulit bertemu dengan ibunya, apalagi jika ibunya di bawa pergi.

BRAK!!

"TIDAK BISAKAH PAPAH MEMBIARKAN MAMAHKU TENANG?! TIDAK CUKUP SELAMA INI KAMU MENYIKSANYA HAH?!"

Yamamura menatap tajam putranya yang tengah mengganggu istirahatnya, dia segera menghampiri Altezza dan mengajaknya keluar kamar.

"Papah menjanjikannu akan mempertemukan kalian, tapi kamu gagal mencari tahu tentang Reynan." Sentak Yamamura.

"Aku disana baru seminggu, kenapa papah yidak sabar sekali hah?!" Altezza terpancing emosi.

"Kenapa? kamu belum memastikan jika Reynan adalah penerus Araster? lalu, bagaimana bisa kita mengaktifkan kembali Araster? Papah meminta agar kamu bisa memberikan kekuasaan Araster pada papah, tapi kamu lambat mendapatkan nya! papah akan bergerak sendiri, tanpa bantuanmu!!"

Tangan Altezza terkepal erat, sorot matanya sangat tajam. Aura gelap keduanya membuat anak buah Yamamura merinding takut. Dia baru memahami, penyerangan sekolah itu adalah ulah papahnya tanpa persetujuan darinya.

"Jika kamu ingin bertemu dengan wanita gila itu, segera jalankan tugasmu! pastikan jika Reynan lah penerus Araster! Jika tidak, maka selamanya kamu tidak dapat bertemu dengan wanita gila itu." Kemudian Yamamura pergi meninggalkan Altezza menatapnya dengan sorot mata penuh kebencian.

"IBUKU TIDAK GIL4! KAU YANG GILA SI4L4N!! ARGH!!" Altezza meremas kuat rambutnya, matanya memerah menahan sesak di dadanya.

Setelah melahirkannya, ibu Yamamura terkena baby blues akibat tekanan dari Yamamura. Sampai sekarang, ibu Yamamura belum kembali normal. Dia selalu menimang guling kecil yang di sangka adalah putranya, dia selalu menganggap Altezza sesosok bayi.

Sedari kecil, Altezza selalu berusaha mendekat pada ibunya walau ibu Altezza selalu mendorongnya menjauh. Remaja yang akan beranjak dewasa itu, sangat mencintai ibunya.

"Mah, Al akan menyelamatkan mamah. Tunggu mah!"

Altezza berlari ke luar mansion, dia melihat bagaimana ibunya di seret paksa memasuki sebuah mobil. Altezza segera menyusul dengan mengendarai motornya mengejar mobil yang membawa ibunya pergi.

Dia berhasil menjegat mereka, tapi sayangnya anak buah Yamamura sangatlah banyak dan melawannya balik. Hingga Altezza harus terkapar akibat pukulan dan juga sayatan senjata tajam di lengannya.

Flashback On.

"Lalu, sekarang dimana anak itu?" Tanya Yamamura pada mereka semua.

"Kami tidak tahu, saat kami akan meninggalkan nya. Ada seorang remaja sebaya dengan prince, sepertinya dia yang menolong nya." Jawab salah sati dari mereka.

"Cari tahu siapa anak itu dan kemana dia membawa Prince."

Perintah Yamamura langsung di lakukan oleh mereka, di saat anak buahnya melacak keberadaan Altezza. Yamamura pergi keluar mansion menggunakan mobilnya.

"Anak b0d0h! Gak berguna!" Yamamura memukul stir mobilnya dengan keras. Rahangnya mengeras menahan kekesalan yang menyelinap di relung hatinya.

.

.

.

.

Altezza mengerjapkan matanya, netranya tengah menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retinanya. Buram, awalnya dia melihat sesuatu yang tidak jelas. Namun, ketika penglihatannya kembali jelas. Betapa terkejutnya ia saat melihat dua wajah berada di atas wajahnya.

"Cudah bangun?"

"Lama kali tidulna."

Altezza buru-buru duduk dan menatap kedua anak kembar yang duduk disisinya. Nafasnya terdengar memburu, karena kaget dengan kehadiran wajah mereka tepat di hadapan wajahnya.

"Danteng." Bengong Cila menatap Altezza yang tengah menatap keduanya.

"Cembel0no! dia temenna abang!" Pekik Cela menoyor kening CIla.

Cklek!

"Eh sudah sadar?"

Altezza beralih menatap seorang wanita yang berjalan menghampirinya dengan membawa sebaskom air hangat serta handuk.

Emily tadinya berniat mengompres kening Altezza, sebab teman dari putranya itu mendadak demam pagi ini.

"Maaf, tante baru tahu kamu demam. Tiduran aja gak papa, biar tante kompres kening kamu." Titah Emily menaruh baskom itu di atas nakas.

Karena Altezza masih bergeming, si kembar pun mendorong kuat bahu remaja itu dengan tangan gempal mereka.

"Tidulan di culuh buna!" Pekik Cila.

Altezza mendadak panik, dia seperti akan di apa-apakan oleh ketiga perempuan berbeda usia itu. Netra Altezza menyipit saat merasa tak asing dengan wajah Emily.

"Tante ini yang waktu itu gue tolong kan? dia, dia ibunya Revin. Jadi, Revin yang nolongin gue dam bawa ke rumahnya?"" Batin Altezza.

"Bunda, susu kotak Revin di kulkas kok habis?!"

Suara rengekan Revin membuat Altezza beralih menatapnya. Saat Altezza menatap Revin, Revin pun mendadak terhenti dengan menatap Altezza heboh.

"Di minum si kembar." Sahut Emily tapi Revin sudah tak menghiraukan nya karena terfokus dengan Altezza

"Eh sadar lu? gak jadi di jemput malaikat?" Celetuk Revin.

"Revin." Tegur Emily. Dia mulai mengompres kening Altezza.

Revin menghampiri mereka, dia duduk di sebelah Emily menatap Altezza yang tengah menatapnya.

"Bilang apa lo sama gue? malem-malem mimpi apaaa gue bawa orang sekarat ke rumah."

"Abang nda boleh jahat-jahat mulutna. Abang dantengna kacian tauu." Omel Cila.

Seketika Revin melotot tak terima. "Heh anak pungut! kecil-kecil udah centil aja." Sewot Revin.

Cila tentu saja tak terima, dia melengkungkan bibirnya ke bawah bersiap akan menangis. Melihat Cila yang seperti itu, membuat Cela pun turut mengikutinya.

"HUAAAA!!!"

"E-EH."

"Revin!" Tegur Emily membuat Revin semakin panik.

"MAS! INI SI KEMBAR NANGIS NIH!!" Teriak Emily memanggil Gilbert.

Tak lama, Gilbert datang dengan mengenakan pakaian kantornya. Dia segera mendekati keduanya dengan tatapan menghunus ke arah Altezza.

"Sembuh langsung pulang! jangan kebanyakan modus sama istri orang!" Ketus Gilbert.

"Mas!!" Emily mencubit gemas perut Gilbert hingga membuat laki-laki itu meringis kesakitan.

"Galak amat sih yang." Ringis Gilbert.

Gilbert membawa kedua anak kembarnya keluar, sebelum sampai ke pintu ... Dia sempatkan untuk memberi pesan pada putranya.

"Jaga bunda mu, jangan sampai di curi hatinya sama temen berondongmu itu."

Emily benar-benar tak habis pikir dengan suaminya, padahal Altezza seumuran dengan putra mereka. Mana mungkin Emily pindah ke lain hati di usianya yang tak lagi muda.

"Jangan dengerin kata daddy Revin yah, emang gitu orangnya. Suka posesif." Ujar Emily menatap Altezza karena merasa tak enak.

"Enggak papa tante, maaf merepotkan." Lirih Altezza.

Altezza terdiam, dia baru mengingat mengapa dirinya bisa pingsan. Seketika dia buru-buru terduduk dengan raut wajah panik.

"T-tante saya harus pulang, sa-saya harus pulang." Panik ALtezza.

"Eh-eh!!" Emily menjauh saat ALtezza hendak bangkit dari tempat tidur, remaja itu berusaha berdiri. Namun, sayangnya kaki Altezza masihlah sangat lemas.

"Bandel! lo tuh pingsan dua hari, gaya-gayaan mau pulang. Lagian, gak ada yang nyariin tuh."

Seketika mata Altezza membulat sempurna, dia menatap Revin dengan raut wajah terkejut.

"Du-dua hari?!" Pekik Altezza.

Revin mengangguk kaku." I-iya."

Altezza memegangi kepalanya, dia memukul kepalanya dengan menjambak kasar rambutnya. Seketika Revin dan Emily pun menjadi panik.

"Hei." Emily memegang tangan Altezza, netranya menatap Altezza dengan tatapan sendu.

"Jangan begitu, kamu baru aja sembuh. Istirahat dulu, tante akan hubungi orang tua kamu."

Altezza menggeleng lemas, ibunya sudah pasti telah di bawa pergi dengan anak buah Yamamura. Altezza terlambat menyelamatkan nya. Bodohnya, dia mengejar mereka tampa membawa senjatanya sehingga dia kalah jumlah dengan mereka.

"Maafkan Al mah. Al gagal selamatin mamah." Batin Altezza sedih.

Revin jelas melihat sorot kesedihan di mata Altezza, dia juga merasakan kesedihan itu. Melihat Altezza yang seperti ini, membuat Revin tak lagi mengoceh.

"Istirahat yah, tante buatkan kamu sarapan dulu." Pamit Emily setelah mengelus lembut rambut Altezza.

Altezza tersentuh dengan usapan lembut Emily, usapan yang tidak pernah ia rasakan sedari kecil. Usapan seorang ibu pada putranya, dia merindukannya.

Air mata Altezza menetes penuh haru, dia jadi membayangkan bagaimana jadinya jika Emily adalah ibunya? Dunia Altezza pasti akan berwarna, bukan lagi hitam putih seperti kehidupannya saat ini.

"Dia kenapa? bunda kan cuman usap kepalanya, bukan ilangin kepalanya?" Batin Revin.

_____

Authornya lupa up😭😭 kemarin tidur tidur aja ngerasa gak ada beban gitu, inget inget tadi sore kalau kemarin belum up😭😭. Maaf yah😭

Terima kasih nagi kalian yang suka komen, maaf yah belum sempet author balas😭 jangan kapok komen yah🤗🤗🤗

Terpopuler

Comments

Tia H.

Tia H.

si kembar lucu ganjen kecil2 udah tau cowo ganteng 🤣🤣🤣.

2024-05-05

1

Bunda

Bunda

othor kebiasaan dah,...😒
dah mau nangis bacanya, pas ujungnya pasti jd ngakak...😆😆

2024-05-22

0

Rani Ri

Rani Ri

🤣🤣🤣🤣🤣🤣

2024-05-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!