Keluarga tox1c

BRAK!!

"BODOH!! BAGAIMANA BISA KAMU GAGAL MENDAPATKAN TENDER ITU HAH?!"

Adelio terkesiap mendengar suara teriakan kakeknya, dia tergesa-gesa masuk dan melihat bagaimana ayahnya di maki-maki oleh sang kakek di ruang tengah.

"Maaf pah."

"Apa kamu pikir, kata maaf mu bisa membuat perusahaan Greyson balik memberikan tendernya pada kita hah?! Gak becus kamu! kamu mau perusahaan kita bangkrut ha!!" Sentak seorang pria paruh baya bernama Hendrawan Ferdi Millano.

Adelio tak terima, dia yang masih mengenakan seragam sekolahnya berjalan cepat ke hadapan sang kakek dan membelakangi sang ayah seolah melindunginya.

"Cukup kek!! kakek gak pantas memaki ayahku seperti itu!!" Sentak Adelio.

"Jangan ikut campur kamu!! ayahmu ini tak becus menjalankan tugasnya! apa kamu mau kita jatuh miskin hah!! saham kita sedang turun! anak kecil, tau apa kamu!!" Sentak Hendrawan.

"CUKUP KAKEK MENJADIKAN AYAHKU ROBOT!!" Marah Adelio dengan tatapan tajam dan nata yang memerah menahan air kata.

Ayah Adelio, Varrel Millano menahan putranya itu agar tak meledak di hadapan yang lebih tua. Namun, Adelio mengenyahkan peringatan sang ayah.

"Apa karena ayahku bukan anak kandungmu sehingga kamu bisa berbuat seenaknya?! ayahku manusia! bukan robot! kakek tidak bisa seenaknya menjadikan ayah robot demi keuntungan kakek!"

"LIO!! JAGA BICARAMU DI HADAPAN KAKEKMU!!" Ibu dari Adelio datang di sertai dengan kekhawatiran.

"Ibu? ayah suami ibu! seharusnya ibu membela ayah! bukan kakek! suami sedang di bentak dan di jadikan robot, apa kau akan diam saja? aku tidak benar-benar mengerti dengan keluarga ini. Kalian rela menjadi budak demi pria tua bangka seperti dia!"

"ADELIO! JAGA BICARAMU!!"

"BU!! AYAHKU MANUSIA! BUKAN ROBOT! TIDAK BISAKAH KALIAN MENJAGA PERASAANNYA! IBU SELALU MENUNTUTNYA UNTUK MENJADI SOSOK SUAMI SEMPURNA!! DAN KAKEK MENGGUNAKANNYA UNTUK KEUNTUNGAN!! APA AYAHKU BARANG? APA AYAHKU ROBOT?! HATI KALIAN SANGAT BUSUK!!"

Varrel menarik tangan putranya, dia tak bicara satu kata pun dan hanya lewat tatapan mata Adelio mengerti semuanya. Varrel menyuruhnya berhenti, dia tak habis pikir dengan ayahnya. Kenapa bisa ada orang yang tahan di jadikan robot seperti ini?

"Ayahmu melalukan semuanya karena balas budi! dia harus balas budi pada keluarga Millano! kalau bukan karena keluarga Millano, kalian sudah pasti jadi gelandangan!!" Sentak Hendrawan.

"Wah, balas budi? butuh berapa tahun lagi? yang rawat ayah adalah nenek, bukan kakek. Kenapa seakan-akan kakek yang merawat ayah? apa tidak cukup puluhan tahun ayah membalas itu semua?!! Dia kerja siang dan malam, lupa makan dan tidur. Bahkan dia mengabaikan sakitnya, itu semua demi siapa?!"

"Giliran kakek, tinggal ongkang-ongkang kaki nerima gaji miliyaran! sedangkan gaji ayahku, tak lebih dari gaji direktur! Apa ini sebuah keadilan? bicaralah!! ibu! kau selalu membela kakek kan? jadi bicaralah!! suamimu di tindas dan kamu hanya diam saja?!"

Ibu Adelio, Dewiana hanya diam menatap kemarahan yang tertera di mata putranya. Dia juga ingin membela suaminya. Namun, jika keduanya melawan, mereka akan tinggal di jalanan. Bagaimana nasib masa depan putra mereka?

"Jika kalian tidak ingin menurutiku, silahkan pergi!! saya tidak butuh kalian disini!!" Angkuh Hendrawan.

"Pah! maafkan Adelio, dia hanya lelah pulang sekolah. Aku akan memarahinya!" Sahut Varrel dengan cepat.

Varrel mencengkram lengan Adelio agar putranya meminta maaf. Namun, Adelio enggan. Dia tidak akan meminta maaf pada Hendrawan karena dia merasa tidak salah.

"Varrel, jika kamu masih ingin bertahan disini, kamu harus bisa mendapatkan kembali kepercayaan Greyson!! Jika tidak siap-siaplah angkat kaki Dari sini, papah tidak butuh anak yang tidak berguna!" Sentak Hendrawan dan pergi dati sana meninggalkan keluarga kecil itu.

Dewi maju ke hadapan putranya, dia mencengkram kedua bahu Adelio dengan menatapnya tajam.

"Kamu puas!! kita akan menjadi gelandangan!! bagaimana sekolah mu? bagaimana sekolah adikmu?! ADELIO!! Kamu terlalu bodoh untuk bertindak!!" Omel Dewi.

Sedangkan Varrel, dia terduduk di sofa sambil memegangi kepalanya. Dia juga lelah dengan sikap ayah angkatnya. Namun, apa daya. Dia butuh uang untuk kehidupan keluarga kecil nya.

"Kalian bisa keluar dari sini, kita bisa hidup sederhana. Lagi pula, gaji ayah tidak besar kan. Kenapa kalian tetap mau di jadikan sampah oleh kakek?!"

"KAMU TIDAK MENGERTI ADELIO!! SEKOLAHMU KAKEK YANG BAYARKAN! KEPERLUANMU DAN LAINNYA JUGA!! JIKA AYAH TAK BEKERJA DENGANNYA, BAGAIMANA KAMU DAN ADIKMU HIDUUUPP!!" Marah Varrel.

Adelio berdecak sebal, dia berlalu meninggalkan kedua orang tuanya dengan marah yang memeluk relung hatinya. Sementara Varrel, dia sedang memikirkan cara agar membujuk ayah angkat nya.

"Aku tidak masalah jika hidup serba kekurangan, tapi aku tidak mau anak-anak merasakan kekurangan. Hidup sulit itu tidak enak. Tapi aku juga capek di jadikan ladang duit buat keluarga ini. Semua adik-adikku tinggal nyodorin tangan buat minta uang. PErusahaan aku yang handle, aku capek."

Dwi ikut duduk di samling suaminya, dia mengelus pelan bahu bergetar Varrel. Dia sangat tahu ala yang di rasakan Varrel, hanya saja mereka tak berkuasa menolak keinginan Hendrawan.

"Dewi, jika aku orang jahat. SUdah dati dulu aku merebut harta papah. Untuk apa bertahan di bawah kendali orang lain? Tapi nyatanya, tetap saja papah tidak menghargai usahaku."

Sedangkan di kamar, Adelio merenung di kamarnya. Dia masih ingat, setiap ada kumpul acara keluarga. Pasti ibunya yang selalu berada di dapur, neneknya seakan-akan mengasingkan ibunya dan menganggapnya seorang pembantu.

Ayahnya terus di jadikan robot perusahaan, karena anak kandung kakek dan neneknya adalah perempuan sehingga Varrel lah satu-satunya anak laki-laki yang mereka punya. Walau angkat.

Semua bibi Adelio sudah menikah dan memiliki kehidupan masing-masing. Semenjak neneknya meninggal, sangat jarang sekali bibinya kumpul dalam rumah kecuali jika meminta uang.

"Toxic tau gak!" Geram Adelio.

.

.

.

.

Malam hari, Revin berniat ke toko kue. Adik kembar bont0tnya tengah ingin memakan cake strawberry. Gilbert sudah menawarkan agar koki rumah yang membuatkan. Namun, mereka tetao kekeuh ingin membeli.

Jadilah sekarang Revin bersama kedua adiknya memasuki toko kue yang lumayan jauh dari rumahnya.

"Mau yang mana?" Tanya Revin ketika mereka tiba di depan etalase yang penuh dengan kue.

"Aku yang ini!!" Unjuk Cila pada sebuah kue berbentuk kucing.

"Aku ini!" Seru Cela menunjuk sebuah donat.

Revin mengangguk, dia celingak-celinguk mencari oegawai yang akan melayani mereka.

"Selamat datang di Zera BAkery, ada yang bisa kami bantu?"

"Ini, saya mau ... Adelio?!"

Revin membulatkan matanya saat melihat bagaimana Adelio mengenakan seragam karyawan toko kue tersebut. Adelio pun sama kaget nya, padahal dia sudah pakai topi yang hampir menutupi matanya.

"Oh ini toko kue lo yah?" Tanya Revin sesaat setelah kagetnya.

Adelio bingung ingin menjawab apa, dia hanya sebagai karyawan disini. Dia bekerja karena mengisi waktu senggangnya, menurutnya lumayan dengan gaji di toko kue tersebut.

"Bu-bukan!" Pekik Adelio.

"G4but banget lo kerja disini, btw adek gue mau kue ini sama itu. Bungkus yah!" Pinta Revin.

"Iy-iya!" Adrlio sangat gugup, takut Revin m3mbully nya karena bekerja sebagai pegawai biasa.

Selesai, Adelio menyerahkan paper bag kue itu pada Revin. Revin memberikannya pada si kembar dan di sambut antusias oleh keduanya.

"Rev, jangan bilang sama temen-temen yah." Pinta Adelio setelah memberikan kembalian.

"Heng? ngapain? lo kan kerja, bukan nyolong. Santai aja kali. Udah yah, gue pulang. Gue bangga ama lo, g4but lo gak main-main. Calon pria sejati!" Puji Revin.

Adelio tersenyum, dia berteman dengan kedua penerus kaya adalah suatu bonus. Dia tidak berniat memanfaatkan keduanya. Hanay saja, ketiganya cocok untuk berteman.

Revin pulang dengan mengendarai mobilnya, kedua adiknya sedang menikmati kuenya di kursi bayi mereka.

"Sudah kan, sekarang pulang dek."

"Heum, abang cama kakak nda di belikan?" Tanya Cela yang selalu mengingat saudara lainnya yang di rumah.

"Gak usah, bisa beli sendiri mereka. Emang dasarnya mager." Sewot Revin.

Cela hanya mengangguk-anggukan kelalnya dan menikmati kembali makanannya. Revin mengendrai mobilnya dengan santai karena sudah malam dan jalanan sepi.

Namun, saat sedang fokus menyetir. Revin teringat akan sesuatu.

"Eh, g4but banget si Adelio jadi karyawan toko kue? dia kan anak orang kaya, s5gabut-g4butnya kerja jadi pegawai kantor lah. Kok jadi pegawai toko?" Batin Revin menyadari kekeliruannya.

"Bang, dah habis!" Adu Cila menunjukkan tangannya yang sudah tak terdapat kue miliknya.

Revin melirik dari spion tengah. "Yaudah, emang mau ngapain lagi? jajan lagi? Gak usah! udah malem, tidur deh pada! badan udah gempal mau makan malem terus.

" ABAANGG!!" Sewot keduanya saat di katai gendut secara tidak langsung.

"Kenyataannya kok." Cicit Revin.

______

JANGAN LUPA DUKUNGANNYA😍😍😍

Terpopuler

Comments

Neulis Saja

Neulis Saja

next

2024-06-01

0

Rani Ri

Rani Ri

Wahhh kasihan Adelio,,miriss bgtttt ajak lah rev si adelio kasihan dia

2024-05-03

0

Truely Jm Manoppo

Truely Jm Manoppo

Abang Revin baik deh ... tolong bantuin Adelio

2024-03-16

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!