Altezza tengah memikirkan foto yang ia lihat, dia penasaran dengan keluarga Revin. Apalagi tentang Marcel yang berfoto dengan Galang.
DERT!!
DERTT!!
Altezza melirik ponselnya, di sana tertera nama King sedang menghubunginya. Altezza pun mengangkatnya dengan cepat.
"Dimana kamu anak si4l4n?! Jika kamu macam-macam, maka ibumu taruhannya. Ingat itu Altezza."
"Dimana kau menyembunyikan mamah?! dimana papah membawa mamah?! aku tidak akan lagi bekerja padamu jika kamu berani mengapa-apakan mamahku!!" Pekik Altezza.
Terdengar Yamamura tertawa keras, membuat Altezza sontak mengepalkan tangannya di atas selimut yang ia kenakan.
"Pulanglah! papah punya rencana bagus! jika kamu berhasil, papah janji akan mengembalikan wanita gila itu padamu."
Tutt!
Altezza membanting keras ponselnya, dia meremas kasar rambutnya. Ingin rasanya dia berteriak dan mengatakan bahwa dirinya lelah. Sangat lelah.
Altezza memutuskan untuk pulang, dia memakai jaketnya dan berjalan tertatih ke luar ruangan. Emily yang akan mengecek keadaan Altezza seketika terkesiap melihat teman putranya itu keluar kamar sambil berpegangan pada dinding.
"Kamu mau kemana?!" Oanik Emily.
Dengan senyuman tipis, Altezza berkata. "Aku pulang dulu tante, terima kasih atas perawatannya. Tapi aku harus pulang." Pamit Aptezza.
"Orang tua kamu sudah jemput?" Tanya Emily.
Altezza menggeleng, seketika Emily memanggil bodyguard. Dia memerintah bodyguard itu agar mengantar Altezza pulang, walau awalnya remaja iyu menolak. Tapi, karena paksaan dari Emily membuat ALtezza terpaksa menurut.
"Pak depan berhenti yah." Pinta Altezza pada supir yang mengantarnya pulang.
Altezza tak berhenti di depan mansion Yamamura, karena khawatir Yamamura akan tahu dia dari kediaman Greyson. Karena mobil keluarga Greyson terdapat lambang keluarga di depannya.
"Terima kasih." Ucap Altezza sebelum menutup pintu.
Altezza menatap ponselnya yang retak, Beruntung ponselnya tidak mati. Sehingga Altezza menghubungi seseorang untuk menjemput nya.
.
.
.
.
Revin tengah makan di kantin dengan lahap, dia sangat lapar karena habis mengerjakan matematika yang menguras pikirannya.
"Dari dulu, gue gak suka pelajaran matematika. Udah gurunya ngeselin, pelajarannya juga!" Oceh Revin.
"Sama, gue lebih suka jam istirahat." Celetuk Adelio.
"Ye! itu mah hobi nya lo!" Seru Revin.
Saat asik-asik bercanda, tiba-tiba Anora dkk duduk di meja mereka. Ketiga menatap mereka dengan wajah melongo. Bahkan Revin menghentikan kunyahannya saat bertatapan langsung dengan Anora.
"Kita duduk sini yah, yang lain penuh." Ujar Olive mewakili para temannya.
"He! mulut mercon! lo kesambet apaan dah mau duduk dekat kita?!" Pelik Adelio.
Olive menggeram kesal, dan Sello berhasil menahan kekesalan sahabatnya itu.
"Sudah-sudah, Adelio jangan cari masalah." Ujar Reynan menengahi mereka. Dia kembali makan dengan tenang, sama juga dengan Revin.
Revin kembali menikmati makanannya, dia bahkan sampai tidak sadar jika sedari tadi Anora terus melihat kepadanya.
"Uhuk!!" Revin tersedak, Anora segera memberikan air pada Revin dan langsung di minum olehnya.
"Pelan-pelan." Tegur Anora.
Revin memaksa senyumnya, dia sebenarnya gugup ketika berdekatan dengan Anora. Apalagi keduanya duduk berdekatan walau ada jarak sedikit.
Anora menatap ponselnya, dia seperti nya tengah membalas chat. Sangking asiknya, Anora tak sengaja menjatuhkan sumpit yang sebelumnya Revin pakai.
"Sorry." Ujar Anora sambil memundukkan kepalanya untuk mengambil sumpit yang terjatuh itu.
Revin meletakkan tangannya di pinggiran meja, khawatir jika Anoa terpentuk sewaktu bangun.
"Aw!" Seketika Anora memegangi kepalanya, kepalanya berhasil terpentuk cukup keras.
"Eh?! gue salah pegang yah?!" Pekik Revin menyadari jika dirinya salah target. Kepala Anora terpentuk sisi meja di sebelah tangan Revin.
Anora mengusap kepalanya yang terasa pening, karena merasa bersalah Revin membantu mengusap-usapnya. Anora menatap rahang Revin, karena kepala remaja itu sedikit mendongak untuk melihat kepala Anora yang terpentuk.
Reynan dan teman-teman lainnya menatap mereka dengan wajah melongo. Menyaksikan adegan drama di depan mata, memang sangat lah menarik.
Merasa di tatap, Revin pun menunduk. Seketika tatapannya terjatuh pada manik indah milik Anora. Sejak awal dia melihat Anora, Revin sudah sangat tertarik dengan mata yang Anora miliki.
"Ekhem!" Dehem Reynan.
Revin dan Amora menarik diri mereka dan kembali memegang peralatan makan. Keduanya sama-sama salah tingkah, apalagi di tatapan seperti itu.
"Eh, sejak kapan mereka dekat? bukannya Anora sama yang lainnya paling anti temenan sama yang lain yah." Bisik Jingga.
"Gue enggak tahu juga, sejak kejadian penyerangan itu kayaknya Anora dan teman-temannya berusaha untuk dekat dengan Revin sama teman-temannya." Jawab Aileen.
"Tidak ada yang tiba-tiba, mereka tidak mungkin mendekati Revin dan teman-temannya jika tidak ada keuntungan yang mereka dapat." Celetuk Anastasia.
Seketika Aileen dan Jingga menatap ANastasia yang sedang menatap meja Revin dengan serius.
"Maksudnya ada udang di balik bakwan eh! maksudnya batu! iya! gue setuju!" Semangat Jingga.
Saat mereka sik menatap, tak sengaja Sello menatap Anastasia yang ternyata juga tengah menatapnya. Jingga dan Aileen tentu heboh dengan kejadian langka itu.
"Oh astaga!! my bestiee!! dia lihat lo!!" Bisik Aileen.
"Syutt diam!" Bisik ANastasia malu dan memutuskan untuk pergi ke toilet.
"Yah yah! pergi lagi tuh anak, kesempatan juga di tatap cogan. Gue mah, bakalan tatap balik terus." Celetuk Jingga setelah kepergian Anastasia.
Melihat Anastasia yang pergi, membuat Sello berniat ingin mengikutinya.
"Gue ke toilet dulu." Pamit Sello meninggalkan teman-temannya yang menatap kepergiannya dengan bingung.
"Toilet? Perasaan sebelum ke kantin kita baru ke toilet? Jangan-jangan lagi b3ser kali dia yah." Gumam Dino.
Sello berjalan ke toilet siswi, dia melirik sekita lorong yang terlihat sepi. Dia pun nekat memasuki toilet siswi dan kebetulan melihat Anastasia yang sedang mencuci tangannya di westafel.
Setelah selesai mencuci tangan, Anastasia mengangkat kepalanya. Netranya membulat sempurna saat melihat Sello yang berdiri di belakangnya dari pantulan cermin.
"Se-sello?!" KAget Ana.
Ana berbalik, dia menatap Sello dengan raut wajah keterkejutannya. Sedangkan Sello yang melihat wajah Ana ketakutan seperti itu malah mengangkat satu sudut bibirnya.
"Anastasia, putri kedua dari Jendral angkatan udara. Wah, hebat lo bisa nyembunyiin identitas selama tiga tahun dari pihak sekolah." Ana gemetar saat Sello melangkah mendekat.
Sello mendekatkan wajahnya pada Ana, dia memegangi poni Ana yang menjutai sambil menatap manik gelap perempuan itu.
"Menarik sih, bokap lo jendral abang lo gangster. merupakan dua hal yang sangat jauh berbeda. Tapi gue salut sama pendirian lo, yang malah mengikuti mafia."
Ana merubah raut wajahnya menjadi tersenyum, dia duduk di atas westafel dengan menatap Sello dengan angkuh.
"Gue harus cari pemimpin gue bukan?"
"Yes baby, ini yang gue tunggu. Sifat asli lo." Bisik Sello sambil meletakkan kedua tangannya di tepian westafel dan mengukung ana.
"Apa yang lo mau Sello?" Tanya Ana dengan tenang tanpa takut seperti tadi.
"Welcome Sia. Gue benci lo menjadi Ana." Ujar Sello sambil memainkan jari telunjuk di pipi putih Ana.
Ana melirik ke arah pintu, Sello tak menutup pintu hingga masuklah seorang siswi memakai kaca mata dengan rambut berkepang dua.
"So-sorry." Gadis itu ketakutan melihat keduanya, hingga menilih pergi. KEduanya tak menghiraukan perilah siswi tadi.
"Well, gue memang Sia. Anastasia, dua orang berbeda dalam satu tubuh. Lo harus paham Sello. Hati ana untuk lo, tapi hati gue kosong. Yang ada, hanya ambisi untuk menghancurkan lo." Bisik Ana sambil memainkan jarinya di d4d4 bidang Sello.
Anastasia, memiliki kepribadian ganda. Dimana di saat dirinya takut, sosok Sia muncul dalam dirinya. Sosok yang selalu memiliki ambisi jika dirinya sudah menyukai suatu hal.
"Lo gak bisa hancurin gue baby." Bisik Sello.
"Why?" Tanya Ana.
"Raga yang lo tumpangin ini, cinta sama gue."
Ana mendelik kesal, dia mendorong Sello dan pergi dari sana. Sello menatap kepergian Ana dengan tatapan tajam.
Sello kembali ke kantin, sesaat sebelum duduk dia menatap meja Sia. Di sana gadis itu tertawa lebar bersama teman-temannya, yang pasti dia bukan Sia.
"Lo habis dari mana?" Bisik Galen.
"Gue menemukan mainan baru,
sekutu baru, sekaligus ... senjata baru." Lirih Sello yang hanya di dengar oleh Galen dan Dino.
______
Maaf yah up satu satu terus😭😭 tau sendiri mau deket lebaran sibuk buat kue😭😭 tapi author selalu usahain up lebih kok😌
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Neulis Saja
what does it mean?
2024-06-03
0
Truely Jm Manoppo
😍😍😍😍😍
2024-03-17
0
Leng Loy
Keren ya Bapaknya Jenderal Kakaknya Gangster Adiknya Mafia, cuma ada di dunia novel 😁
2024-01-29
2