Kedatangan Altezza

Kantin.

Revin, Reynan dan bersama satu teman mereka yaitu Adelio tengah menikmati jam istirahat. Ketiganya tampak klop karena sama-sama sefrekuensi.

"Sebelumnya lo sekolah dimana Rev?" Tanya Adelio.

"Gue? gue sekolah di rumah." Jawab Revin dengan jujur.

Seketika Adelio menatap Reynan dengan netra melotot, lalu beralih menatap Revin dengan tatapan kagum.

"Wah lo homeschooling! keren dong yah, gue mau homeschooling. Tapi ya gak bisa lah." Seru Adelio dan kembali menikmati mie ayamnya.

Netra Revin menangkap sebuah lebam di tangan Adelia, lebam yang berbentuk memanjang. KArena penasaran, Revin menyentuh lebam itu.

"Apaan sih lo!" Sewot Adelio.

"Oh sorry, itu lo habis bertengkar apa gimana?" Tanya Revin menunjuk lebam Adelio dengan dagunya.

Adelia menutup luka itu, wajahnya terlihat gugup. Reynan hanya melirik temannya itu.

"Itu ... biasalah anak lali-laki! pasti ada lah berantem dikit," ujar Adelio kembali ceria.

Tapi Revin menyipitkan matanya, membuat Adelio yang terserang gugup meraup wajah Revin dengan kesal.

"Matanya dong tolong!"

Revin kembali menikmati nasi gorengnya, walau sesekali dia melirik wajah Adelio yang masih terlihat gugup.

BRAK!!

"LO GAK LIAT INI MEJA KITA HAH?!"

KEtiganya menatap ke asal suara, Reynan dan Adelio yang sudah tahu persoalan itu segera kembali fokus dengan jajanan mereka sambil di selingi dengan obrolan.

Berbeda dengan Revin hanya menatap kelima orang yang sedang memarahi si pemilik meja.

Revin bangkit dari duduknya, dia mendekati mereka berniat akan membela. Sedari kecil, Revin tidak suka sesuatu yang tak sesuai tempatnya dan hal yang di rebut secara paksa.

"Mereka sudah disini sedari tadi, apa kalian yang membeli meja ini? kenapa sikap kalian begitu arogan?"

Kelima nya menoleh menatap Revin dengan tajam kecuali Anora yang hanya menatapnya datar tanpa ekspresi.

"Tutup mulutmu dan tidak usah ikut campur!" Sentak seorang perempuan di samping Anora bernama Olive Godriguez

"Heh petasan mercon! rubahlah sikap lo yang arogan dan suka menindas orang lain! mulut lo sangat berani, jika lo bertemu bunda gue sudah gue pastikan bunda akan menjejeli mulut lo dengan cabai!" Pekik Revin membuat seisi kantin menahan tawa mereka.

"DIAM! APA YANG KALIAN TERTAWAKAN!" Pekiknya dengan kesal.

Reynan dan Adelio segera mendekati Revin, mereka sudah ketar-ketir ketika Revin malah melawan 5 sekawan itu.

"Rev, lebih baik kamu balik diam dan jangan ikut campur." Bisik Adelio.

"Rev, lo inget bunda kan. Jangan cari masalah, gue mohon." Lirih Reynan.

Revin menepis tangan Reynan dan Adelio yang memegangi kedua tangannya. "Apaan sih kalian! ini itu tentang hak asasi hewan eh maksudnya manusia! Ini itu tentang perwujudan pri ... Pri apa Rey."

Reynan ingin rasanya menangis sekarang, dia bahkan sempat tak mengakui kalau Revin adalah sepupunya.

"Prikemanusiaan Rev!" Bisik Adelio.

"Nah itu! prikemanusiaan! makanya jalan jangan lelet! jadi gak kebagian tempat kan kalian! terutama lo lo dan lo! jangan pikir gue takut sama kalian bertiga!" Revin menunjuk ketiga pria itu dengan tatapan menantang.

Sello, maju mendekati Revin. Revin tak gentar, dia balik menatap Sello dengan tatapan tajam. Tak seperti saat di kamar mandi, dia kabur dari hadapan pria itu.

"Pengecut. Lo berani di saat ruangan terbuka," ujar Sello.

"Lebih baik kalian cari meja lain, jangan suka merebut apapun yang bukan milik kalian. Itu namanya rakus!"

Reynan ingin menarik Revin, tapi rasa khawatirnya jauh lebih besar.

BRUGH!!

Sello mendorong Revin, hingga tubuh Revin terjatuh sebelum akhirnya menabrak meja. Revin tak terima, dia balik membalas Sello hingga keduanya terjadi pertikaian.

"BERHENTI!!!"

Sello dan Revin yang akan saling memukul tiba-tiba terhenti ketika mendengar suara seseorang menngentikan mereka. Padahal sedikit lagi pikulan keduanya akan mendarat di pipi lawan.

"Sello, sebaiknya kita kembali ke kelas." Titah Anora.

"Tapi ...."

"Turutin perintah gue!" Anora dan temannya Olive pergi lebih dulu meninggalkan Sello dan dua yang lain.

Sello mendorong Revin dengan menatapnya tajam, sepertinya Revin sudah masuk dalam catatan hitamnya.

Selepas kelimanya pergi, semua orang beetepuk tangan. Revin ikut menepuk tangan untuk dirinya sendiri.

"Rey, gue lemes banget." Reynan dan Adelio menahan tubuh Revin.

"Tatapannya nusuk banget cuy. Sebenarnya udah geter, cuman gak etis banget gue loyo di depan banyak orang." Perkataan Revin membuat Reynan menjitak sepupunya itu.

"Aduh!" Ringis Revin.

"Yang lo tantangin itu bukan sembarangan murid! Anora, cewek tadi itu cucu pemilik sekolah!" Jelas Reynan ketika Revin akan menutup matanya.

"APA?!" Pekik Revin.

Adelio turut menakut-nakutinya juga. "Bener, Sello, Dino sama Garel itu tiga-tiganya jago beladirinya. Lo gak bakal sanggup lawan mereka!"

Revin juga tidak tahu mengapa dia seberani itu, dia hanya tidak suka orang di tindas. Dirinya akan selalu maju paling depan ketika ada hal yang salah.

Sedangkan di ujung kantin, seorang siswa menatap kejadian tadi dengan tatapan tak dakat di baca. Siswa itu tersenyum tipis melihat kejadian tadi.

"Revin ... kenapa sikap kepimimpinan ada di dalam diri sepupu Evans? Menarik." Gumamnya yang tak lain dan tak bukan adalah Altezza. Hari ini, dirinya resmi menjadi murid di sekolah itu.

.

.

.

.

Kembali ke kelas, Revin terduduk di bangkunya. Netrajya sempat melirik Anora yang terlihat sedang bermain ponselnya.

"Anora." Panggil Revin.

Anora menoleh dan menatap Regin dengan ekspresi datarnya, membuat Revin kian bertambah gugup.

"Jangan menatap gue begitu! Lo ini perempuan, setidaknya bereskpresi lah seperti perempuan. Jangan membuat gue gugup." Sedari kecil Revin memang jujur, jujur yang sangat kelewatan.

Anora hanya menatapnya sekilas dan kembali bermain ponselnya. Revin menghela nafas gusar, sulit sekali berinteraksi dengan Anora. Netranya menatap Olive yang menatapnya tajam.

"Apa melototin gue? mau gue colok tuh mata?!" Sewot Revin.

Membuat Olive mendengus sebal, tapi ada satu hal yang menurut Revin aneh. Ketiga teman pria Anora tidak terlihat di kelas.

"Eh mana tuh tiga curut? eh Anora, mana temen lu?" Tanya Revin.

"Bunuh orang."

Revin yang terkejut sontak memegangi d4d4 nya, gamblang sekali teman di depannya ini melakukan kejahatan.

"Nor! sadar! bunuh orang itu dosa!" PEringat Revin.

Anora menatap sekilas Revin lalu melanjutkan bermain ponselnya tanpa memperdulikan Revin yang gelisah akibat ucapannya.

"Alamak! bunuh orang di anggep kayak beli jajan, dunia sedang tidak baik-baik saja kawan." Bisik Adelio pada Reynan yang sepertinya keduanya tadi tak sengaja mendengar percakapan Revin dengan Anora.

"Diamlah!" Desis Reynan.

Sementara itu, Jingga tengah mengaca di cermin yang ia bawa. Kembali memperhatikan riasan wajah yang ia pakai.

Namun, cermin nya menangkap hal yanga aneh. Dia melihat Olive sedang menyembunyikan sebuah pistol di dalam tasnya sambil memperhatikan sekitar.

"Astaga, itu pistol beneran apa pistol mainan?" Batin Jingga resah.

Jingga menoleh ke belakang, netranya tak sengaja bertatapan dengan Olive yang menatapnya. Seketika Jingga kembali menatap depan dengan menormalkan degup jantungnya.

"SELAMAT SIANG ANAK-ANAK!"

Mereka.kembali fokus saat guru masuk bersama dengan seorang siswa. Sepertinya Siswa baru, sangat tampan.

"Oke anak-anak, kenalkan. Dia ... Dylan Aldi Pratama."

"Salam kenal semuanya." Sapa siswa baru itu sambil tersenyum.

"Astaga! kelas kita di penuhi cogan! kemarin Revin sekarang ... babang Dylan! kalau gitu ... aku ganti nama jadi milea kali yah!!" Oceh Jingga dan mendapat tatapan sinis dari kedua temannya.

"Jadi milia baru cocok buat lo! hahahah!!" LEdek Adelio membuat Jingga mendelik kesal.

Revin menatap Atlezza yang menyamar menjadi Dylan, Siswa berkaca mata tapi tetap terlihat tampan. Namun, ada yang aneh. Altezza menatap Reynan dengan sorot mata yang berbeda.

"Dia tertarik sama Reynan?" Gumam Revin.

Saat Revin akan berbicara pada Reynan, netranya tak sengaja menatap tangan Anora yang mengepal erat. Dia mengangkat wajahnya dan melihat jelas wajah Anora yang mengeras di sertai tatapan tajam terhadap Altezza.

"Lo mantan Dylan yah?" Selidik Revin.

Anora hanya diam, hingga Altezza beralih menatap Anora. Keduanya seperti berperang tatapan hingga perkataan guru membuat tatapan keduanya terputus.

"Kamu duduk di bangku paling belakang yang kosong itu yah!" Unjuk guru pada sebuah bangku di paling pojok.

Altezza menggangguk, dia berjalan dan sempat berpapasan dengan Reynan. Keduanya saling pandang sebelum Reynan memituskan kontak hingga membuat seringaian Altezza muncul.

Revin sempat-sempatnya melirik Altezza, hingga pandangan keduanya bertemu.

"Yee ini mah kayak kelompoknya si Anora, periss ketiplek mukanya macam triplek." Gumam Revin.

_______

Nungguin yah🤭🤭 maaf yah kemarin gak up, hari jni kita double up oke😍

Terpopuler

Comments

Rani Ri

Rani Ri

Revin mulut pedas mu itu gk berubah persis sikap galang,,seharusnya reynan yg seperti itu Karena galang dan gilang saudara kembar🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣

2024-05-03

0

himawatidewi satyawira

himawatidewi satyawira

🤣🤣🤣, mulut pedaasnya blm beraksi, andai mrk tahu penculikpun dihasut lev kecil, sampe dia sendiri yng mutusin harga yng hrs dibyr bpknya untk nebus dia

2024-04-28

0

Dewi Anggya

Dewi Anggya

waah ini sekolah penuh dgn misteri murid² nya

2024-03-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!