Gilbert datang menemui Revin, di lokasi kejadian sudah banyak polisi dan juga ambulan untuk mengangkut mayat pria itu.
"Revin!" Panggil Gilbert saat melihat putranya yang sedang duduk dengan wajah penuh ketakutan.
"Daddy!"
Gilbert mengecek kondisi anaknya, untunglah Revin tidak terluka.
"Daddy, Revin tidak membunuhnya. Dia menggigit lidahnya sendiri dan kejang-kejang. Revin hanya menendangnya tapi tidak terlalu kencang. Revin tahu titik tubuh untuk melumpuhkan lawan, tapi tidak sampai mati seperti ini." Takut Revin
"Syutt tenanglah, daddy akan bicara dengan polisi. Pengacara daddy yang akan membantumu." Gilbert berusaha menenangkan putranya yang terlihat takut.
"Om."
Gilbert menoleh dan mendapati Reynan, Adelio serta Altezza mendekat padanya. "Rey, gue bener-bener gak sengaja." Lesu Revin.
Reynan juga baru tahu tentang informasi ini dari Gilbert, dia membantu memenangkan Revin yang sepertinya tengah ketakutan.
Berbeda dengan Altezza, baginya hal seperti ini sudah biasa di dunia bawah. Pertumpahan darah, bahkan dia tidak pernah tahu kapan dia akan mati dalam pertempuran itu.
Perlahan, Altezza mendekati mayat pria yang sudah masuk ke alam kantong mayat itu. Dia berjongkok dan meneliti mayat itu dengan seksama.
"Bukan, dia bukan anggota Black Dragon." Batin Altezza.
Altezza tak sengaja menangkap sebuah lambang di tangan pria itu, lambang berbetuk serigala. Kini, Altezza paham orang suruhan siapa itu.
Setelah puas memandanginya, Altezza bangkit berdiri. Saat berbalik, netranya bertabrakan langsung dengan manik mata Anora.
Dengan senyuman sinis, Altezza mengahampiri Anora dan berhenti di hadapannya.
"Lihat, anggota lo begitu lemah. Dengan Revin saja dia kalah. Padahal, Revin bukanlah tandingan kalian." Ledek Altezza.
"Apa maksud lo!!" Sentak Sello.
Altezza menyerongkan tubuhnya hingga ke lima sekawan itu dakan melihat mayat tersebut.
"Mereka, anggota kalian kan?"
Anora berjalan mendekat, dia menatap mayat itu dengan tatapan datar.
"Bukan!" Sahut Anora santai.
"Sama hal nya dengan lo dan kita, persaingan untuk mendapatkan penerus Araster semakin besar. Saingan lo bukan kita doang, tapi mafia di seluruh dunia. Asal lo tahu, bokap lo udah lebih dulu menaruh mata-mata di sekolah kita. Dan sebelumnya, kita lah yang sudah menyingkirkan mata-mata itu dengan cara halus."
Tidak ada yang mendengar percakapan mereka yang terdengar lirih, hanya lima sekawan dan Altezza saja yang dapat mendengar percakapan itu.
.
.
.
.
Revin mulai tenang saat dokter yang merawat psikisnya sejak umur 10 tahun datang untuk memeriksanya kembali. Dokter itu memberikan Revin pengertian jika hal yang terjadi bukanlah salahnya.
Marcello menemui dokter yang ternyata adakah teman sesama mafianya dulu, dia sedikit berbincang mengenai kondisi Revin.
"Suatu saat identitasnya pasti akan terbongkar, bagaimana jika mafia lain mengetahuinya dan mengincarnya?" Tanya dokter itu pada Marcel.
"Selama mereka tidak tahu aku masih hidup, anak dan cucuku masih aman. Yamamura belum menyadari kehadiranku, dia tahunya aku tewas saat pertempuran itu."
"Tapi Revin? dia penerus mu kan?"
Marcel menggeleng, dia yang menyerahkan kedudukan pada Galang juga tidak tahu menahu penerus setah Galang.
"Aku tidak tahu, mafia Araster sudah ku serahkan pada Galang. Aku tidak tahu apakah dia sudah menunjuk penggantinya apa belum. Tapi selama ini, Galang tidak menjadi incaran Yamamura lagi. Itu artinya, Yamamura menyadari jika Galang sudah menyerahkan kepemimpinannya pada oenerus selanjutnya. Sehingga Yamamura akan menunggu disaat Galang sadar, aku rasa ... Yamamura sangat bodoh. Dia mencelakai Galang dan dia yang kesusahan sendiri."
Dokter itu mengangguk-anggukan kepalanya setuju dengab perkataan Marcel. Dokter tersebut juga tak lagi menjadi mafia, dia sudah keluar dari sana dan melanjutkan cita-citanya menjadi dokter hingga sekarang.
"Jika Revin ada penerus selanjutnya, apa yang akan kamu lakukan?" Tanya DOkter.
"Akan ku suruh Revin melepas kepemimpinannya. Sudah cukup aku melihat keluarga ku menjadi sasaran Yamamura. Aku tidak ingin cucuku kembali melanjutkan jejakku." Yakin MArcel.
"Jika seperti itu, bagaimana kalau seandainya Yamamura berhasil menguasai Araster? apa kabar dunia? kejahatan semakin merebak, bahkan pertahanan negara tidak akan kuat lagi jika Yamamura sudah mendapatkan Araster. Araster sudah seperti kunci seluruh Mafia, dengan memegang Araster maka semua mafia akan suka rela mengikuti perintah."
Marcel mengiyakan, jika Araster kunci dari semuanya. Tanpa Araster, Yamamura akan bebas merampok para mafia lain dan merebut paksa mafia tersebut.
"Aku yakin, saat ini Yamamura pasti sudah bertindak mendekati keluarga Evans untuk mencari tahu. Terlebih Reynan, keponakan pertama Galang sendiri."
.
.
.
.
Altezza memasuki ruangan Yamamura, netranya melihat sang ayah yang duduk di sebuah sofa dengan di temani dua orang wanita cantik. Altezza muak dengan kelakuan buruk papahnya, dia sendiri pun j1jik dengan dua perempuan yang menggelendot manja pada papahnya yang sudah tua.
"Pah, aku ingin menemui mamah." Linta Altezza.
"Mamahmu? buat apa? lebih baik kamu disini dan menikmati hal menyenangkan ini bersama papah." Ajak Yamamura.
"G1la." Lirih Altezza.
"Aku ingin bertemu mamah!! setidaknya sebentar saja! aku sudah menuruti kemauan papah untuk bersekolah di sana!! BErikan aku sedikit kebebasan!" Kekeuh Altezza.
Yamamura yang tadinya merangkul kedua wanita cantik itu seketika melepas rangkulannya. Dia menatap Altezza yang berdiri di hadapannya dengan sorot matanya yang tajam.
"Kerjaanmu belum selesai, temukan dulu penerus Araster. Baru setelah itu, ku lepas mamahmu." Sahut Yamamura dengan santai.
Tentu saja mendengar hal itu Altezza emosi bukan main. Rasa rindunya pada sang mamah tengah memuncak, tetapi Yamamura berhasil menjadikan mamah Altezza sebagai sandra agar Altezza mau menurut.
"PAH!! KAMU SUNGGUH LICIK!! BAHKAN PAPAH JUGA TIDAK MEMBEEITAHUKU TENTANG MATA-MATA YANG PAPAH KIRIM KE SEKOLAH!! AKU SUDAH SEPERTI ORANG BOD0H DISINI!!"
"Jangan berteriak, aku tidak tuli." Yamamura beranjak dari duduknya, dia berjalan mendekati putranya sambil memasukkan tangan kanannya ke dalam saku celana hitamnya.
"Nak, sedari awal papah sudah mengincar Reynan. Tapi lagi dan lagi Anora, anak dari Frans itu menggagalkan rencana papah! papah ingin mereka menghabisi Anorra dan juga teman;temannya. NAmun semuanya gagal! Anak buah papah tidak ada yang selamat!!"
"Maka dari itu papah terpaksa menyuruhmu ke sana agar kamu segera tahu tentang Reynan! Tapi kamu sangat lamban!" Terang Yamamura.
"Pah!!"
Yamamura mengangkat tangannya sebelum Altezza melanjutkan perkataan nya.
"Jika dalam waktu satu bulan, kamu belum bisa mendapatkan informasi tentang Reynan dan penerus Araster. Maka jangan harap kamu dapat bertemu mamah kamu lagi. Ingat, saya tidak pernah main-main dengan ucapan saya." Yamamura menepuk bahu putranya sebelum pergi dari sana.
Altezza mengepalkan tangannya erat, kemarahan tercetak jelas lada sorot matanya. Rahangnya mengeras bahkan wajahnya memerah.
"Hai tampan, apa kamu butuh ...,"
"MENYINGKIR DARI HADAPANKU J4L4NG!!"
"Ih, kasar sekali. Ayolah, jangan jaim begitu. Kita bisa. ..."
Altezza mengeluarkan pistol dari dalam jasnya dan menyodorkan tepat di depan kening wanita bayaran di hadapannya.
"Dengan mudah aku menarik pelatuk ini jika kamu masih saja menyentuhku dengan tangan kotormu."
Kedua wanita itu ketakutan, bahkan tak berani menatap Altezza yang menatap keduanya dengan sorot mata kemarahan.
Altezza pun pergi dengan kemarahan yang menyelinap di relung hatinya. Dia mengendarai mobilnya pergi dari mansion papahnya, membelah jalanan tanpa tujuan yang jelas.
Hingga mobil yang di kendarai Altezza terpaksa berhenti saat melihat seorang wanita terserempet motor.
Altezza keluar dari mobilnya, dia segera menghampiri wanita itu dan menolongnya.
"Anda tidak papa?" Tanya Altezza sambil memapah wanita itu duduk.
"Tidak apa-apa, terima kasih yah." Ujar wanita itu di sertai dengan senyum tipis.
Altezza mengangguk, dia membantu memungut belanjaan dan juga dompet yang terjatuh. Namun, tak sengaja dompet itu terbuka. Hingga terpampanglah kartu pengenal wanita tersebut.
"Camelia Evans? Dia ...."
"Astaga, dompet ku. Untung saja tidak jadi di ambil, terima kasih nak." Wanita yang di tolong Altezza adalah Emily. Dia hampir di jambret saat hendak kembali ke mobil.
"Oh ya, siapa namamu nak? kalau di lihat, kamu seumuran dengan putraku, terima kasih sudah menolong tante yah." Emily berucap dengan lembut, hingga Altezza yang haus akan kasih sayang seorang ibu oun merasa tersentuh dengan perkataan Emily.
"Sama-sama ta-tan." Gugup Altezza.
"SAYANG!!"
Altezza dan Emily sama-sama menoleh, ternyata Gilbert datang menyusul istrinya yang tak kunjung kembali ke mobil.
"Kamu tidak papa? ada yang sakit? katakan? mas khawatir!!" Panik Gilbert.
"Aku enggak papa, tadi anak ini yang menolongku."
Gilbert menatap Altezza, keduanya saling menatap dengan pemikiran masing-masing.
"Istri dari Gilbert Greyson adalah keturunan Evans, jadi Revin masih memiliki darah keluarga Evans?" Batin Altezza memikirkan semuanya.
"Nih berondong lumayan cakep juga, istri gue gak kepincut kan yah? sekarang kan jamannya berondong lebih menggoda." Batin Gilbert mengamati remaja di depannya.
Sama-sama membantin, hanya berbeda pemikiran.
____
JANGAN LUPA DUKUNGANNYA, BESOK TRIPLE UP OKE😍😍😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Bundanya Pandu Pharamadina
Gilbert kenapa yg mikirin brondong dirimu, istrinya aja selow 🤭🤦♀️
2024-11-22
0
🍃🦂 Nurliana 🦂🍃
Ya ampuun gilbert bisa2na punya pikiran brondong segala 😄🤦♀️
2024-11-18
0
yumna
ya ampun gil udah pnya ank bnyak mash byagin jga brondong....g mnkn istri km ska m brodng gil....🤦♀️🤦♀️🤦♀️🤦♀️
2024-07-29
0