Kalung yang tersembunyi

Sepanjang jam kelas, Anora terlihat aneh bagi Revin. Teman sebangkunya tampak lebih friendly padanya dan banyak mengajaknya berbincang.

Bukan hanya Revin yang merasa aneh, tapi teman-teman Anora pun turut merasakan keanehan. Termasuk Altezza yang memantau keduanya.

"Dia kesambet apaan?" Gumam Altezza.

Jam istirahat berbunyi, seperti biasa Revin dan Reynan akan ke kantin. Tak lupa Adelio ikut dengan mereka.

"Oh ya, gue udah ceritain sama bokap gue dan ... malam nanti bokap lo di suruh dateng ke rumah gue." Seketika binar mata Adelio tampak terlihat jelas.

"Beneran?!" Pekik Adelio.

"Ya beneran lah, masa bercanda."

"Makasih vin!!" Pekik Adelio dengan senang, Revin ikut tersenyum melihat kelegaan dari temannya itu.

Reynan yang tadinya memesan makanan sudah kembali ke meja mereka. Sambil menunggu pesenan mereka datang, ketiganya tampak sibuk dengan ponsel mereka hingga tanpa menyadari satu hal yang membuat heboh sekantin.

"Boleh gue duduk di sini?"

Seketika Revin mengangkat kepalanya, keningnya mengerut saat melihat Anora membawa nampan ke mejanya. Sontak, Revin beralih mencari teman Anora, ternyata mereka berada di meja tak jauh dari meja Revin sedang menatap Anora dengan tatapan aneh.

"Terima kasih."

Anora langsung duduk di bangku kosong sebelah Revin tanpa menunggu jawaban Revin terlebih dulu. Ketiga nya masih belum sadar dengan situasi saat ini.

"Kenapa?" Tanya Anora saat menyadari ketiganya tengah menatapnya.

"Eng-enggak." Jawab kompak ketiganya.

Jingga, Ana, dan Aileen tampak menatap cengo ke arah meja Revin dkk. Seperti halnya yang mereka tahu, Anora tipikal perempuan yang pendiam dan dingin. Dan kini mendekati Revin yang seorang siswa baru.

"Anora kesambet apaan deh, kok aneh begitu." Gumam Jingga.

"Gue juga gak tahu, beberapa hari ini gue enggak cari tahu soal mereka." Balas Ana dengan cuek.

Ana menoleh menatap meja Sello, tak sengaja Sello pun turut menatap Ana. Karena malu tertangkap sedang mencuri pandang membuat Ana kembali melihat makanannya dengan salah tingkah.

Namun tidak dengan Sello. Laki-laki itu masih menatap Ana dengan serius. Beberapa kali Ana melirik Sello, tapi laki-laki itu masih menatapnya.

"EH, si Sello ngeliatin gue!!" Bisik Ana dengan senang.

"Ha?!" Jingga dan Aileen menatap Sello, yah memang Sello masih menatap Ana. Tapi, lebih tepatnya menatap seseorang yang berada di belakang Ana yaitu Altezza.

"Lo ke ge eran deh Na, dia lagi natap Dylan gue. Coba deh liatin lagi." Ceplos Aileen.

Seketika Ana memperhatikan nya, benar juga. Sello tengah memperhatikan Altezza dengan seirus. Seperti sedang mewaspadai sesuatu. Sungguh malu dia saat ini.

"Hahaha makanya, jangan kegeeran Na! udah terbang tinggi, jatohnya sakit loh hahaha!!" Ledek Aileen.

"Emangnya Ana terbang? kan kita bukan burung." Perkataan polos Jingga membuat tawa Aileen berhenti mendadak berganti dengan ekspresi datarnya.

Revin sedikit risih dengan keberadaan Anora, bukan risih karena apa. Hanya saja dia merasa was-was dengan sikap Anora yang berubah secara drastis setelah kejadian pembunuhan itu.

Klak!

Revin mengerutkan keningnya, dia menajamkan pendengarannya memastikan suara yang tak asing menurutnya. Begitu pun dengan Reynan, dia masih berusaha fokus untuk menangkap suara itu dengan alat bantu khusus mirip seperti ear phone sebagai penangkap suara kecil di telinganya.

Klak! klak!

Revin menoleh ke asal sumber suara, tanpa aba-aba apapun Revin menarik nampan milik Anora tak peduli jika makanan Anora tumpah. Lalu, dia melemparnya ke arah yang berlawanan.

SETT!!

PRANG!!

nampan besi itu terjatuh dengan peluru menancap di sana, semua murid masih terdiam dan belum menyadari apa yang terjadi. Mereka masih menatap nampan itu dengan bingung.

"Eh, semacam peluru yah?" Gumam Jingga.

Ana dan Aileen menoleh, mereka segera menundukkan kepala mereka saat tembakan kembali melesat. Jingga memejamkan matanya, wajahnya dan peluru yang melesat itu sangat dekat hingga Jingga menahan nafasnya.

DORR!!

"AAAA!!!"

Seketika teriakan histeris memenuhi kantin, banyak siswa dan siswa yang heboh menyelamatkan diri setelah melihat banyaknya pria berpakaian hitam serta topeng menodong mereka dengan senjata.

Sello, Garel dan Dino segera mengeluarkan pistol mereka dan mengarahkan ke sudut ruangan tempat peluru itu berasal.

"DOR!!

DOR!

DOR!!

Altezza turut membantu, ternyata bukan hanya satu orang. Di lantai dua ada beberapa pelaku yang menembakkan senjata ke arah mereka.

Revin menarik Anora berlindung di balik meja, Anora pun turut ikut. Hingga mereka berdua terlihat sangat dekat, sampai-sampai Anora bisa mendengar suara detak jantung Revin.

Tatakan Anora jatuh pada kalung yang Revin kenakan, saat tak sengaja kalung yang Revin sembunyikan keluar dari seragamnya saat gerakan cepat tadi berlangsung.

"Kalung itu, kalung yang bang Ben maksud. Gotca!" Batin Anora dengan senyum mengembang.

Saat Anora akan memegang kalung itu, akan tetapi keburu Revin keluar dari sana untuk memukul bahu pria yang ingin menembak Sello.

Keadaan sekolah sedang ricuh karena sekelompok orang bersenjata melepas tembakan. Banyak murid yang berlindung di kelas maupun di tempat-tempat yang bisa melindungi mereka.

Sello terfokus menembaki para penyerang yang berada di pintu kantin hingga dirinya tak menyadari jika dati arah belakang sudah ada lawan yang bersiap menembaknya.

SRETT!!

"AKHH!!"

Sello berbalik saat melihat penyerang itu tumbang dengan luka di lehernya, netranya melihat ke atas dan tak sengaja melihat Ana dari balik tembok kelas di lantai dua.

"Ana." Gumam Sello

SRETT!!

"Akh!!"

Lagi-lagi ana melempar pisau kecil pada musuh yang berada di belakang Sello hingga tumbang. Membuat Sello merasa aneh dengan hal itu.

Ana berlalu pergi, Sello akan mengejarnya. Tapi, teman-temannya masih berusaha melawan penyerang yang sangat banyak jumlahnya.

Revin menendang kaki seorang pria bertopeng dan membekukkannya, dia mengunci tangan pria itu dengar sekali gerakan.

Netranya tak sengaja melihat ke arah musuh yang akan menembak padanya, seketika Revin menghalangi wajahnya dengan lengannya.

DOR!!

DOR!!

peluru itu pecah karena melawan peluru lain, seketika musuh itu menoleh menatap Altezza yang entah kapan sudah memegang sebuah Revolver.

Saat melihat Altezza, sontak pria bertopeng itu segera memanggil teman-temannya untuk pergi dari sana.

BUGH!!

"ARGH!!" Revin lengah, sehingga pria bertopeng yang dia lumpuhkan tadi seketika balik menyerang Revin.

Revin memegangi d4d4 nya yang terkena pukulan, seketika dia berjongkok menepuk dadanya sambil terbatuk-batuk.

"Rev! lo gak papa!" Panik Reynan memasukkan kembali senjatanya ke dalam almameternya dan membantu Revin untuk duduk.

"Sakit banget d4d4 gue, ambilin minum dong!" Suruh Revin.

Reynan segera mengambil air dan memberikannya pada Revin. Revin menenggak habis air itu dengan nafas tersenggal.

"Siapa sih mereka?! Kenapa ngincer kita? murid lain gak ada yang di incer!" Pekik Revin menyadari sesuatu.

"Bukan kita, lebih tepatnya Reynan." Ujar Sello dengan melirik tajam Altezza.

Seketika lima sekawan menatap Altezza, Altezza yang merasa di tatap pun menggelengkan kepalanya memberi isyarat pada mereka jika dia tidak tahu apapun.

"Emangnya Reynan salah apa? dia gak nyuri sembako kok yah kan nan?" Sahutan Revin membuat Reynan yang tadinya sempat berpikir seketika tersenyum tipis.

Tatapan Revin beralih menatap senjata yang berada di tangan Altezza. Dengan rasa penasaran, Revin pun bertanya. "Lo ... lo dapet senjata dari mana? kalian juga ... kalian pada bawa senjata ke sekolah?!"

Sontak mereka melihat Revolver yang berada di tangan mereka. Bagi mereka sudah tidak kaget lagi dengan senjata yang mereka bawa, tapi Revin tentu saja kaget.

"Ini sekolah apaan sih?! gue salah masuk sekolah apa gimana! kok mainnya nyawa begini!" Pekik Revin.

"Kita buat jaga-jaga aja sih sebenernya, gak tau kalau ada penyusup kayak tadi." Ujar Olive memberikan alasan yang sepertinya kurang di terima Revin.

"Emangnya kalian mafia kelas apa sih!" Perkatan Revin sontak membuat mereka menegang.

Revin memutar bola matanya jengah, apakah pertanyaannya ada sebuah bencana? Kenapa menatapnya dengan tegang begitu?

saat dia tengah tak memperhatikan mereka semua. Tatapannya jatuh pada Adelio yang tengah pingsan di pojok ruangan.

"Eh! ADELIO!!" Teriak Revin.

Seketika mereka semua mendekati Adelio dengan tatapan khawatir, takutnya Adelio tertembak atau terluka. Secara, Adelio tak memiliki masalah apapun dengan mereka dan bukan seseorang yang mereka incar.

Mendengar suara Revin, membuat Adelio membuka matanya. Dia terduduk dan mengawasi sekitar.

"Eh, udah selesai baku tembaknya? U-udah pada pergi kan?!"

Pertanyaan Adelio sontak membuat mereka memutar bola katanya malas, tak habis pikir dengan tingkah Adelio yang pura-pura pingsan.

"Lo tadi habis pingsan?" Tanya Olive dengan menunjuk Adelio.

"Pengennya gitu, tapi gak pingsan-pingsan. Dari pada gue jadi tahu bulat kan." Cicit Adelio.

Seketika Reynan dan Revin menepuk keningnya dengan tingkah aneh yang Adelio lakukan.

Berbeda dengan Anora, perempuan itu kasih memperhatikan kalung Revin yang terlihat di luar seragam.

Namun, malah Reynan yang menangkap tatapan Anora pada kalung yang Revin kenakan.

"Rev, kita pulang! pasti opa sudah mengirim jemputan!" Titah Reynan menarik Revin pergi dari san.

"Woy! tungguin!!" Pekik Adelio berlari terbirit-birit menyusul keduanya.

Tinggal lah lima sekawan dan Altezza menatap kepergian mereka dengan tatapan aneh terkecuali Anora.

Anora beralih menatap Altezza yang sedang terfokus dengan mayat-mayat penyerang tadi.

"Benar kata bang Ben, Altezza terkecoh. Revin lah, penerus Araster yang sebenarnya." Batin Anora.

"Gue pergi dulu." Tiba-tiba saja Sello pamit pergi pada mereka hingga membuat mereka kebingungan dengan sikap Sello.

"Mau apa dia?" Tanya Olive pada Dino.

"Entah." Jawab Dino cuek.

Sebenarnya Sello pergi mencari Ana, sekolah sudah kosong karena banyak yang memutuskan untuk kabur keluar. Beruntung tidak ada murid yang menjadi korban dari peristiwa barusan.

"Mungkin dia udah pulang." Gumam Sello saat melihat ruang kelasnya yang sudah kosong.

_____

Kalau lama Reviewnya maaf yah😓

Selesai triple up, mungkin hari selasa seperti biasa up nya malam yah.

Terpopuler

Comments

Neulis Saja

Neulis Saja

sekolah ko jadi ajang serang menyerang ?

2024-06-01

0

Amalia Khaer

Amalia Khaer

si Sello mau liat di Ana

2024-05-08

0

Tia H.

Tia H.

si adelio kocak haduh polis apa gimna sih liooo 😅😅😅 orang bukan bantu dia malah nyungsep.

2024-05-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!