bab 19

Di pinggir sungai, Alya berdiri menatap jernihnya air sungai itu.

"Kamu mau bicara apa?" tanya Daffa yang berdiri dibelakang Alya.

"Sebelumnya aku mau minta maaf sama kamu."

"Maaf? Maaf untuk untuk apa?"

"Ceritanya panjang. Aku sudah membuat kamu menjadi bahan kebohongan demi menutupi perasaan aku terhadap Farhan."

"Maksud kamu?" Daffa semakin tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Alya.

"Sebenarnya aku dan Farhan saling mencintai, kami sudah menjalin hubungan sejak beberapa bulan lalu. Karena kak Najwa juga mencintai Farhan akhirnya aku memilih mengakhiri hubungan aku sama Farhan, dan untuk meyakinkan kak Najwa kalau aku gak mencintai Farhan, aku bilang kalau aku suka sama kamu. Maaf ya Daff, aku sudah melibatkan kamu dalam urusan pribadi aku."

Seketika rasa bahagia yang sedari tadi pagi melanda hatinya hilang tak tersisa, rupanya Alya tidak mencintai dirinya, ternyata Alya hanya menjadikan dirinya sebagai penutup rasa cintanya terhadap Farhan.

"Kenapa kamu melakukan ini Alya? Maksudku kenapa kamu tidak mengatakan yang sebenarnya saja pada Najwa, akui saja kalau kamu dan Farhan memang saling mencintai."

"Tidak bisa, kamu tahu kan sikap Ibu ke aku? Kamu harus tahu Daffa, sebenarnya aku ini bukan anak kandung Ibu Chandra, aku terlahir dari istri kedua Ayahku." Alya mulai menangis menceritakan semua yang beberapa minggu belakangan ini menjadi beban pikirannya.

"Apa ... jadi selama ini sikap Ibu Chandra berbeda padamu itu karena kamu bukan anak kandungnya dia?"

"Iya. Selama ini aku selalu berusaha mengambil hatinya tapi tidak pernah berhasil dan saat Ibu memintaku untuk melepaskan Farhan untuk kak Najwa, saat itulah Ibu mengatakan bahwa aku bukanlah anak kandungnya. Ibu ingin aku merasakan sakit yang seperti Ibu rasakan dimasa lalu."

"Kamu yang sabar ya Al. Aku gak bisa membantu apa-apa selain mendoakan yang terbaik untuk kamu tapi kalau kamu butuh apa-apa, aku akan selalu ada untuk kamu."

Daffa menang sudah lama menyukai Alya tapi setelah tahu bahwa Alya tidak mencintainya, Daffa memilih untuk menjadi teman baiknya saja. Menurutnya melihat Alya bahagia sudah cukup untuknya.

"Daffa apa aku boleh meminta sesuatu dari kamu?"

"Apa? Katakan saja, aku pasti akan membantu kamu."

"Aku sayang sekali pada Kak Najwa dan Ibu, meski aku bukanlah anak kandung Ibu tapi aku tetap menyayangimu karena dia lah yang membesarkan aku. Aku tidak mau Kak Najwa dan Ibu kecewa, untuk menutupi cinta aku ke Farhan maukah kamu berpura-pura menjadi pacarku tapi sebelum itu kamu jelaskan dulu pada pacarmu tentang ini agar tidak ada kesalahpahaman diantara kalian."

Daffa tersenyum lalu mengangguk pelan.

"Aku mau membantu kamu tapi gimana aku mau jelasin ke pacar aku sedangkan aku sendiri tidak tahu pacar aku siapa."

"Jadi kamu belum punya pacar?"

Daffa menggelengkan kepalanya tanpa mengatakan sesuatu apa pun.

"Maaf, aku tidak tahu. Kita lama kenal tapu tidak pernah saling bercerita tentang kehidupan pribadi."

"Tidak apa, kamu jangan nangis lagi ya ingat, aku pasti akan selalu ada untuk kamu."

"Terimakasih ya Daffa."

"Aku sudah bilang jangan nangis lagi. Gimana aku mau menghapus air mata kamu, aku gak berani menyentuh pipi kamu. Oh ya aku pakai jaket, mau mengeringkan air mata kamu pakai jaket aku," ucap Daffa sembari tersenyum.

Alya tersenyum lalu mengusap air mata di pipinya dengan tangannya. "Kamu bisa aja deh," ucapnya.

"Sebentar lagi masuk kerja lagi, ayo kita kembali ke kantor."

Alya mengangguk pelan lalu berjalan lebih dahulu sementara itu Daffa masih berdiri di tempat semula sambil menatap Alya yang sudah mulai menjauh darinya.

"Entah terbuat dari apa hati kamu Al, sehingga kamu masih menyayangi Ibu Chandra meski dia tidak pernah menyayangi kamu bahkan dia tidak pernah tersenyum apalagi berkata manis padamu," ucap Daffa didalam hatinya.

*******

"Aku siap menikah sama kamu meski apa pun yang terjadi," ucap Najwa pada Farhan.

"Najwa sebenarnya aku belum siap untuk menikah, aku masih ingin menghabiskan waktu sendiri dulu."

"Aku tahu itu, bukankah waktu pertemuan keluarga kita sudah sepakat untuk saling mengenal dulu? Ya meski sebenarnya aku sudah yakin sama kamu, aku mencintai kamu, sangat mencintai kamu."

Farhan tersenyum dalam mulut yang tertutup rapat.

"Dari sikapku yang dingin ini, apa kamu tidak merasakan kalau aku tidak mencintai kamu Najwa? Ingin sekali aku mengatakan yang sebenarnya tapi aku takut Ibumu semakin membenci Alya," ucap Farhan didalam hatinya.

"Najwa, aku pergi dulu ya. Aku harus kembali ke kantor karena sebentar lagi waktu kerja dimulai!"

Najwa mengangguk dengan senyuman manis di bibirnya.

Farhan pun pergi meninggal Najwa di depan kantornya itu!

**********

Di rumah Chandra.

"Mbok kenapa toh perasaan dari tadi melamun terus?" tanya Arman.

"Man, Mbok kangen sama Non Alya. Kira-kira dia sehat gak ya," sahut Mbok Darti.

Mbok Darti yang sudah menganggap Alya sebagai anaknya itu merasa rindu yang teramat besar pada Alya sehingga dirinya terus bersedih dan tak bisa berhenti memikirkan Alya.

"Mau saya telpon Mbok? Biar Mbok bisa ngobrol sama Alya."

"Sekarang dia sedang bekerja, apa tidak akan mengganggunya?"

"Bicara sebentar kan gak akan kenapa-kenapa Mbok, cuma buat ngobatin rindu aja kan."

**********

Di ruangan kerja Alya.

"Habis dari mana sama teman lama kamu?" tanya Arka pada Alya.

"Makan bareng habis itu ngobrol. Kenapa emang Pak?"

"Besok jangan ada alasan lagi untuk nolak makan bareng saya."

"Kalau nolak lagi?"

"Ya pokoknya gak boleh nolak."

"Di surat kontrak yang saya tandatangani tidak ada perjanjian seperti itu."

"Saya tahu tapi apa salahnya saya minta waktu lebih? Kamu kan sekretaris saya."

Saat mereka mengobrol tiba-tiba ponsel Alya berdering. Ada telpon masuk dari Arman.

"Siapa itu Arman? Kok gak diangkat telponnya?" ucap Arka karena Alya hanya meliriknya sekilas lalu dibiarkan begitu saja.

"Itu teman saya juga."

"Terima telponnya dong, siapa tahu penting."

"Saya masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan."

"Terima dulu Alya takutnya penting."

Tanpa menjawab, Alya meraih ponselnya lalu menerima telpon dari Arman itu!

[Halo.] ucapnya setelah menerima telpon dari Arman.

[Halo Non Alya. Ini Mbok Darti.]

[Mbok, kenapa Mbok seperti sedang menangis? Mbok kenapa?] Alya langsung khawatir saat mendengar suara Mbok Darti yang terdengar sedang menangis.

[Mbok tidak apa-apa, Mbok cuma kangen sama Non Alya. Non baik-baik saja kan di sana?]

[Aku baik-baik saja, Mbok jangan khawatir ya. Aku gak bisa pulang karena ....] Alya menggantung ucapannya karena sadar ada Arka yang masih berdiri di sampingnya.

[Mbok pengen ketemu Non tapi Mbok kan gak bisa keluar rumah sembarangan.]

[Nanti aku temui Mbok di rumah ya. Mbok jangan khawatir, berhenti nangisnya ah. Gak malu apa sama Mas Arman?] Alya berucap sembari tertawa kecil, sengaja dia menggoda Mbok Darti agar dia melupakan kesedihannya.

Antara Alya dan Mbok Darti menang mereka sudah menganggap satu sama lain sebagai keluarga. Mereka saling menyayangi dan juga saling mengasihi satu sama lain.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Wirda Lubis

Wirda Lubis

lanjut

2023-08-10

0

Uneh Wee

Uneh Wee

kasian daffa harus kecewa ...mbok darti sayang bnget sama alya tp kasian harus berpisah

2023-04-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!