bab 12

Malam itu Alya duduk di teras rumah tempat dia ngekost, dia terdiam sembari merenungi hidupnya yang terasa begitu pahit bak empedu.

Tin!

Tin!

Tiba-tiba terdengar suara klakson mobil dari depan gerbang rumah itu, Alya pikir ada tamu Bu Marlina yang datang.

Alya pun berjalan untuk membukakan pintu gerbang itu dan benar saja ada sebuah mobil yang hendak masuk, dia langsung membuka gerbang itu!

Seorang kaki-laki yang mengemudikan mobil itu menatap Alya lalu tersenyum ramah.

Alya membalas senyuman laki-laki itu lalu segera menutup gerbang itu lagi.

"Sayang, kamu sudah datang Nak," ucap Bu Marlina sembari merentangkan tangannya ingin memeluk laki-laki itu.

"Ibu, aku kangen Ibu."

Laki-laki itu dan Bu Marlina berpelukan. Alya hanya menatap mereka dengan tanpa ekspresi lalu setelah beberapa detik dia memilih pergi ke dalam rumah!

"Siapa dia Bu?" tanya Danish pada Bu Marlina.

Danish adalah anak Bu Marlina yang bekerja di luar negeri yang waktu itu pernah diberitakan oleh Bu Marlina pada Alya.

"Cantik ya?" Bu Marlina tersenyum sembari menatap Danish.

"Oh namanya cantik ya."

"Ibu nanya bukan ngasih tahu namanya."

"Tadi kan aku tanya dia siapa, Ibu malah jawab cantik ya. Ya aku pikir dia namanya cantik ya."

Danish tertawa renyah sambil terus berjalan memasuki rumahnya dengan tangan yang terus merangkul pundak Bu Marlina!

"Danish, mau langsung makan atau istirahat dulu?" tanya Bu Marlina.

"Mau kenalan dulu sama anak kost baru Ibu." Danish berjalan menuju lantai dua rumahnya untuk sampai ke kamarnya.

"Dasar anak itu, dia selalu saja begitu. Selalu bercanda," gumam Marlina.

**********

Di tempat nongkrong Daffa dan teman-temannya.

"Kangen juga ya sama Alya," ucap Daffa pada Maya dan Wulan.

"Iya, gak ada dia, gak seru," ucap Wulan.

"Daffa, kamu kan pernah satu kantor sama Alya. Kamu pasti tahu dimana dia berada sekarang secara kamu lebih sering bertemu dengan dia," ucap Maya.

"Aku gak tahu, Alya gak pernah cerita apa pun. Dia yang pergi dari rumahnya aja gak cerita apa pun sama aku. Terakhir Alya cuma bilang ingin pindah bekerja dan mencari suasana baru di tempat lain."

"Tapi Najwa bilang dia pergi karena diusir dari rumah oleh Ibunya."

"Gak tahu juga. Alya selalu merahasiakan urusan pribadinya jadi aku gak tahu apa yang terjadi pada dia."

"Sampai sekarang nomor handphone nya Alya gak bisa dihubungi," ucap Wulan.

"Kemarin atau kapan ya nomor telponnya aktif tapi pas aku telpon gak diangkat dan pas aku telpon lagi udah gak bisa dihubungi, nomor ponselnya gak aktif."

"Mungkin dia sedang ingin sendiri mungkin dia ingin menenangkan pikirannya. Kita gak tahu apa yang terjadi pada keluarga mereka, kita gak tahu apa yang dirasakan Alya saat ini jadi ada baiknya kita biarkan dia menenangkan diri dulu," ucap Daffa.

Daffa memang bekerja satu kantor bersama Alya, setiap hari dia bertemu dengan Alya jadi sedikit banyak dia mengetahui sifat dan sikap Alya saat sedang ada masalah.

"Tapi ini udah satu minggu lebih lho Daff,"

"Ya, semoga besok kita dapat kabar dari dia ya."

**********

Di kamar Najwa.

Najwa merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya, senyum bahagia terus membingkai di wajahnya. Betapa dirinya bahagia karena keluarga Farhan akan datang ke rumahnya untuk membicarakan keseriusan hubungan dirinya dengan Farhan.

Najwa memang menyukai Farhan sejak lama tapi dirinya tidak berani mengutarakan perasaannya pada Farhan karena Farhan hanya menganggapnya sebagai teman biasa tapi setelah menerima kado dari Farhan dan sepucuk surat ungkapan isi hati Farhan, dirinya baru berani menunjukkan perasaannya pada Farhan.

"Gak sabar deh nunggu hari pertemuan keluarga. Aku akan jadi wanita paling bahagia karena bisa memiliki Farhan," gumam Najwa.

Najwa yang tak tahu bahwa hadiah yang diberikan Farhan itu adalah untuk Alya terus menganggap itu miliknya dan ungkapan cinta Farhan juga untuknya.

Najwa memang tak tahu dengan hubungan yang Alya dan Farhan jalin karena mereka tidak pernah memberitahu Najwa tentang hubungan mereka.

Najwa terus tersenyum sembari memeluk foto Farhan.

"Tapi bagaimana dengan Alya ya? Dia pasti bahagia kalau tahu tentang ini. Alya kamu dimana?"

Tiba-tiba disela kebahagiaannya, Najwa teringat dengan Alya yang selalu ada disaat dirinya bahagia ataupun bersedih.

Bagi Najwa, Alya adalah adik sekaligus sahabat terbaiknya. Mereka selalu membagi keluh kesah yang mereka rasakan satu sama lain.

**********

"Bagaimana ini, apa aku harus menceritakan yang sebenarnya pada mereka?" ucap Farhan didalam hatinya.

Pertemuan antara keluarganya dan keluarga Chandra sudah semakin dekat tapi Farhan belum memiliki kesempatan untuk menjelaskan bahwa orang yang dicintainya bukanlah Najwa tapi Alya.

"Aku harus cerita sama Mama sama Papa. Mereka harus tahu kalau aku tidak mencintai Najwa. Mereka harus tahu kalau sebenarnya ada kesalahpahaman antara Najwa dan China." Farhan berjalan keluar dari kamarnya untuk menemui kedua orang tuanya!

"Kak Farhan!" seru Julian.

Farhan menghentikan langkahnya lalu menatap sang adik.

"Ada apa?"

"Kak ada yang mau aku tanyakan sama kakak."

"Nanti aja, aku mau bicara penting dengan Mama dan Papa." Farhan melanjutkan langkahnya dan mulai menuruni anak tangga untuk sampai ke ruang keluarga!

**********

"Selamat malam," ucap Danish pada Alya.

Alya yang sedang berdiri di teras rumah itu pun mengalihkan pandangannya ke arah suara.

Alya tersenyum ramah namun tak mengucapkan sesuatu apa pun.

"Kamu kayaknya senang banget diam diluar kayak gini," ucap Danish pada Alya.

"Aku hanya sedang mencari udara segar, didalam sumpek."

"Oh ya kenalin nama aku Danish, anaknya Ibu Marlina."

"Aku Alya," sahutnya dengan tetap mengulas senyum di bibirnya.

"Alya. Nama yang cantik, cantik seperti orangnya."

"Bisa aja. Terimakasih pujiannya."

"Udah berapa lama tinggal sama Ibu?"

"Baru berapa hari. Belum sampai satu bulan."

Hening, tak ada sedikitpun percakapan diantara Alya dan Danish. Mereka berdua hanya diam dalam pemikirannya masing-masing.

**********

"Farhan, sini Nak." Rossa mengusap kursi yang ada di sampingnya meminta Farhan untuk bergabung bersama mereka.

"Farhan, menurut kamu cocoknya kita pakai pakaian seperti apa untuk datang ke rumah Bu Chandra?" tanya Broto ~ Papanya Farhan.

"Pa, Ma sebenarnya aku gak–"

"Gak ada kata penolakan, kita sudah pernah mengundur waktu pertemuan ini jadi kita tidak bisa menunda-nundanya lagi."

Baru Farhan akan bicara yang sebenarnya, Rossa sudah memotong perkataan Farhan.

"Malu kalau kita terus mengundur acara pertemuan ini," ucap Broto.

"Mama mau kamu bersiap untuk menemui mereka. Kamu sendiri yang memilih putrinya Bu Chandra untuk jadi menantu di rumah ini."

"Iya Pak, Ma, aku tahu tapi sebenarnya–"

"Udah ya Farhan, Mama ada urusan lain dulu."

"Papa juga."

Broto dan Rossa meninggalkan Farhan di ruang keluarga!

Bersambung

Terpopuler

Comments

Wirda Lubis

Wirda Lubis

si Farhan menerangkan lemah ngak tegas lombok

2023-08-10

0

Uneh Wee

Uneh Wee

yah ga ada kesempatan buat jlsin tuh farhan sabar yah

2023-04-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!