bab 17

Pagi hari sebelum Chandra keluar dari kamarnya, Alya sudah bersiap untuk meninggalkan rumah mewah tersebut.

"Non Alya mau kemana?" tanya Mbok Darti.

Saat itu Mbok Darti sedang memasak makanan untuk majikannya sarapan. Tak sengaja dia melihat Alya berjalan keluar dari rumahnya.

Mbok Darti pun langsung menyusul Alya ke luar rumah.

"Mbok, aku mau pulang karena aku harus kerja," sahut Alya dengan suara halus.

"Ini masih pagi banget Non, baru juga jam lima pagi."

"Iya, aku tahu Mbok tapi aku gak mau melihat Ibu sedih karena aku masih ada di sini."

"Non, mau bawa makan buat sarapan? Paling lima menit lagi matang."

"Gak usah Mbok, terimakasih."

"Anterin sama Arman ya."

"Gak usah Mbok. Aku pamit ya, Assalamu'alaikum."

Alya pun langsung pergi meninggalkan rumah itu! Sebenarnya dirinya masih ingin di sana tapi karena keadaan yang tak memungkinkan, akhirnya dirinya mengalah dan pergi sebelum Chandra melihatnya.

*******

"Julia, tumben kamu udah bangun?" tanya Marlina pada Julia yang sedang menyapu.

"Iya Bu, semenjak ada Alya, aku jadi terbiasa bangun subuh," sahut Julia.

"Sholat subuh?"

"Gak cuma sholat subuh Bu tapi zuhur, asar, maghrib, isya juga."

"Memang biasanya tidak?"

Julia nyengir kuda dan menampakkan deretan giginya yang rapi dan bersih. "Biasanya bolong-bolong."

"Jangan dibiasain kayak gitu ya. Nyapu yang bersih kalau gak mau dapat suami brewokan."

"Tapi kayaknya yang brewokan lebih gimana gitu Bu."

"Dasar anak zaman sekarang dibilangin ada aja jawabannya."

*******

Di rumah Farhan.

"Kak, nanti siang makan bareng aku ya. Ada sesuatu yang harus aku bicarakan sama kakak," ucap Julian.

Farhan yang sedang memasang dasi pun, menghentikan pergerakan tangannya lalu menatap sang adik.

"Bicara apa? Bicara sekarang aja."

"Sebenarnya bisa aja aku bicara di sini tapi aku rasa kakak gak akan suka kalau Mama dan Papa tahu."

"Kamu mau bicara apa?"

"Alya dan hubungan kalian."

"Kakak gak ada hubungan sama Alya."

"Tapi mata kakak dan Alya mengisyaratkan kalau ada cinta dalam diri kalian."

"Sok tahu kamu."

"Aku tahu. Aku memang tahu."

"Ya sudah kita bicara nanti saat makan siang."

Julian tersenyum lalu mulai mengayunkan kakinya ke arah pintu kamar Farhan. Dirinya sudah mendapatkan jawaban sesuai yang diinginkannya.

"Sok tahu banget tuh anak," gumam Farhan setelah Julian pergi dari kamarnya.

*******

"Alya! Alya ayo sarapan!" seru Najwa yang sudah duduk di kursi makan.

Chandra hanya diam dengan tangannya yang terus menyendok makanan mengisi piringnya.

"Alya mana sih, lama banget."

"Non Alya udah pulang tadi," ucap Mbok Darti pada Najwa.

"Pulang, kok gak bilang-bilang, kapan dia pulang?"

"Tadi, jam lima pagi."

"Cepat sarapan Najwa, nanti kamu terlambat ke kantor," ucap Chandra dengan nada ketus.

"Bu, Alya juga anak Ibu kan, setidaknya ada rasa kasihan walaupun hanya sedikit di hati Ibu. Meskipun Alya bukan anak kandung Ibu tapi selama ini Ibu hidup bersama dia dan Ibu yang mengurus dia. Apa sikap dan sifat Alya selama ini tidak dapat menghapus semua kebencian Ibu terhadap Ibu kandungnya Alya?"

"Jangan bahas itu Najwa, Ibu tidak ingin membicarakan itu."

Najwa bangkit dari duduknya lalu mulai melangkahkan kakinya!

"Mau kemana kamu?" tanya Chandra.

"Aku gak nafsu makan Bu, Ibu sarapan sendiri saja."

"Najwa! Najwa!" Chandra berteriak memanggil Najwa yang sepertinya tidak menghiraukannya lagi.

*******

"Assalamu'alaikum!" ucap Alya yang baru tiba di rumah kostnya.

"Waalaikumsalam, Alya kok jam segini kamu udah pulang?" tanya Marlina.

"Iya Bu, aku kan harus kerja jadi aku pulang hanya untuk ganti pakaian saja."

"Hai Al, satu malam gak ada kamu rumah ini jadi sepi," ucap Danish.

"Sepi gimana?"

"Gak ada suara orang ngaji pas abis subuh."

"Ya kenapa gak kamu yang ngaji."

"Aku belum siap."

"Kapan siapnya? Jangan nunggu pintu maaf ketutup lho."

Tin!

Tin!

Suara klakson mobil terdengar saat mereka sedang berbincang.

"Pasti itu bos kamu," ucap Julia.

"Sok tahu kamu, bisa aja itu tamu untuk orang yang punya rumah ini," ucap Alya.

"Ibu buka pintu dulu ya," ucap Bu Marlina.

"Beruntung ya jadi kamu, setiap hari selalu dijemput oleh bos dan bosnya ganteng lagi," ucap Danish.

"Kamu iri, kalau iri ikutin dong," ucap Julia.

"Gimana mau ngikutin, pacar aja gak punya."

"Ya cari lah, sampai kiamat pun cewek gak akan ada yang nembak cowok."

"Alya itu ada bos kamu," ucap Bu Marlina.

"Tuh bener kan yang aku katakan, yang datang itu bosnya kamu."

"Udah-udah, Al temui dia dulu. Ibu menyuruhnya menunggu kamu di teras."

"Iya Bu, aku temui dia dulu ya." Alya berjalan keluar dari rumah itu untuk menemui Arka.

*******

Najwa mengemudikan mobilnya tanpa tujuan, sebenarnya dirinya harus bekerja hati ini tapi karena masih terlalu pagi, dirinya tidak mempunyai tujuan yang pasti sebelum akhirnya dirinya ke kantor.

"Kenapa Ibu tidak pernah bisa menerima Alya padahal selama ini Alya sudah melakukan banyak hal untuk Ibu? Selama ini Alya selalu menjadi yang Ibu inginkan tapi kenapa Ibu tidak pernah melihat semua yang Alya lakukan untuknya?"

Najwa tahu kalau semua yang dilalui oleh sang Ibu tidaklah mudah tapi dirinya lebih menyayangkan sikap sang Ibu pada Alya.

Menurutnya Alya adalah anak yang baik yang berbakti pada Ibunya meski selama ini tak pernah mendapatkan perlakuan yang baik dari sang Ibu.

Najwa menurunkan kecepatan mobilnya dan memilih mengemudi dengan kecepatan rendah untuk sedikit membuang waktunya.

*******

"Pak Arka, saya sudah siap. Mari kita berangkat," ucap Alya.

"Oh, silahkan." Arka mempersilahkan Alya berjalan lebih dahulu.

Alya tersenyum lalu melangkahkan kakinya menuju mobil Arka!

Mereka pun mulai berangkat ke kantor bersama.

"Pak besok-besok gak usah jemput saya lagi," ucap Alya pada Arka.

"Kenapa?"

"Saya gak enak sama orang-orang."

"Kalau mau enak, kamu nikah sama saya dan jadi istri saya."

Alya terdiam sembari menatap Arka.

"M_maaf, saya hanya bercanda."

"Tidak Pak, tidak apa-apa. Lain kali bercandanya jangan keterlaluan."

"Maafkan saya." Arka menatap Alya sekilas lalu tersenyum tipis setelah itu kembali fokus pada jalanan yang sedang dia lewati.

Setelah itu hanya ada keheningan didalam mobil yang dikendarai oleh Arka itu, keduanya fokus pada pemikiran masing-masing.

Jika Arka fokusnya terus pada jalanan yang mereka lalui, Alya sibuk memikirkan kisah hidupnya yang tiba-tiba berubah menjadi semakin menyakitkan dan terasa sulit untuk dilalui.

Entah kenapa kini kehidupannya menjadi sangat menguras air mata dan pikirannya. Semenjak Chandra memberitahunya bahwa dirinya bukanlah anak kandung Chandra, kini Chandra lebih berani melayangkan kata-kata kasar dan menyakitkan padanya.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Wirda Lubis

Wirda Lubis

ibu Candra sudah dari kecil mengurus Alya tak tersentuh hati seorang ibu pada alya

2023-08-10

0

Uneh Wee

Uneh Wee

berapa thn candra ngurus alya kebencian itu ga kn hilng apa

2023-04-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!