bab 14

Setibanya di depan kantornya, Arka menghentikan mobilnya dan Alya pun langsung keluar dari dalam mobil bosnya itu!

"Pak, apa Anda gak malu ya berangkat bareng saya?" ucap Alya karena ada beberapa karyawan di sana yang menatap mereka dengan tatapan aneh.

"Kenapa harus malu? Kamu bukan lon*e kan."

"Tapi rasanya gak pantas aja gitu, kita jalan bareng."

"Udahlah, itu cuma perasaan kamu saja. Ayo kita masuk!"

Alya dan Arka pun berjalan menuju loby kantornya!

Di tempat tunggu, Najwa duduk sembari terus melihat orang yang datang.

Dia sengaja datang lebih awal ke tempat kerja Alya karena tak sabar ingin bertemu dengan adiknya itu. Selain karena rindu berat, dirinya juga ingin mengabarkan tentang Farhan yang akan datang ke rumahnya.

"Kak Najwa," gumam Alya saat melihat Najwa yang sedang duduk di sofa yang memang sengaja disediakan untuk tamu ataupun klien yang hendak menunggu waktu pertemuan dengan bosnya.

"Alya!" Najwa bangkit dari duduknya lalu segera berlari dan memeluk Alya.

"Kamu kemana aja, kenapa telpon kamu gak aktif hah? Dasar anak nakal bisa-bisanya kamu membuat kakak khawatir." Najwa mengoceh sambil memeluk Alya dengan erat.

Air mata dari kedua gadis kakak beradik itu mulai menetes mengalir di pipi mereka.

"Kakak," ucap Alya dengan suara halus.

"Alya, kakak mohon jangan gini lagi. Kakak gak bisa tanpa kamu."

Tak menghiraukan Arka yang dari tadi menatapnya, Najwa terus berbicara pada sang adik.

"Kak Najwa kok tahu aku di sini, tahu dari mana?"

Najwa melepaskan pelukannya, diraihnya tangan Alya lalu diletakkan di dadanya!

"Dari sini," ucapnya dengan masih berurai air mata.

Alya tak berucap, dia hanya diam sambil menatap Najwa.

"Kita memiliki ikatan batin yang kuat, mungkin kemarin-kemarin kakak gak bisa menemukan kamu karena kamu belum membuka hati kamu, mungkin kamu belum rindu sama kakak tapi sekarang lihatlah kita bertemu di sini. Kakak tahu kamu rindu sama kakak dan juga Ibu kan?"

Alya menundukkan kepalanya tandanya dia mengiyakan perkataan Najwa hanya saja dirinya enggan mengatakannya pada Najwa.

"Maafkan aku kak kalau aku membuat kakak khawatir. Sekarang aku harus kerja, apa bisa kita bicara nanti siang aja?"

"Oke, kakak akan menunggu sampai waktu makan siang, jangan coba pergi lagi Al karena kakak gak bisa tanpa kamu."

"Kakak udah tahu tempat kerja aku jadi aku gak mungkin lari karena aku gak bisa mengundurkan diri dari sini karena sudah terikat kontrak."

Najwa tersenyum tipis lalu mengusap air mata yang membasahi pipi Alya!

"Kalau gitu kakak juga mau kerja. Kamu tahu gak, gara-gara kamu pergi kakak jadi harus mengurus kantor."

"Maaf."

"Jangan minta maaf. Kakak pergi ya dan ingat sebelum jam dia belas siang kakak akan ke sini. Ada berita penting yang harus kamu tahu."

"Berita apa?"

"Nanti siang kakak kasih tahu."

Dua gadis itu pun berpelukan sebelum akhirnya berpisah.

**********

"Bu, Aku boleh tanya sesuatu?" tanya Danish pada Bu Marlina.

"Tanya apa?" sahut Bu Marlina.

"Alya berasal dari mana? Maksud aku orang tua Alya tinggal di mana?"

"Kenapa nanyain Alya?"

"Pengen tahu aja, emang gak boleh?"

"Alya tinggal masih di daerah Jakarta tapi karena di sini lebih dekat ke tempat kerjanya jadi dia memilih ngekost di sini."

"Oh gitu. Kapan ya Alya akan pulang?"

"Mau ngapain hmm? Bilang aja kalau kamu suka sama dia."

Danish nyengir kuda lalu menggaruk kepalanya yang tak gatal itu.

"Suka tapi aku mau tahu asal-usulnya dulu."

"Alya gadis yang baik, rajin dan juga lembut. Ibu rasa dia terlahir dari keluarga baik-baik."

*******

"Yang mau melanjutkan hubungan ke jenjang yang lebih serius lagi kok murung terus. Kenapa kak, kakak khawatir atau merasa gugup?" tanya Julian.

"Sini kamu, kakak mau cerita."

Julian berjalan mendekati Farhan lalu duduk di kursi yang ada di sampingnya!

"Cerita apa? Aku siap menjadi pendengar yang baik."

"Mulai dari mana ya ceritanya, kakak bingung."

"Dari awal dong masa langsung dari tengah nanti aku gak ngerti dan gak tahu cara nyari solusinya."

"Jadi gini–"

Drrt!

Drrt!

Drrt!

Baru Farhan akan bicara ponselnya bergetar tanda adanya telpon masuk.

Farhan langsung melihat siapa yang menelponnya.

Seketika wajah Farhan menjadi bersemangat dan raut wajah bahagia terlihat di sana saat tahu ternyata Alya yang menelponnya.

"Alya, sebentar ya kakak terima telpon dulu dari Alya."

Julian tersenyum lalu mengangguk. "Giliran ditelpon sama ayangnya aja sumringah gitu."

Farhan langsung menerima telpon itu sembari berjalan menjauhi Julian!

[Halo, Alya.] ucapnya dengan penuh gembira.

[Farhan, aku menelpon mungkin untuk yang terakhir kali.]

[Nggak-nggak, nggak boleh ngomong gitu. Al kamu dimana? Aku rindu sekali sama kamu.]

[Aku juga rindu tapi maaf jangan pernah anggap aku pacarmu lagi karena sekarang kamu milik kak Najwa.]

[Apa yang kamu katakan?]

[Tadi Ibu menelpon ku,katanya nanti malam keluarga kamu akan datang ke rumah untuk membicarakan pernikahan kamu sama kakak aku. Aku akan pulang dan hadir di acara itu, aku mohon jangan biarkan semua orang tahu tentang hubungan yang pernah kita jalin.]

[Tapi aku cintanya sama kamu, bukan sama Najwa.]

[Tolong Farhan, tolong jangan biarkan kakak aku patah hati, Ibuku akan sangat membenciku kalau itu terjadi. Aku sudah diusir dari rumah oleh Ibuku karena memprotes tentang hubungan kalian jika kamu mengatakan tentang hubungan kita aku gak tahu apa yang akan Ibu lakukan padaku. Tolonglah.]

[Tapi kenapa Alya. Kenapa begitu kejamnya Ibumu padamu,apa dia bukan Ibu kandungmu?]

[Dia Ibuku, aku sayang padanya jadi tolong turuti permintaan aku.]

Tut!

Tut!

Tut!

Sebelum Farhan melakukan penolakan Alya sudah menutup telponnya secara sepihak.

"Astaga Alya. Sebenarnya apa yang terjadi dalam keluarga kamu sehingga kamu begitu takut pada Ibumu.

*********

Alya menangis sembari meletakkan ponselnya di dadanya, sesak karena harus mengikhlaskan orang yang dicintainya untuk orang lain begitu menyiksa batinnya.

Memang Najwa adalah kakaknya tapi tetap saja untuk mengikhlaskan Farhan untuk sang kakak terasa berat baginya.

Sebenar Najwa belum memberitahu Alya tentang kabar gembira yang akan Najwa sampaikan padanya, Chandra lah yang menelponnya dan mengatakan semua yang sudah mereka rencanakan untuk kelanjutan hubungan Najwa dan Farhan.

"Alya ada apa? Kenapa kamu terlihat begitu sedih?" tanya Arka yang melihat Alya menangis.

"Tidak Pak, saya hanya kelilipan," sahut Alya.

"Saya bukan anak kecil yang bisa kamu bohongi begitu saja. Sebenarnya ada apa, kamu kenapa dan siapa wanita yang menemui mu tadi?"

"Itu kakak saya. Anda tidak usah khawatir, saya baik-baik saja kok."

Alya mengusap air matanya dengan telapak tangannya lalu tersenyum tipis pada Arka.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Wirda Lubis

Wirda Lubis

si Farhan seharus nya terus terang ke mama nya dia mencintai alya

2023-08-10

0

Uneh Wee

Uneh Wee

sabar yah alya cinta tak harus memiliki ..mngkin bukan jodo mu c farhan apa pun yg terjadi jlni aja dngn iklas

2023-04-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!