bab 6

Bersamaan dengan terjadinya kecelakaan itu, Winda melahirkan anak pertamanya dan karena kehabisan banyak darah, Winda meninggal saat dalam perjalanan menuju rumah sakit.

"Terimakasih, Chandra aku tahu kamu pasti akan merawat anakku dengan baik. Maafkan aku Chandra sungguh aku tidak berniat untuk melukai perasaan kamu tapi cinta di antara kami tumbuh begitu saja tanpa aku sadari," ucap Fathir.

"Aku tidak tahu apa aku bisa memaafkan ku atau tidak Mas aku juga tidak tahu aku bisa menjadi Ibu yang baik atau tidak untuk anak ini."

"Chandra, aku mohon maafkan aku. Tolong maafkan aku," lirih Fathir.

Tiba-tiba Fathir merasa kesakitan yang luar biasa.

"Mas, Mas kamu kenapa? Mas, aku sudah memaafkan kamu, tolong bertahanlah aku tidak mungkin bisa mengurus anak ini sendirian." Chandra menangis sembari menggenggam tangan Fathir.

"Terimakasih sudah memaafkan aku." Fathir menghembuskan nafas terakhirnya di sana dengan sudah mendapatkan maaf dari Chandra yang sudah dikhianatinya.

"Mas! Mas!"

*FLASHBACK OFF"

Alya berjalan menghampiri Chandra lalu berlutut di kakinya.

"Jika memang aku harus menebus semua kesalahan orang tuaku, aku akan melakukan apa pun yang Ibu mau asalkan Ibu memaafkan orang tuaku."

"Alya apa yang kamu lakukan? Bangun Alya, jangan seperti ini." Najwa merangkul Alya dan memintanya untuk tidak bersujud di kaki Ibunya.

"Alya jangan seperti ini, meski kenyataannya memang begini tapi Ibuku tetap Ibumu juga," sambung Najwa.

"Jika kamu ingin saya memaafkan mereka pergilah dari sini dan jangan pernah kembali kehadapan saya lagi. Sekarang kamu sudah dewasa kamu sudah bisa hidup sendiri, hidup tanpa bantuan saya lagi," ucap Chandra.

Sebenarnya Chandra juga merasakan sakit dan perih saat harus mengatakan itu pada Alya tapi menurutnya perginya Alya dari rumahnya adalah jalan satu-satunya agar mereka tidak saling tersakiti.

"Ibu, apa yang Ibu katakan ini? Alya gak boleh pergi dari rumah ini, dia akan tinggal di mana nantinya."

"Kalau itu dapat membuat Ibu bahagia, baiklah Bu, aku akan pergi."

Chandra tak menyahut, dia hanya diam sambil terus berdiri dengan air mata yang tak pernah surut dari pelupuk nya.

Alya bangkit dari sujudnya lalu berjalan menuju kamarnya untuk merapikan semua barang miliknya!

"Alya jangan pergi." Najwa menghentikan langkah Alya yang sudah mulai menaiki anak tangga untuk menuju kamarnya yang ada di lantai dua rumahnya.

"Sudahlah kak, aku harus pergi," ucap Alya sembari terus menangis.

Najwa berlari menghampiri Ibunya lagi yang masih berdiri di tempat semula!

"Bu tolong jangan biarkan Alya pergi, tolong Bu tolong. Aku tidak punya siapa-siapa lagi di rumah ini," ucap Najwa memohon pada Chandra.

"Tidak bisa, seharusnya memang dia tidak pernah hadir dalam keluarga kita Najwa. Dia bukan bagian dari keluarga kita."

"Tapi Bu, dia juga anaknya Ayah. Tolong lupakan masa lalu Bu, maafkan Ayah dan juga Ibunya Alya."

"Kamu tidak tahu apa yang Ibu rasakan Najwa. Kamu jangan menasihati Ibu karena Ibu tahu apa yang harus Ibu lakukan."

Tak lama, Alya melewati mereka dengan membawa sebuah koper besar dan menyandang tas miliknya.

Alya berdiri dari jarak yang lumayan jauh dari Chandra dengan tanpa melepaskan kopernya.

"Ibu, dengan berat hati aku pergi dari rumah ini demi membuat Ibu bahagia. Satu hal yang harus Ibu tahu, aku sayang sama Ibu dan juga kak Najwa, aku sangat-sangat menyayangi kalian. Aku permisi, tolong maafkan aku jika selama ini aku selalu merepotkan Ibu."

Chandra hanya diam bahkan hanya menatap Alya saja dirinya tak sudi.

Alya mulai berjalan dengan air mata yang terus menganak sungai di pipinya!

"Alya jangan, Alya aku mohon. Aku tidak mengizinkan kamu pergi Alya. Alya!" Najwa terus berucap dengan nada tinggi pada Alya.

Air matanya terus saja mengalir karena tak ingin berpisah dengan adik yang selama ini sangat disayanginya.

"Mungkin ini jalan terbaik untuk kamu Alya, mungkin Ibu tidak akan menyakiti perasaan kamu lagi setelah kamu pergi dari sini," ucap Mbok Darti.

Dari dapur, Mbok Darti terus memperhatikan mereka, dia sangat menyayangi Alya seperti dirinya menyayangi anaknya. Sebenarnya dirinya tidak menginginkan Alya pergi tapi dirinya tidak bisa berbuat apa-apa karena dirinya hanyalah seorang asisten rumah tangga semata di rumah itu.

"Bu tolong hentikan Alya. Aku tidak bisa hidup tanpa dia Bu, dia adalah satu-satunya temanku yang mengerti aku."

"Biarkan dia pergi Najwa, lama-lama kamu akan terbiasa hidup tanpa dia."

Alya melangkah keluar dari rumahnya dengan tangis yang semakin deras! Betapa berat dirinya meninggalkan orang yang sangat dia sayangi, selama ini dirinya selalu menyayangi Chandra meski Chandra tidak pernah bersikap manis padanya.

Kenyataan bahwa dirinya bukanlah anak kandung Chandra, membuat dirinya harus rela keluar dari rumahnya demi menebus semua kesalahan orang tuanya pada Chandra dan juga demi kebahagiaan Ibu yang selama ini tak pernah tersenyum padanya itu.

"Kenapa aku harus terlahir kembali dunia ini jika aku hanyalah menjadi anak yatim piatu bahkan kehadiranku menjadi duri yang selalu menusuk dan melukai orang yang selama ini merawatku. Aku tidak pernah menginginkan kehidupan yang seperti ini YaAllah, kenapa engkau membiarkan aku hidup, kenapa engkau tidak membiarkan aku mati saja setelah Ibuku melahirkan diriku?" ucap Alya dalam hatinya.

Alya terus berjalan menyusuri jalanan yang sepi itu, rintik hujan mulai turun seolah langit pun ikut menangis melihat Alya saat itu.

Alya terus berjalan dan membiarkan dirinya kebasahan oleh air hujan yang menetes membasahi tubuhnya.

Tiba di suatu tempat, tepatnya di atas jembatan penyeberangan orang. Alya berdiri menatap jalanan yang ada di bawahnya sembari memegangi besi pembatas tangga itu.

"Aaaaaaa!" Alya berteriak sekeras-kerasnya untuk menenangkan dirinya.

"Ayah! Ibu! Jemput aku di sini, aku ingin ikut kalian meski kalian berada di tempat paling hina sekali pun. Aku lelah, aku sakit mendengar kenyataan memalukan ini, aku malu pada Ibu Chandra, aku malu pada dunia karena terlahir dari pernikahan rahasia kalian!"

Tanpa Alya sadari, ada seorang perempuan paruh baya yang melihat dan mendengar semua teriakannya. Meski di tengah derasnya hujan, wanita tua itu masih bisa mendengar perkataan Alya meski tak jelas.

Wanita itu berjalan menaiki tangga untuk sampai pada Alya yang kini sedang menangis sambil memeluk lututnya!

"Allah tidak akan memberimu cobaan ini jika kamu tidak mampu melewatinya karena sesungguhnya dia tahu bahwa dirimu pasti bisa melewati semua ini."

Alya mendongakkan kepalanya melihat orang yang berbicara padanya!

"Anda siapa?" tanyanya dengan suara serak khas orang yang sedang menangis. Sesekali suara sedu terdengar dari gadis berusia dua puluh tiga tahun itu.

"Saya Marlina, kamu mau kemana malam-malam gini membawa koper sebesar ini?" ucap wanita paruh baya itu.

Alya terdiam karena tak punya jawaban atas pertanyaan wanita itu. Dirinya memang tidak tahu mau kemana, saat ini dirinya tidak punya tujuan pasti kemana dirinya akan pergi.

*******

Malam semakin larut tapi Najwa belum juga tertidur, dari jendela kamarnya dirinya terus melihat ke luar untuk memastikan Alya kembali lagi ke rumahnya.

"Kamu dimana Al? Kenapa telpon mu gak aktif?" Sebagai seorang kakak yang sangat menyayangi adiknya, Najwa begitu khawatir pada Alya apalagi saat itu keadaan hujan lebat disertai petir dan badai.

Najwa berpindah tempat kini dia duduk di tepi ranjang namun dengan ponsel yang terus digenggamnya dirinya terus saja menelpon Alya meski tahu nomor telpon Alya tidak aktif.

Merasa tidak ada hasil dari usahanya, Najwa keluar dari kamarnya lalu berjalan menuju kamar Ibunya!

"Bu, tolonglah suruh orang untuk mencari Alya. Dia takut dengan petir, aku khawatir sama dia," ucap Najwa pada Chandra.

"Alya sudah besar Najwa, biarkan dia belajar hidup sendiri. Seharusnya kamu mengertikan perasaan Ibu yang selalu tersiksa saat melihat wajah dia."

"Bu, Alya tidak salah. Kenapa Ibu menyalahkan anak yang sebenarnya tidak pernah minta orang tua?"

"Najwa tolong tinggalkan Ibu sendiri. Tolong biarkan Ibu hidup tenang."

"Bu."

"Najwa stop!" Chandra membentak Najwa hingga Najwa terperanjat karena mendengar suaranya.

Najwa menundukkan kepalanya lalu berjalan perlahan untuk keluar dari kamar Ibunya itu.

Ini kali pertamanya Chandra meneriaki dirinya hingga dirinya terkejut dan merasa takut dan tak berani berucap sesuatu apa pun lagi pada Chandra.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Wirda Lubis

Wirda Lubis

sabar Alya harus kuat

2023-08-10

0

Uneh Wee

Uneh Wee

sedih bnget yah kisah alya sabar yah alya semoga dapet kebahagian mu dari org lain ...

2023-04-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!