Dalam perjalanan, mereka banyak mengobrol ringan. Sudah tidak canggung lagi.
“Makan malam nanti, mau makan apa?” Tanya Azam.
“Apa kau tidak keberatan jika aku memasak lagi?” Tanya Stella.
Wanita itu sepertinya benar-benar ingin belajar memasak, terbukti dari bagaimana tekadnya kali ini.
“Boleh saja, apapun yang kau masak aku pasti akan menyantapnya” Sahut Azam sambil tersenyum. Lelaki itu mengambil tangan istrinya dan mengelusnya perlahan sambil menyetir mobilnya.
“Terimakasih” Gumam Stella.
“Omong-omong, tadi kau terlihat akrab sekali dengan Khalisa. Ada apa selama aku tidak bersama kalian hm?” Tanya Azam.
“Tidak ada, kami hanya sudah memutuskan untuk berteman” Ucap Stella.
“Baguslah” Sahut Azam.
“Menurutku dia cemburu dengan kehadiranku. Tadi dia bercerita tentang masa kecil kalian, sepeertinya menyenangkan tumbuh bersama di lingkungan yang baik begini, aku jadi iri dengannya yang bisa penuh kasih sayang olehmu dan juga keluargamu. Belum lagi katanya dia dijadikan ratu oleh kalian” Ucap Stella.
“Itu hanya masa lalu, Stella. Kami hanya bersama ketika dia masih kecil. Setelah dia sudah memasuki kelas 1 SD, dia sudah pindah ke pondok santriwati, hanya abi, umi serta kak Maryam yang sering menemuinya disana. Aku sudah terlalu sibuk dengan pendidikanku.
Lagipula umi adalah satu-satunya ratu untukku. Dan kau adalah permaisurinya” Ucap Azam.
“Emm, begitu ya?” Gumam Stella, wajahnya yang bersih itu berhasil memerah malu karena ucapan Azam.
Azam mengangguk, “Iya sayang. Apa kau cemburu?” Tanyanya, menggoda sang istri.
“Mana ada, aku kan hanya bertanya dan menyampaikan argumentasi” ucap Stella lalu, “ah iya, apa kau suka telur balado? Mau masak itu saja?” tanya Stella, mengalihkan pembicaraan.
“Boleh, aku akan membantumu nanti” Sahut Azam.
Stella segera menggeleng, “Aku biasanya akan gugup jika dilihat dalam melakukan pekerjaan” ucapnya.
“Aku tidak melihatmu, aku membantumu. Apa kau tau, jika memasak dengan tambahan bumbu kasih sayang itu akan menambah cita rasa masakan itu sendiri?” Sahut Azam.
“Tidak tau, memangnya ada yang seperti itu?” Ucap Stella.
“Maka dari itu, ayo kita coba. Aku juga belum pernah memcobanya sendiri tapi, umi bilang seperti itu” Sahut Azam.
Stella terkekeh, ternyata itu adalah rumus resep dari ibu mertuanya.
Mereka melewati perjalanan sore itu dengan baik. Sesampainya di rumah, Azam segera membersihkan diri lalu menunaikan ibadah maghrib ke masjid terdekat.
“Kok lama, mas?” Tanya Stella, wanita itu sedang meracik bumbu balado dan melihat suaminya dengan sarung dan kopyah yang masih melekat, baru pulang dari masjid.
“Jalan kaki” Jawabnya lalu meletakkan kopyahnya di meja makan lalu berjalan ke arah Stella.
“Kan ada motor, mas. Kenapa jalan kaki? Memangnya tidak capek?” Tanya Stella.
“Sunnahnya memang berjalan kaki, Stella. Rasulullah SAW pernah bersabda, bahwa barang siapa yang berjalan kaki menuju masjid, maka di setiap langkahnya akan diberikan satu pahal, dihapuskan satu dosa dan dinaikkan satu derajat oleh Allah SWT, itu adalah isi dari Hadist Riwayat Muslim” Jawab Azam sembari berdiri di samping istrinya yang sedang mem-blender bumbu-bumbu itu.
“Apa yang bisa aku lakukan?” Tanya Azam.
Stella menunjuk telur rebus yang sudah matang tapi, belum dikupas kulitnya, “Tolong kupaskan telur itu, mas. Sebentar lagi sudah masuk jam makan malam tapi, aku bahkan belum memasak bumbunya” Ucap Stella.
Sejak tadi dia memang ribet sendiri dengan langkah-langkahnya dalam memasak, belum lagi mencari tahu tutorial membedakan bumbu-bumbu dapur seperti jahe, lengkuas, dan teman-temannya.
“Tidak apa, sayang. Aku akan sholat isya dulu, nanti kita baru makan malam” Ucap Azam.
Setelah mengelupas beberapa butir telur ayam itu, Azam memeluk Stella dari belakang, wanita itu sedang menumis bumbunya.
“Aku kira kau lelaki yang dingin” Ucap Stella.
“Jika dengan wanita lain, mungkin iya. Aku sudah memiliki istri sepertimu, cantik dan sempurna. Aku tidak mau berdosa dengan memiliki sikap hangat kepada wanita lain, begini saja jika itu dengan istri sudah mendapatkan pahala yang berlipat-lipat, halal dan menyenangkan juga” Ucap Azam.
Stella hampir mabuk dengan ucapan Azam. Rasanya begitu indah, padahal ini bukan pertama kalinya dia menjalin kasih dengan lelaki. Tapi, suasananya terasa begitu berbeda.
“Pacaran halal begini, tidak buruk bukan?” Tanya Azam.
Stella mengangguk ragu, setengah mati dia menahan malu. Seperti ada ribuan kupu-kupu terbang di perutnya.
Azam segera mematikan kompor di depan Stella dan membalikkan tubuh mungil istrinya untuk mengahadap kepadanya.
“Ada apa?” Tanya Stella.
Azam mendekatkan wajahnya, “Jadi mulai hari ini kita pacaran?” tanyanya.
Stella mengangguk ragu sebagai jawaban. Sebenarnya itu bukanlah sebuah keraguan, mungkin seperti rasa gugup dan canggung?
“Yes, terimakasih sayang” Ucap Azam lalu menghujani Stella dengan kecupan di pipi kanan, kiri, kening, hidung lalu bibir secara singkat.
“Apa gaya pacaranmu seperti itu?” Tanya Stella bingung.
“Tentu, kau pacar pertamaku. Sudah pacar pertama, halal pula. Jadi, aku bebas memeluk dan menciummu seperti barusan” Sahut Azam, dia tersenyum senang. Terlihat sekali lelaki itu sumringah tidak tertolong.
Tidak lama, terdengar suara adzan isya berkumandang, memanggil umat muslim menjalankan ibadahnya.
Kali ini, Azam menunaikan ibadah isya-nya di rumah. Katanya tidak mau istrinya menunggu terlalu lama untuk makan malam nanti.
“Kalau kata anak sekarang, dia sedang dimabuk cinta” Gumam Stella sembari melihat suaminya naik menuju kamar mereka.
Kira-kira 15 menit kemudian, Azam kembali turun. Lelaki itu sudah ganti dengan piama tidur, rupanya dia sekalian ganti agar nanti lebih santai.
“Sudah siap?” Tanya Azam, melihat telur balado dan nasi putih sudah siap di meja makan. Dia turun sembari mencium kening istrinya.
Stella mengangguk, “Duduklah” ucapnya.
Azam terdiam sebentar, melihat Stella menyiapkan makan malamnya. Dengan senyum mengembang dan mata yang sama sekali tak berkedip, membuat Stella salah tingkah sendiri.
“Jangan menatapku begitu, kau membuatku salah tingkah” Sahut Stella, menegur suaminya.
“Apa kau keberatan jika malam ini aku mau disuapi olehmu?” Tanya Azam.
Stella mengerutkan keningnya, “Kau tidak sedang ketempelan kan?” sahutnya sambil meletakkan punggung tangannya di dahi suaminya, mengecek suhu tubuh lelaki itu masih normal.
“Aku sedang ingin manja dengan pacarku, apa aku salah? Apa itu terlalu berlebihan?” Tanya Azam.
Stella tersenyum, gemas sekali dengan suaminya.
“Tidak ada yang salah, aku akan menyuapimu malam ini” Ucap Stella lalu menyedokkan satu suap nasi dan juga lauk untuk suaminya.
“Aaaaa” Seperti bocah kelaparan, Azam mengeluarkan suara itu, sebelum akhirnya, “hap” suapan itu mendarat di mulutnya. Mengundang kekehan dari sang istri.
Begitu seterusnya hingga makanan di piring itu habis.
“Sekarang gantian, aku ingin memanjakan istriku ini” Ucap Azam sembari meletakkan nasi di piring Stella, juga lauk yang mereka masak bersama tadi.
“Bukankah kita seperti anak remaja yang sedang berpacaran?” Sahut Stella.
“Tidak apa-apa. Jika kata anak-anak zaman sekarang ini namanya bucin, sayang”
Mereka terkekeh bersama dengan ucapan Azam tadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments