Ketika tiba makan siang, Stella mengambil ponselnya yang berdering.
“Assalamu’alaikum” Sapa Stella setelah mengangkat panggilan tersebut.
“Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh” Jawab Azam dari seberang sana.
“Ada apa, mas?” Tanya Stella.
“Bilang ke kak Maryam, tidak usah masak, aku sudah memesan makan siang untuk kalian” Ucap Azam.
Stella tersenyum dengan perhatian kecil itu dari suaminya, Tidak disangka-sangka ternyata Azam begitu perhatian, bahkan dengan hal-hal kecil seperti ini.
“Kenapa tidak bilang sendiri dengan kak Maryam?” Tanya Stella.
“Aku sudah menelfonnya tadi tapi, sepertinya ponselnya mati. Jadi, aku menelfon istriku saja” Jawab Azam yang sukses membuat Stella memerah seperti udang rebus.
“Baiklah, kau juga jangan lupakan makan siangmu” Ucap Stella.
“Iya. Yasudah aku tutup. Assalamu’alaikum” Pamit Azam.
“Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh” Jawab Stella lalu, panggilan terputus.
“Ada apa?” Tanya Maryam.
“Mas Azam sudah memesan makanan untuk kita, katanya kak Maryam tidak perlu memasak” Ucap Stella, entah kenapa menceritakan Azam begitu membuat jantungnya berdetak begitu cepat.
“Sering-seringlah kesini, Stella. Kau membuat pekerjaanku ringan jika seperti ini” Ucap Maryam, diakhiri dengan kekehan pelan.
“Aku setiap hari pasti kemari, kak. Selama kak Maryam disini, pasti aku akan datang” Sahut Stella.
Mereka terlihat begitu akrab, sedangkan Khalisa sedang menatap sendu kaka beradik ipar itu.
“Mas Azam bahkan tidak menelfonku juga” Gumamnya tapi, masih bisa di dengar jelas oleh Maryam dan Stella.
Keduanya menatap ke arah Khalisa bebarengan.
“Oh iya, kak. Bagaimana dengan seseorang yang paham agama tapi, tidak mengamalkan itu?” Tanya Stella, mengalihkan pembicaraan.
“Itu adalah tentang Islam dan juga Iman ya, Stella. Jika orang tersebut tau perihal kaidah-kaidah agama serta syariat-syariatnya, dia pun mengamalkannya tapi, tidak dilandasi oleh keimanan itu dinamakan orang yang munafik.
Sedangkan jika dia adalah orang-orang yang mengaku beriman tapi, tidak mengamalkan syariat-syariat Allah SWT dan Rasul-Nya maka, dia disebut sebagai orang yang durhaka” Ucap Maryam.
Wanita itu menjelaskan dengan bahasa yang mudah dimengerti.
“Maafkan aku, Stella. Dari sekian banyak yang aku ajarkan padamu sejak tadi, kau sama sekali tidak mencatatnya. Apa kau mengerti?” Tanya Maryam.
“Teknik belajarku adalah mendengarkan, kak. Aku sudah merekam semuanya sejak tadi, di ponselku. Aku bisa mencatatnya nanti” Jawab Stella dengan tersenyum, menunjukkan ponselnya yang satu lagi. Itu adalah ponsel yang digunakan Stella untuk bekerja dulu tapi, dia sudah menghapus semua isinya, dia juga sudah membuang nomor yang ada di dalamnya sejak malam itu, malam sebelum Azam mengucapkan akad di hadapan penghulu.
“Oh ya? Kau termasuk ke dalam orang yang cerdas kalau begitu. Kalau boleh tau, pendidikan terkahirmu dimana?” Tanya Maryam.
“Di University of Adelaide Research Scholarships, aku mengambil jurusan media” Jawab Stella.
“Loh, dulu Azam pernah seminar disana tapi, katanya di fakultas bussiness, maklum waktu itu dia benar-benar ingin mengembangkan perusahaan keluarga jadi, ketika menjalani pendidikan, dia sering ke luar negeri untuk meriset minat orang luar negeri yang cocok untuk perusahaannya sendiri” Ucap Maryam.
“Wah, sebuah kebetulan. Sayang sekali, kami tidak bertemu di masa itu” Jawab Stella.
“Kala itu Azam sama sekali tidak ingin menikah, dia begitu fokus dengan pekerjaannya. Apalagi dia juga seorang pendakwah, waktunya di habiskan untuk bekerja dan belajar” Sahut Maryam.
Satu lagi hal yang tidak diketahui Stella tentang suaminya.
“Dia biasa dipanggil Gus Azam. Gelar ‘gus’ akan diberikan kepada anak laki-laki keturunan kyai atau menantu kyai” Ucap Maryam.
Tok
Tok
Tok
Setelah itu, terdengar suara pintu di ketuk.
“Pasti itu kurir makanannya” Ucap Maryam lalu berdiri menuju pintu.
“Mbak Stella pasti kehidupannya bebas sekali di luar sana ya. Apalagi tinggal di luar negeri selama beberapa tahun, pasti budaya sana mendarah daging dengan mbak Stella, terbukti dari bagaimana beberapa waktu lalu mbak Stella datang ke pondok” Ucap Khalisa.
Entah kenapa, wanita itu benar-benar seperti ingin membakar emosi Stella sejak kemarin. Entah sengaja atau memang karakternya seperti itu tapi, Stella benar-benar muak sebenarnya.
“Maafkan aku, Khalisa. Masa laluku biar aku peluk sendiri, jika kata suamiku, Allah SWT sudah berbaik hati menutup aibku maka, rasanya begitu berdosa jika aku sendiri yang mengumbar aibku.
Bukankah membicarakan aib seseorang itu sama dengan memakan daging saudaranya sendiri? Sekali lagi maafkan aku, daging ayam dan daging sapi masih lezat” Ucap Stella.
Akhirnya wanita itu mengucapkan uneg-unegnya.
“Kau pasti bisa mendapatkan yang lebih baik dari mas Azam tapi, aku sama sekali tidak tertarik untuk menjawab hal-hal yang menyangkut privasiku. Aku tidak mau kita menjadi musuh, apa yang terjadi hari ini adalah takdir.
Kau sendiri tadi sudah mendengar cerita kak Maryam kan? Tentang malaikat Jibril yang bertanya kepada Rasulullah perihal orang-orang beriman? Disana Rasulullah menjawab bahwa itu adalah ketika kita beriman kepada Allah SWT, malaikat-Nya. Utusan-Nya, kitab-Nya dan juga hari akhir serta kita yang BERIMAN kepada TAKDIR yang Allah SWT tuliskan, baik itu buruk maupun baik’ ” Sahut Stella lalu tersenyum.
Tanpa sadar ternyata di belakang Stella sudah berdiri Maryam menenteng satu kantong plastik besar.
“Bagus, Stella. Kau bisa menerima ucapanku dengan baik. Khalisa, aku tau kau masih tidak terima tapi, ini adalah takdir. Kau tidak boleh membenci dan beriri hati, kau gadis yang cerdas, jangan sampai kemarahanmu ini membawamu kepada jurang neraka” Ucap Maryam.
Khalisa menunduk dia menangis, entah kenapa rasanya begitu sakit ketika semua orang membela Stella sedangkan dirinya adalah yang paling tersakiti disini.
“Ikhlas dan sabar, hanya itu kunci kesuksesan diri. Jangan sampai kau kehilangan keduanya karena penyakit hati. Sadarlah, itu tidak baik, Allah SWT membenci orang-orang yang memiliki penyakit hati. Perbanyak istighfar, Khalisa” Ucap Maryam lagi, dia membawa Khalisa ke pelukannya.
Stella hanya melihatnya, “Aku tidak ingin memiliki musuh atau seseorang yang tak menyukaiku disini, aku disini ingin mengubah takdirku yang buruk, untuk belajar dan berjalan di jalan Allah SWT. Maafkan aku jika aku begitu menyakitimu, Khalisa. Tapi, aku sama sekali tidak bermaksud demikian” ucapnya dengan lirih.
Khalisa akhirnya memeluk Stella dengan berurai air mata, “Maafkan aku. Maafkan aku” Ucapnya sembari memeluk Stella.
Hanya kalimat itu yang bisa keluar dari bibir mungil Khalisa.
“Maafkan aku juga. Ayo berteman, aku akan menganggapmu seperti adikku seperti mas Azam menjagamu seperti di ceritamu tadi. Aku anak tunggal, kau bisa menganggapku seperti kakakmu, aku sendirian, tidak memiliki saudara. Akan sangat menyenangkan jika memiliki saudara yang usianya tidak begitu jauh, bukan?” Ucap Stella, balas memeluk Khalisa.
Wanita itu sebenarnya ingin menangis juga, matanya sudah berkaca-kaca. Tapi, mungkin karena sejak kecil ia tidak terbiasa meluapkan air matanya di depan orang, dia akhirnya hanya memendamnya sendiri.
Sedangkan Maryam tersenyum haru melihat keduanya.
“Jangan ada drama lagi, ya. Aku tidak suka hal yang berapi-api, aku lebih suka kedamaian atau kehangatan” Ucap Maryam.
Wanita itu mengambil piring untuk mereka makan bersama. Kala itu, mereka akhirnya merasa hangat karena Khalisa yang tidak lagi merasa terbebani dengan pernikahan Stella dan Azam.
Selanjutnya, seperti yang sudah di jadwalkan sebelumnya, giliran Khalisa yang mengajari Stella mengaji, sesekali mereka bercanda jika Stella mulai merasa pusing. Sedangkan, Maryam melanjutkan skripsinya sambil menunggu keduanya.
Sampai tidak terasa, sore menyapa. Azam sudah tiba di kediaman kakaknya, menunggu Stella mandi.
“Kan bisa mandi di rumah, kenapa harus mandi disini hm?” Ucap Azam.
“Dia tadi kebanjiran disini” Bisik Maryam.
Azam mengerutkan keningnya, “Dimana ada banjir?” tanyanya.
“Maksudnya dia tadi tiba-tiba haid. Jadi, roknya kotor. Dia sebenarnya tadi memang mau pinjam rok saja tapi, ya sekalian mandi saja biar ketika sampai rumah nanti tinggal bersantai” Jawab Maryam.
Khalisa duduk bersama mereka. Dia tidak banyak bicara, fokus dengan tasbih digitalnya.
“Sudah?” Tanya Azam, melihat Stella sudah keluar dari ruang tengah.
Wanita itu sudah berganti menggunakan gamis milik Khalisa, dia dipinjami.
“Sudah” Jawabnya.
“Yasudah, ayo pulang” Ajak Azam.
Mereka pun pulang setelah berpamitan, tidak lupa Stella menenteng sebuah kantong plastik berisi bajunya yang kotor.
“Terimakasih, kak. Assalamu’alaikum warahmatullah” Pamit Azam.
“Hati-hati. Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh” Ucap Maryam dan jawaban salam di barengi dengan suara Khalisa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
JOLAN ARSITEK
Gus Azam sdh jatuh cinta kestella
2023-04-28
0