Lupa dengan Erlangga, Azam segera menghubungi lelaki itu.
“Assalamu’alaikum, pak Erlangga” Sapa Azam.
“Kau dimana? Aku sudah menunggumu lebih di lobby tapi, tiba-tiba ada telfon dari orang-orangku, jadi maafkan aku harus meninggalkanmu, lain kali kita bisa atur jadwal lagi” Sahut Erlangga dari seberang sana.
Ada perasaan lega di dalam hati Azam saat mendengar bahwa Erlangga tidak menunggunya terlalu lama.
“Maafkan saya, pak. Ada sesuatu mendesak tadi dan saya tidak sempat mengabari anda” Ucap Azam, melontarkan perasaan bersalahnya.
“Ah, tidak apa-apa. Yasudah, lanjutkan kesibukanmu dan beristirahatlah, selamat malam” Pamit Erlangga.
Tut
“Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh” Gumam Azam, meskipun panggilan mereka sudah terputus beberapa detik lalu.
Azam kembali ke kamar ke kamarnya. Bayangan wanita itu terus berputar di otaknya.
“Astaghfirullahal’azim” Gumamnya.
Lelaki itu akhirnya mengambil wudhu dan menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslim.
“Ya Allah, Ya Rab. Sesungguhnya hanya engkau lah sang maha pengampun, dan hamba adalah seorang yang penuh dosa dengan segala kehilafan, hanya manusia biasa yang juga memiliki hawa nafsu, hamba mohon ampunanmu, hindarkanlah hamba dari segala godaan setan yang terkutuk”
Begitu do’a yang terlontar dari Azam, ia merasa begitu hina. Meskipun itu adalah sebuah ke-tidak sengajaan tapi, Azam merasa begitu berdosa karena telah memandang sesuatu yang haram ia lihat.
Azam mencuci wajahnya sebentar lalu, memilih untuk tidur saj.
...***...
Beberapa hari berlalu, semua berjalan dengan normal. Azam sempat berpikir bahwa kasus tempo hari akan diusut ke rana hukum dan dirinya akan menjadi saksi tapi, nyatanya dia menjalani kehidupannya dengan amat tenang. Rupanya wanita itu dan juga si lelaki memilih jalur damai, atau mereka adalah sepasang suami istri yang memang sudah biasa melakukan hal semacam itu?
Zaidan tiba di hotel tepat pukul lima pagi, dia terus mengetuk pintu kamar hotel di hadapannya, sesekali dia juga memencet bel yang ada di dekat pintu.
“Ck, sebenarnya kemana kakak ini” Gumam Zaidan.
Setengah jam menunggu, akhirnya pintu itu terbuka untuk Zaidan. Menampilkan kakaknya yang sudah rapi dengan setelan jas-nya, khas CEO muda.
Sedangkan Zaidan menatap kakaknya sedikit kesal, “Setidaknya buka-kan aku pintu” Gumamnya.
“Maafkan aku, kalau begitu ayo sarapan dulu” Sahut Azam, langsung mengajak adiknya untuk pergi sarapan yang sudah di sediakan pihak hotel secara prasmanan di lantai bawah.
Zaidan adalah mahasiswa tingkat akhir di salah satu perguruan tinggi kedokteran di kota itu. Mulai sibuk dengan skripsinya, lelaki itu juga merangkap menjadi sekretaris sang kakak untuk sekedar menambah penghasilan.
“Setelah lulus, rencananya kau akan kemana?” Tanya Azam setelah menghabiskan makanannya.
“Sesuai dengan study yang aku ambil, aku akan bekerja di salah satu rumah sakit, aku sudah mulai mengirim CV ke beberapa rumah sakit untuk menjadi dokter magang di sana sembari melanjutkan pendidikan S2” Tutur Zaidan.
Azam mengangguk, “Tidak mau membantu di pondok saja?” Tanya Azam.
“Aku akan mengunjungi pondok sesekali, seperti biasa. Kan sudah ada kak Maryam disana” Sahut Zaidan.
Ternyata, Zaidan adalah anak bungsu di antara tiga bersaudara dan ia memiliki kakak perempuan yang juga kakak Azam bernama Maryam, begitu ia biasa dipanggil.
Azam hanya mengangguk, mengerti bahwa adiknya memiliki mimpi. Dia tidak akan melarang adiknya itu mengejar cita-cita.
“Yang penting, ingat pesan abi dan umi untuk selalu taat dengan aturan-aturan-Nya. Jangan sampai meninggalkan kewajibanmu sebagai seorang muslim sekalipun sesibuk apapun dirimu” Pesan Azam.
Zaidan mengangguk, lalu rencananya mereka hendak pergi untuk menemui rekan bisnis Zaidan yang katanya dari luar negeri itu.
“TUNGGU!!!”
Suara itu berhasil menghentikan langkah keduanya saat mendengar suara teriakan itu.
Baik Azam maupun Zaidan menoleh pada sumber suara tapi, sejemang kemudian, “Astaghfirullahal’azim” gumam mereka bersamaan.
Tidak lama, wanitu itu sudah berada di hadapan kakak beradik yang tengah menundukkan pendangannya.
“Hei kau!”
Wanita itu mendaratkan tangannya di lengan atas Azam. Tentu saja lelaki itu dengan reflek mendelikkan matanya lalu menghindar dengan cepat.
“Namaku Stella” Wanita itu mengulurkan tangannya.
Tapi, Azam hanya menangkupkant kedua telapak tangannya di depan dadanya, “Maaf tapi, kita bukan mahram” Ucap Azam.
“Kau tidak mau menatapku?” Tanya Stella, merasa aneh dengan tingkah Azam yang seperti itu.
Azam menggelengkan kepalanya. Bagaimana ia menatap seseorang yang apalagi bukan mahramnya dengan pakaian yang begitu minim itu?
“Ck, kau sangat tidak sopan. Kau yang menolongku semalam bukan? Aku hanya mau mengucapkan terimakasih dan ambil-lah ini” Stella memberikan sebuah bingkisan yang entah itu berisi apa.
“Aku menolongmu dengan ikhlas” Sahut Azam.
“Setidaknya lihat aku!”
Azam masih tidak bergeming dengan ucapan itu, dia tetap menurunkan padangannya.
“Bailah, jika kau berlaku tidak sopan dengan tidak mau melihatku, setidaknya berlakulah baik dengan menerima ini, aku hanya mau berterimakasih” Ucap Stella.
Azam mengangguk, dia mengambil bingkisan itu lalu, “Terimakasih, saya pergi dulu, assalamu’alaikum warahtullahi wabarakatuh” Pamitnya, bergegas menarik lengan Zaidan.
Jika tidak tau, mungkin orang akan mengira bahwa Azam dan Zaidan adalah sepasang kekasih. Bayangkan saja, dimana ada lelaki yang menarik pergelangan tangan lelaki lain?
“Kak, kau mengenalnya?” Tanya Zaidan, tidak percaya dengan apa yang ia lihat tadi.
“Tidak” Sahut Azam.
“Tapi, dia mengenalmu. Aku tidak percaya bahwa selera kakakku seperti itu” Ucap Zaidan.
“Apa kau tidak mendengarnya tadi? Dia hanya berterimakasih. Semalam, dia mengalami kecelakaan” Gumam Azam.
“Kecelakaan apa?” Tanya Zaidan.
Zaidan tidak percaya begitu saja, nyatanya wanita itu terlihat baik-baik saja tadi, bahkan mulutnya lancar melontarkan decakan dan juga cacian untuk Azam.
“Kau tidak perlu tau, menyetir saja dengan benar” Sahut Azam, tidak mau membahas lebih tentang wanita itu.
Sedangkan Stella langsung menggerutu pelan.
“Dasar laki-laki sombong, memangnya apa yang salah dengan aku? Aku masih cantik seperti biasa, bukan?” Gumamnya, lalu melihat dirinya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
JOLAN ARSITEK
Gus Azam yes...
2023-04-28
0