Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Azam dan juga Stella pindah ke rumah baru mereka. Diikuti dengan Maryam dan juga Khalisa.
Kala itu, Azam mengizinkan Khalisa ikut serta karena kakaknya yang meminta. Dimana ternyata nantinya akan diadakan pengajian di rumah itu pada sore hari.
“Memangnya tidak bisa langsung di tempati saja? Aku baru tau hal-hal yang seperti ini, pernah lihat tapi, mungkin hanya dilakukan di area pedesaan” Ucap Stella pada Azam saat mereka berada di dalam mobil.
Stella dan Azam berada pada satu mobil yang sama, sedangkan Maryam dan Khalisa ada pada mobil yang berbeda, sehingga membuat Stella merasa nyaman, tidak terintimidasi dengan kehadiran Khalisa yang menurutnya begitu sempurna.
“Intinya adalah agar rumah tersebut dipenuhi dengan keberkahan, dan pastinya itu adalah cara kita memanjatkan syukur atas nikmat yang sudah Allah SWT berikan kepada kita, selanjutnya juga agar rumah itu terhindar dari gangguan-gangguan syaitan yang terkutuk jadi, rumah itu akan terasa aman dan nyaman.
Dan hal itu memang setidaknya kita lakukan, baik itu di perkotaan maupun di pedesaan. Islam tidak memandang teritorial” Jawab Azam, dia mengelus pelan puncak kepala istrinya di akhir kalimat, memberikan kelembutan dan kenyamanan yang tidak pernah di rasakan Stella.
Meskipun lahir dari keluarga yang berada, Stella sama sekali tidak memiliki waktu dengan kedua orang tuanya meskipun hanya sekedar untuk bermain atau mengobrol bersama. Kesibukan keduanya membuat Stella tumbuh menjadi anak yang menurutnya tidak memiliki kasih sayang.
Stella mengangguk mengerti, dia kembali fokus dengan jalanan.
“Mas, apa aku boleh bertanya?” Ucap Stella setelah mereka terdiam cukup lama.
Azam tidak langsung menjawab, lelaki itu masih terdiam beberapa saat. Jantungnya berdetak cukup kencang, untuk pertama kalinya Stella memanggilnya dengan sebutan ‘mas’, terdengar begitu manis dan merdu di telinganya.
“Mas?” Panggil Stella sekali lagi, melihat suaminya terdiam beberapa saat membuatnya khawatir tentunya.
“Ah iya, tentu saja boleh” Sahut Azam.
Lelaki itu menoleh sebentar kepada istrinya lalu kembali fokus dengan jalanan.
“Emm, nanti saja di rumah. Sepertinya tidak cocok membicarakannya di sini” Sahut Stella yang sukses membuat Azam gemas dan penasaran.
Lelaki itu lagi-lagi hanya bisa mengelus puncak kepala Stella pelan, “Gemas sekali, lain kali jangan membuatku penasaran hm” Ucapnya.
Stella mengangguk, tersenyum malu.
Mereka sudah sampai, dibantu dengan supir yang berada di mobil Maryam untuk membereskan barang-barang di mobil Azam dan Stella, dan juga belanjaan milik Maryam dan Khalisa.
Rencananya Maryam dan Khalisa akan menjadi penjuru masak untuk jamuan para tamu nanti.
Sengaja tidak pesan, karena Maryam yang memintanya, katanya ingin menguji kebolehannya dalam memasak.
“Hari ini kita membuat yang simpel-simpel saja ya” Ucap Maryam.
Wanita itu mengeluarkan beberapa bahan masakan.
“Aku akan membuat risoles saja, mbak. Sepertinya cukup baik sebagai menu pembuka” Sahut Khalisa.
Maryam mengangguk, “Kau memang selalu bisa diandalkan. Aku juga akan membuat lauk pauknya saja” sahutnya.
“Bagaimana denganmu, mbak Stella? Bisa memasak sesuatu?” Sahut Khalisa pada Stella.
Stella terdiam sesaat, pasalnya dia tidak bisa memasak sebenarnya.
“Stella, membantu aku saja. Sepertinya aku akan sedikit kerepotan. Khalisa, fokus saja dengan tugasmu” Sahut Maryam, wanita itu mengajak Stella ke pantry, dia membawa beberapa bahan makanan seperti wortel, brokoli, tempe dan juga kentang.
“Hari ini, aku akan mengurus ayamnya, kau bisa bantu aku memotong dadu kentangnya, sedangkan wortelnya di potong miring, tempenya di potong tipis-tipis dan brokolinya di potong kecil-kecil” Maryam menjelaskan satu-satu, wanita itu juga memberikan contoh untuk adik iparnya itu.
“Coba dulu, biar aku melihatnya” Ucap Maryam, memberikan pisaunya kepada Stella.
Dengan ragu, Stella mengambilnya dan mencontoh cara Maryam tadi. Lulus dari salah satu universitas ternama di luar negeri, jelas membuatnya mudah mengerti apa yang dijelaskan padanya.
“Bagus, hati-hati memotongnya, jangan sampai terkena tanganmu hm. Aku tinggal dulu” Sahut Maryam lembut, lalu pergi meninggalkan Stella seorang diri.
Dia menatap Maryam, kagum sekali melihat wanita itu. Dia bahkan dengan sabar mengajarinya. Dulu, saat pertama kali bertemu dengan Maryam, Stella pikir kakak dari suaminya itu tidak menyukainya tapi, setelah cukup kenal ternyata wanita itu begitu baik dan lembut, seperti umi Fatimah.
Azam sibuk menggelar tikar di depan, tidak banyak yang akan ia undang, hanya tetangga-tetangga sekitar saja, yang penting ada dan sederhana.
“Mbak Stella, aku temani ya”
Itu suara Khalisa, dia membawa bahan-bahan makanannya ikut serta bersamanya.
Stella tersenyum, dia hanya mengangguk sebagai jawaban.
“Mbak Stella, kalau boleh bertanya kok bisa bertemu dengan mas Azam? Sampai menikah lagi, dengar-dengar karena ada insiden ya?” Ucap Khalisa, nadanya terdengar biasa saja di telinga Stella tapi, jujur saja Stella bukan tipe wanita banyak omong yang suka menceritakan kehidupan pribadinya.
“Atas amanat yang diberikan orang tuanya kepadaku, aku yang memintanya menikah denganku” Sahut Azam, lelaki itu menuangkan air putih di dalam gelas lalu meneguknya.
“Berarti mas Azam menikahi mbak Stella dengan terpaksa ya? Bukan karena niat dari hati mas Azam?” Tanya Khalisa lagi.
Azam tidak mau menjawab, dia hanya mendekati Stella, “Apa yang kau lakukan hm?” Tanyanya.
“Aku diminta kak Maryam membantu memotong ini” Jawab Stella.
“Mau aku bantu?” Tanya Azam lagi.
“Apa mas Azam dan mbak Stella sudah pernah melakukan hubungan suami istri?” Tanya Khalisa lagi, terkesan lancang menurut Stella dan Azam, termasuk Maryam.
“Khalisa, kau tau betul bahwa menceritakan hubungan intim adalah sesuatu yang haram. Bisa-bisanya kau menanyakan hal itu kepada mereka?” Sahut Maryam.
Jujur saja, wanita itu tidak ber-ekspektasi jika wanita yang paham agama seperti Khalisa akan berkata demikian.
Khalisa pun diam.
“Bahkan aku denganmu saja juga atas dasar perjodohan, Khalisa. Abi dan umi meridhoi hubunganku dengan Stella. Maka, setidaknya hargai dia sebagai istriku. Aku mengizinkanmu ikut kemari karena itu adalah permintaan kak Maryam, jika kau terus seperti ini, maafkan aku kau harus ikut pulang bersama supir nanti” Sahut Azam.
Stella hanya diam, dia tidak berani mengucapkan apapun.
“Disini aku yang menjadi korban tapi, kenapa aku juga yang terus disalahkan?” Sahut Khalisa, wanita itu mendekati Stella, “maafkan aku mbak, aku terlalu buta dan menutup mata dengan kenyataan. Maafkan aku, aku harap kau bisa memaklumi sikapku. Hal yang wajar jika aku tidak terima atas kegagalan pernikahan yang tinggal menghitung hari” lanjutnya.
Stella mengangguk, “Aku bisa mengerti perasaanmu, jangan menangis, aku baik-baik saja” ucapnya sambil mengelus tangan Khalisa.
“Jangan membuatnya pulang, biarkan dia mengajariku perihal agama bersama dengan kak Maryam” Ucap Stella pada Azam.
Entah ada apa dengan hatinya, wanita itu merasa lebih tenang dan nyaman setelah membaur dengan keluarga Azam.
Padahal, dulu dia adalah gadis yang temperamental dan juga suka berteriak, tidak suka jika ada orang yang mengatainya apalagi sampai membuat kesalahan padanya.
Tapi, kali ini berbeda. Dia merasa menjadi seorang pribadi yang lebih baik dan hangat. Bahkan tutur katanya tidak lagi kasar.
Apa aku sudah bisa beradaptasi dengan kehidupan baru ini? Pikir Stella.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
JOLAN ARSITEK
pasti bisa Stella
2023-04-28
0