Azam dan Zaidan tiba di kantor cabang kurang lebih setelah 20 menit perjalan. Mereka langsung pergi ke ruang meeting, pimpinan kantor cabang itu sudah menyiapkan keperluan selama meeting berlangsung.
“Maafkan kami, pak Azam jika meeting yang seharusnya di agendakan beberapa hari lalu di tunda hingga hari ini. Klien kita memiliki kepentingan mendesak lain sehingga tidak memungkinkan beliau untuk kemari” Jelas manager kantor itu.
Azam mengangguk paham, “Tidak apa, jangan di ulangi lain kali” Sahutnya.
Belum sempat Zaidan menjawab, ternyata klien mereka sudah ada di depan pintu ruang meeting, diantar oleh staff kantor.
Azam merapikan jas-nya bersiap menyambut sang tamu.
Ceklek
Deg
Azam terdiam, senyumnya seketika hilang.
“Kau?” Tanya lelaki itu.
Azam hanya diam, tersenyum ramah mendapati seseorang di hadapannya ternyata adalah lelaki yang kapan hari ia temui bersama wanita tadi.
“Mari, silahkan duduk” Ucap Azam menggunakan aksen bahasa Inggrisnya yang baik, keramahannya menunjukkan seolah tidak pernah terjadi apa-apa.
Mereka langsung melakukan meeting seperti yang sudah ada pada jadwal masing-masing.
“Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena telah memberikan rahmat dan hidayatnya sehingga kita dapat berkumpul di tempat ini.
Pertama-tama, saya sampaikan terimakasih kepada rekan-rekan khususnya tuan Demian yang sudah bersedia hadir dari Australia untuk rapat hari ini,…”
Begitu sambutan yang diucapkan Azam di hadapan tuan Demian dan kawan-kawan.
Setelah kurang lebih 3 jam berlalu, mereka akhirnya sudah selesai dengan rentetan kegiatan hari itu.
“Maafkan saya, tuan Demian tapi, sepertinya saya kurang setuju dengan beberapa hal yang anda sampaikan” Ucap Azam.
Lelaki itu menolak beberapa tawaran yang mungkin saja memiliki nilai bagus di masyarakat zaman sekarang tapi, Azam bukanlah seseorang yang gila akan duniawi, menjadi CEO dari Wijaya Group bukanlah hal yang mudah, ia memulainya dengan nilai-nilai islam dan konsistensi yang tinggi.
“Tapi, di jaman sekarang minuman memabukkan seperti itu sudah menjadi hal yang lumrah” Ucap Demian.
Azam tersenyum dengan jawaban yang di lontarkan oleh calon rekan kerjanya itu. Baguslah mereka bertemu dan melakukan meeting secara langsung.
“Maafkan saya tuan Demian, itu tidak sesuai dengan visi dan misi perusahaan kami. Wijaya Group tidak pernah mengeluarkan produk makanan yang mana menggunakan bahan-bahan haram di dalamnya salah satunya khamar.
Minuman keras atau khamar adalah salah satu yang diharamkan Allah kepada umatnya. Baik itu peminumnya, penjualnya, pembelinya, orang yang menuangkannya, orang yang memerasnya, orang yang mengambil hasil perasannya, orang yang mengantarnya begitu pula dengan orang yang minta diantarkan, Allah melaknat segalanya yang berhubungan dengan khamar”
Cih
Demian berdecih dengan penuturan yang di sampaikan oleh pemimpin pusat perusahaan makanan dan minuman yang cukup besar dan terkenal itu.
“Sok suci sekali anda. Lalu bagaimana dengan pasar yang ada di luar negeri jika anda tidak mau mengikuti zaman yang ada?” Tanya Demian.
“Oleh karena itu, perusahaan kami memperkenalkan kepada dunia luar, bagaimana makanan halal juga tidak kalah menariknya dengan apa yang luar sediakan” Sahut Azam.
Pada akhirnya, mereka tidak jadi menandatangani kontrak kerja karena memang Demian yang terkesan arogan dan tidak mau menerima visi misi yang didirikan perusahaan Azam.
“Pelajaran untukmu, Zaidan. Jangan pernah terkecoh dengan orang lain apalagi itu adalah tidak sesuai dengan syariat-syariat yang ada dalam agama kita. Ini berlaku untuk kita semua juga” Ucap Azam kepada seluruh karyawannya.
...***...
Saat sedang berada di jalan, menuju hotel setelah menghadiri segala acara dan menyelesaikan pekerjaannya, Azam tidak sengaja melihat seorang wanita yang sedang di kerubungi oleh beberapa lelaki yang sepertinya adalah sekelompok penjahat?
“Zaidan, berhenti dulu!” Ucap Azam, memerintahkan adiknya agar tidak melanjutkan perjalanannya.
“Ada apa, kak?” Tanya Zaidan.
“Kau melihat disana?” Azam menunjuk pada segerombol lelaki yang asik menggoda seorang wanita.
“Astaghfirullah, kak. Apa yang kau lihat?” Ucap Zaidan menegur.
“Telfon polisi” Gumam Azam.
Zaidan menurut, dia menelpon polisi, ekspektasinya bahwa setelah menelpon polisi, mereka akan pergi jadi, Zaidan hendak melajukan mobilnya.
Tapi, setelah itu Azam langsung turun dari mobil saat mendapati wanita itu melawan perlakuan para lelaki di sekelilingnya.
“KAAAK” Teriak Zaidan, dia berlari menyusul kakaknya.
Bug
Bug
Bug
Azam tidak segan menghajar para lelaki yang mengganggu wanita itu.
Sedangkan Zaidan, sibuk membuka jasnya untuk diberikan kepada wanita itu, dia sama sekali tidak mau melihat ke arah wanita itu yang ternyata adalah wanita yang ia dan kakaknya temui pagi tadi, Stella.
“Masuklah ke dalam mobilmu” Ucap Zaidan tanpa melihat Stella sedikitpun.
“T-Tapi, t-tolong papa dan mamaku, mereka terluka” Ucap Stella dengan suara isaknya.
Mendengar hal itu, Zaidan segera melihat ke dalam mobil, melihat dua sejoli paruh baya yang sudah terluka.
Setelah menghajar pria-pria itu dengan buas, Azam menghentikan serangannya saat lengannya terluka akibat pisau lipat yang dibawa oleh salah satu dari mereka.
Tepat sat itu, polisi datang dan meringkus pria-pria itu.
“Ayo pulang” Ucap Azam, sama sekali tidak melihat ke arah Stella, dia merasa keadaan sudah baik-baik saja.
“T-Tunggu. Tolong orang tuaku” Ucap Stella.
Azam yang tidak tau apa-apa, langsung kembali untuk melihat ke dalam mobil Stella yang terbuka kaca mobilnya. Sama seperti Zaidan, dia melihat dua sejoli yang sudah bersimbah darah.
Azam dengan tenang mengatakan, “Bawa ke rumah sakit, aku akan mengawalmu” Ucapnya.
“A-Aku takut, ak-aku t-tidak bisa menyetir dengan keadaan begini” Sahut Stella terbata-bata.
“Temani orang tuamu, aku yang akan menyetir, pastikan kesadaran mereka terjaga sampai kita tiba di rumah sakit” Pinta Azam.
Saat berada di mobil, sedangkan Zaidan mengikuti dari belakang, memastikan kakaknya pulang bersamanya nanti. Papa dan mama Stella terlihat sudah megap-megap, tidak kuat dengan napasnya.
“Nak?” Gumam papa Stella.
“Papa kenapa? Papa mau apa?” Tanya Stella.
Papa Stella menunjuk Azam, “Ak- Aku tidak akan kuat, t-tolong jagalah Stella. D-dia sendirian, ak-aku selalu khawatir dengannya jika tidak ada yang menjaganya” Ucap papa Stella.
Azam menelan salivanya, apa dirinya baru saja mendapatkan wasiat dari seseorang lain?
“J-Jagalah Stella” Kali ini mama Stella yang berbicara.
Azam melihat dari kaca mobil, dia segera menepikan mobilnya. Sebisa mungkin dia tidak melihat ke arah Stella yang menangis tersedu, saat itu berada di samping ayahnya.
“Kenapa berhenti?” Tanya Stella bingung.
Sedangkan Zaidan tidak akan turun, dia hanya bisa mengira-ira apa yang sedang terjadi di dalam mobil sana.
Tidak mau menjawab, Azam segera menuntun kedua orang tua Stella yang sepertinya sudah sakaratul maut itu, “Insyallah, putri bapak dan ibuk bisa menjaga dirinya baik-baik. Jangan khawatir, Allah akan selalu menjaganya” Gumam Azam.
“Apa yang kau katakan? Ayo pergi ke rumah sakit” Teriak Stella.
Azam tidak menggubrisnya, “Ikuti saya, pak bu. Laa Ilaha Illallah”
“La-a I-Ilaha I-Ilallah”
“La-a I-Ilaha I-Ilallah”
Suara itu bersahutan antara papa dan mama Stella sebelum akhirnya mereka menemui ajal masing-masing dengan mata terbuka.
“Aaa, tidak. PAPA MAMA!” Tangis Stella pecah.
“Ini semua karenamu. Kau jahat” Ucap Stella, menyalahkan Azam yang menurutnya telat membawa orang tuanya ke rumah sakit.
“Innalillahi Wa Innailaihi Roji’un” Gumam Azam sembari menutup mata kedua orang tuan Stella.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments