Keesokan harinya, Azam benar-benar pergi ke Kantor Urusan Agama untuk mengurus surat-surat nikah mereka resmi secara negara.
Setelah itu, Azam mengajaknya pergi ke suatu tempat dimana lelaki itu langsung memarkirkan mobilnya dengan benar.
“Ini rumah siapa?” Tanya Stella.
“Ini rumah yang disediakan abi dan umi, lihat-lihat saja dulu. Jika kau tidak suka atau tidak cocok, kita bisa mencari yang lain, biar kak Maryam yang menempati rumah ini kelak” Sahut Azam.
Stella menganga tidak percaya, kemarin Azam mengatakan bahwa dirinya hanya karyawan biasa di perusahaan Wijaya Group tapi, rumah yang ia injak sekarang ini tidak seperti rumah seorang karyawan biasa.
Itu lebih cocok disebut dengan mansion, pikir Stella. Bahkan lebih besar dari rumahnya sendiri.
“Bagaimana menurutmu?” Tanya Azam.
Stella mengangguk, “Aku terserah padamu saja” jawabnya.
Azam pun mengangguk, “Kalau begitu besok kita akan langsung pindah kesini, kita pamit dulu dengan abi dan umi” ucap lelaki itu.
Stella hanya mengangguk setuju.
Rumah itu memang sudah disiapkan abi Daud dan umi Fatimah sebagai hadiah pernikahannya dengan Khalisa sebenarnya tapi, malah yang dinikahi sekarang adalah Stella, Tuhan memang sang maha pembolak-balik hati.
“Aku mau bekerja, kau mau ikut?” Tanya Azam.
Stella mengangkat sebelah alisnya, dia bahkan melihat pakaiannya terlebih dahulu, itu adalah milik Maryam, karena jujur saja pakaian yang dibawa Stella dari rumahnya tidak direstui sama sekali oleh Azam untuk memakainya.
“Kau tetap cantik dengan pakaian apapun” Sahut Azam, mengerti jika istrinya belum terbiasa dengan gamis longgar yang dikenakannya.
Stella saat itu hanya diam mematung, malu juga mendengar ucapan Azam. Tidak habis pikir saja bahwa lelaki yang menurutnya cuek di awal, malah bisa menjadi pria yang begitu manis.
“Apa tidak akan mengganggu teman kerjamu?” Tanya Stella.
Azam menggeleng sebagai jawaban, “Tidak akan, aku memiliki ruangan sendiri untuk itu” Sahutnya.
Karyawan biasa yang memiliki ruangan sendiri? Itu terdengar begitu naif untuk Stella. Apa perusahaan Wijaya Group se-kaya itu? Pikirnya.
“Atau mau beli baju dulu? Yang cocok dengan seleramu?” Ucap Azam, memberikan tawaran untuk kenyamanan istrinya.
Stella terlihat berpikir sebentar. Dia suka berbelanja dan menghamburkan uang tapi, bukankah berbelanja sesuatu yang agamis bukanlah tipenya?
“Aku akan membantumu nanti, kau tidak harus hanya menggunakan gamis, kau bisa mengenakan setelan, selama itu tidak melanggar syariat-Nya” Ucap Azam, memberikan ketenangan dan juga kebebasan bagi Stella.
Akhirnya, dengan iming-iming itu Stella mengangguk semangat. Entah kenapa dia merasa dirinya lebih kalem saja, tidak seperti sebelum-sebelumnya yang begitu menolak apapun yang berhubungan dengan dunia keagamaan.
Mereka segera pergi ke swalayan terdekat, dan memilih satu setel saja baju dari salah satu toko yang cukup terkenal.
Rok A-line berwarna nude, dipadukan dengan tunik warna senada dan ruffle di bagian dadanya, yang terkahir hijab pashmina syar’i yang menjuntai hingga menutup dada Stella.
Wanita itu terlihat anggun dengan setelan itu, Azam bahkan sampai tidak berhenti memandang wajah istrinya.
“Kau terus menatapku, apa ada yang salah?” Sahut Stella, merasa tidak nyaman saat suaminya sesekali meliriknya begitu instens saat berada di dalam mobil.
“Tidak, aku hanya sedang mengagumi istriku yang luar biasa cantik, apalagi ketika mengenakan hijab begini, aura cantikmu langsung menguar” Jawab Azam yang lagi-lagi berhasil membuat wajah Stella memerah karena malu.
Stella dibawa oleh Azam ke kantor, wanita itu berjalan beriringan dengan Azam.
“Selamat pagi, pak Azam” Sapa resepsionis.
Stella tidak merasa aneh saat itu, menurutnya itu adalah hal yang wajar tapi, satu yang membuatnya merasa janggal yaitu, ketika karyawan yang lain menyisihkan tempat untuk Azam dan Stella.
“Apa aku terlihat aneh hingga mereka terus menatapku dan menjaga jarak denganku?” Bisik Stella pada Azam.
“Tidak, kau terlihat sempurna” Sahut Azam menjawab Stella.
Sepertinya menggoda Stella akan menjadi hobinya setelah ini, dia suka dengan wajah istrinya yang memerah ketika ia goda.
Stella di bawa pada suatu ruangan bertuliskan ‘President Director’, jujur saja saat itu jantungnya hampir copot, apalagi ketika melihat nama yang tertera di meja kerjanya ‘Azam Wijaya’.
Stella lemas seketika, apa-apaan ini? Suaminya ternyata adalah CEO perusahaan ternama itu?
“Kau sukses memberikan surprise untukku” Gumam Stella.
Azam hanya tersenyum, “Kau bisa istirahat di kamar itu” lelaki itu menunjukkan sebuah ruangan yang di dalamnya adalah kamar tidur untuknya beristirahat jika mungkin dia harus lembur.
“Aku akan menunggu disini saja” Ucap Stella lalu duduk di sofa tamu yang berada disana.
Wanita itu menatap ruangan luas dengan furnitur-furnitur simpel tapi, elegan itu. Rasanya seperti mimpi, memiliki suami anak pemilik pondok pesantren dan juga seorang CEO perusahaan terkenal.
“Kalau bosan, nyalakan saja televisinya” Ucap Azam lalu melihat layar komputernya untuk melihat beberapa pekerjaan yang harus ia urus.
“Kira-kira aku harus memanggilmu apa?” Tanya Stella, dia merasa bahwa akan terasa begitu tidak sopan jika ia memanggil Azam langsung dengan namanya.
“Mas atau sesuatu lain yang mungkin kau suka” Sahut Azam.
Stella mengangguk, “Mas saja, sesuai permintaanmu” jawabnya.
Azam hanya tersenyum, menatap istrinya yang juga menatapnya. Saat itu juga, Stella benar-benar dibuat salah tingkah dengan tingkah suaminya.
“By the way, aku mau ke pondok saja jika kau bekerja. Aku mau belajar dengan umi saja, jika kau tidak ada di rumah” ucap Stella, dia sadar sekarang bahwa menunggu Azam pulang bekerja pasti akan menjadi pilihan yang buruk.
“Baiklah, aku akan mengantarmu setiap pagi ke pondok. Atau kau mau jika umi saja yang aku bawa ke rumah?” Tanya Azam, memberikan tawaran kepada istrinya.
“Kasian abi, sendirian di pondok” Jawab Stella.
“Bagaimana dengan kak Maryam? Biar dia menemanimu saja di rumah sampai nanti abi dan umi menyuruh kak Maryam kembali. Aku akan mengatakannya dengan abi dan umi jika kau bersedia” Ucap Azam.
Stella terdiam sejenak, berpikir. Sebenarnya, dia kurang begitu dekat dengan kakak perempuan Azam itu.
“Boleh” Jawabnya setelah beberapa waktu berpikir.
Azam pun mengangguk, “Pulang nanti kita belanja ya. Tadi kan cuma beli satu set, besok biar di lemari kita, bajumu sudah ganti semua” ajaknya.
“Apa harus menggunakan pakaian seperti ini sekalipun di rumah?” Tanya Stella.
“Tidak juga, selama di rumah itu hanya ada aku dan kau, tidak ada orang lain dan posisi seluruh rumah aman, tidak ada tamu atau saudara yang berkunjung” Jawab Azam.
Stella menghela napasnya berat, dia sebenarnya masih belum terbiasa dengan kehidupan barunya.
“Sayang, dengarkan aku” Azam mendekati Stella, lelaki itu duduk di samping Stella dan menuntun istrinya untuk saling tatap, “Ketika aku mengucapkan ijab kabul kemarin, itu bukan hanya ‘aku terima nikah dan kawinnya’,
Tapi, juga bermakna aku terima segala dosa-dosanya dari orang tuanya, mulai dari menutup aurat hingga meninggalkan sholat aku yang bertanggung jawab atasnya, termasuk dengan dosa-dosa anak keturunan kami dan jika aku gagal mendidik mereka ke jalan Allah SWT, maka aku adalah suami yang gagal dan fasik dimana aku bersedia masuk neraka serta tubuhku di siksa hingga hancur”
Begitu penjelasan yang disampaikan oleh Azam kepada Stella, sembali mengelus pelan pipi Stella yang mengeluarkan air mata.
“Apakah papaku akan merasakan siksaannya karenaku disana?” Gumam Stella.
“Dalam Al-Qur’an surat Fathir ayat 18 dijelaskan bahwa orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Orang tua tidak akan mendapat dosa ketika anaknya tidak menutup aurat atau bahkan melakukan perzinahan tapi, yang membuat mereka berdosa adalah ketika mereka tidak mengingatkanmu untuk berhenti melakukan hal itu” Jawab Azam.
“Apakah aku tidak akan bisa bertaubat? Apakah Allah akan langsung memasukkan aku ke neraka jika aku mati?” Gumam Stella lagi.
Azam lagi-lagi hanya bisa menghapus air mata istrinya, “Allah SWT adalah zat yang maha pengampun dan pemaaf, asalkan kita bersungguh-sungguh untuk kembali kepada-Nya dan benar-benar menyesali perbuatan kita, Insyaallah Allah SWT akan mengampuni dosa-dosa kita”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments