Keesokan harinya, Azam sudah bersiap pergi ke rumah sakit untuk melihat kondisi orang tua Stella, lebih tepatnya hasil yang keluar dari hasil pemeriksaannya, dia yakin pasti hasilnya sudah keluar.
Menggunakan mobil yang ia pinjam dari Zaidan dan juga berbekal dari google maps. lelaki itu membelah jalanan kota.
“Bagaimana hasilnya?” Tanya Azam saat sudah bertemu dengan Stella.
Stella masih menggunakan baju yang ia gunakan semalam, beserta jas milik Zaidan.
Seperti biasa, Azam tidak mau menatap wanita itu terlalu lama.
“Ini semua karenamu, seandainya kita tidak telat membawa mereka pulang, pasti mereka tidak akan terbujur kaku begini sekarang” Ucap Stella, mengatakannya dengan nada tinggi.
Terlihat seseorang yang lain, tengah merangkul bahu Stella.
“Kleo, bangunkan papa dan mama. Aku mau meminta maaf, aku akan menuruti semua yang mereka katakan jika mereka kembali ada disini” Ucap Stella pada lelaki itu.
Ya, itu adalah manager Stella yang mengatur jadwal-jadwal wanita itu selama menjadi model dan bahkan menjadi wanita malam.
“Anda siapa?” Tanya Azam pada Kleo.
“Namaku Kleo, aku adalah manager Stella” Jawab lelaki itu.
“Kalau begitu, lepaskan pelukanmu. Tidak baik menyentuh seseorang yang bukan mahramnya” Ucap Azam.
Kleo mengernyitkan keningnya, bingung.
“Memangnya kau siapa? Berani-beraninya mengatur diriku?” Sahut Kleo.
“Aku? Calon suaminya. Ayahnya telah memberiku amanat untuk menjaga putrinya” Sahut Azam.
Dengan cepat Kleo melepaskan rangkulannya, kaget juga dengan cuitan yang keluar dari bibir Azam, “Apa itu benar?” Tanyanya pada Stella.
Stella menggeleng kuat, “Apa kau sudah gila ha? Sejak kapan aku menjadi calon istri dari seseorang yang kolot pemikiran sepertimu?” Sahut Stella, ketus.
Azam hanya tersenyum, “Apa kau lupa jika ayahmu memasrahkan dirimu padaku, jika mau tidak terima maka, katakan itu di hadapan jenazah ayahmu” Balasnya.
Azam memang pandai membuat lawan bicaranya bungkam.
Saat ini, proses pemakaman sudah di atur oleh Kleo sebelum berangkat ke rumah sakit.
Sampai saat pemakaman di adakan pun Stella tidak menggunakan hijabnya dengan baik, dia hanya menggunakan dress panjang warna hitam dan juga hijab pashmina yang ia sampirkan di bahu sambil mengiringi kepergian orang tuanya ke tempat peristirahatan terakhir.
Azam turun untuk meng-adzan i kedua orang tua Stella.
Tidak ada yang istimewa, hanya saja orang-orang melihat Azam dengan tatapan kagumnya masing-masing.
Setelah acara pemakaman selesai, Azam mengikuti Stella sampai ke kediamannya.
“Kenapa masih mengikutiku?” Tanya Stella sinis.
“Aku ingin berbicara padamu” Ucap Azam.
Huh
Stella menghela napasnya berat.
“Katakan!” Ucap Stella cuek.
“Aku akan membawamu ke hadapan abi dan umi untuk memenuhi amanat ayahmu” Ucap Azam.
Stella membelalakkan matanya, tidak percaya bahwa Azam akan benar-benar menganggap ucapan papa-nya serius.
“Apa kau sudah gila, ha? Itu hanya omong kosong! Lupakan saja” Sahut Stella.
Azam menghembuskan napasnya lembut, pandangan matanya selalu ia jaga, selalu menunduk.
“Mana mungkin aku menikah dengan lelaki aneh sepertimu? Gayanya saja seperti seorang pengusaha tampan dan kaya raya, nyatanya menatap wanita saja kau tidak mau, apa kau penyuka sesama jenis?” Sahut Stella lagi.
Azam menggelengkan kepalanya, “Alla SWT berifirman pada QS An-Nur, bahwa hendaklah kami para laki-laki yang beriman menahan pandangannya dan memelihara kemal*annya, dimana itu adalah yang lebih suci bagi mereka.
Begitu pula dengan dirimu sebagai seorang wanita, menjaga pandangan, memelihara kemal*an dan menutup aurat adalah hal yang wajib kau lakukan sebagai seorang yang beriman” Ucap Azam tenang.
Cih
Stella berdecih, “Apa kau lupa jika aku pernah mengatakan, aku tidak percaya dengan Tuhan?” Ucapnya.
“Lalu kenapa kau memanggil ustadz untuk mengiringi pemakaman orang tuamu?”
Skakmat, Stella lagi-lagi hanya bisa bungkam dengan penuturan Azam, “Karena itu yang diyakini orang tuaku” Ucap Stella akhirnya.
“Maka itu pula yang kau yakini” Sahut Azam.
Stella menghela napasnya kasar, malas sekali berdebat dengan lelaki di hadapannya.
“Keluarlah! Aku tidak mau menikah denganmu” Usir Stella pada Azam.
“Allah SWT tidak mempertemukan seseorang atas ketidak sengajaan, pikirkan baik-baik keputusanmu, terlebih ini adalah almarhum ayahmu yang meminta dan kau sanggup untuk memenuhinya meskipun itu ada di dalam hatimu
Aku akan kembali ke ibu kota esok hari, aku harap ketika aku sudah berada disini untuk meminta jawabanmu, kau sudah memiliki jawaban yang tepat” Ucap Azam lalu, “Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh” pamitnya.
Stella menatap kepergian Azam, mobil berwarna hitam itu melaju dengan kecepatan sedang sampai keluar dari rumah yang cukup mewah itu.
Tidak lama setelahnya, masuklah pengacara keluarga mereka, Pak Samsul. Dia berniat memberikan surat wasiat dari orang tua Stella.
“Selamat malam, nona” Sapanya.
Stella mengangguk, mempersilahkan pak Samsul duduk.
“Baguslah kau kemari, aku mau membicarakan perihal perusahaan dan segala hal yang di tinggalkan papa dan mama. Berikan saja itu kepada orang lain, aku akan hidup sendiri” Ucap Stella.
Deg
“Apa anda yakin, nona? Anda ingin menjual seluruh aset yang dimiliki tuan dan nyonya?” Tanya pak Samsul.
Stella mengangguk yakin, pasalnya selama ini dia tidak mau berkecimpung di dunia bisnis dan juga tidak suka dengan dunia yang diselami kedua orang tuanya. Dia suka dengan pekerjaannya sendiri dan dia tidak akan meninggalkan hal itu.
“Jual saja, lagipula aku bisa mencari uang sendiri” Sahutnya.
“Tapi, jika seandainya anda menikah, mungkin saja aset- aset ini bisa anda berikan kepada suami anda. Sangat di sayangkan jika kita harus menjual segalanya, apalagi tuan dan nyonya memulai semuanya dari nol, dari mereka tidak memiliki apa-apa hingga bisa se-sukses dan se-jaya sekarang” Pak Samsul mencoba menengahi, lelaki paruh baya itu jelas sayang sekali dengan apa yang sudah tuannya usahakan selama ini.
Stella berpikir sejenak, menatap rumah masa kecilnya itu. Sekilas memang kenanagan-kenangan indah berputar di otaknya.
“Pergilah, aku akan memikirkannya dulu” Ucap Stella.
Wanita itu mengambil tas dan kunci mobilnya lalu menghubungi Kleo, dia pergi ke club malam seperti biasa, jam masih menunjukkan pukul tujuh malam, masih terlalu sore untuk pergi ke club malam, pasti disana masih sepi pengunjung.
Wanita itu meliuk-liukkan tubuhnya di lantai dansa, sembari memegang satu botol minuman keras. Meluapkan segala emosi dan kesedihannya di sana.
Setelah lelah, dia memilih duduk dekat dengan bartender.
Sekilas lagi, dia teringat dengan ucapan yang disampaikan oleh Azam beberapa waktu yang lalu.
“Allah SWT tidak mempertemukan seseorang atas ketidak sengajaan”
Kalimat itu berhasil berputar di otaknya sepanjang malam, dirinya sudah mabuk berat.
“Apa aku harus menikah dengan lelaki aneh itu?” Gumam Stella kepada Kleo yang sedang menyetir untuk mengantar wanita itu pulang sebelum akhirnya dia masuk ke alam mimpinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Lia Ami
lanjut Thor
2023-04-28
0